Ilustrasi pasangan saling gombal (pexels.com/@ketut-subiyanto)
Penelitian lain yang mengungkap efek tertawa dilaporkan dalam jurnal Psychological Reports. Sebanyak 53 mahasiswa dari berbagai tingkat humor dilibatkan. Para peneliti membuat mereka percaya bahwa dalam waktu 12 menit mereka akan menerima kejutan listrik.
Selama masa tunggu, kelompok pertama disuguhkan rekaman yang lucu, kelompok kedua diberikan rekaman yang tidak memiliki unsur humor, dan kelompok ketiga tidak diberikan rekaman apa pun.
Tiga menit menuju waktu pemberian kejutan listrik, tingkat kecemasan dan detak jantung dari seluruh partisipan diukur. Hasilnya, mereka yang mendengar rekaman lucu memiliki tingkat stres dan kecemasan paling rendah. Dari ketiga kelompok, orang dengan tingkat humor paling rendah menunjukkan denyut nadi paling cepat.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tertawa terbukti ampuh dalam menurunkan kecemasan dan tingkat stres seseorang.
Melansir Mental Floss, beberapa penelitian lain juga menemukan bahwa terapi tawa dapat memperbaiki masalah kecemasan pada pasien penyakit Parkinson, mampu mengurangi tingkat kecemasan dan depresi pada mahasiswa keperawatan, meningkatkan rasa percaya diri dan sifat optimis, serta memperbaiki masalah depresi pada perempuan menopause.
Dalam makalah Psychiatric Quarterly, Bernard Saper, ahli psikologi sekaligus pengarang buku menyatakan, mampu mempertahankan selera humor serta kemampuan tertawa dapat bertindak sebagai mekanisme pertahanan diri saat menghadapi masa-masa sulit. Setuju?