4 Mitos Tentang Picky Eater yang Perlu Kamu Ketahui

- Picky eater bukan hanya malas makan
- Picky eater tidak selalu kekurangan nutrisi
- Picky eater tidak hanya terjadi pada anak-anak
Picky eater atau pemilih makanan sering dianggap sebagai masalah perilaku yang mengganggu. Banyak orang yang berpendapat bahwa anak atau bahkan orang dewasa yang termasuk dalam kategori ini hanya malas atau sulit diatur. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar.
Ada banyak mitos yang beredar tentang picky eater yang sebenarnya justru bisa memperburuk pemahaman dan penanganannya. Penting untuk memahami bahwa kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk genetik, psikologis, hingga lingkungan. Dengan mengetahui fakta-fakta ini, kita bisa lebih bijak dalam menghadapi picky eater dan memberikan pendekatan yang lebih baik dalam mengatasinya.
1. Picky eater hanya malas makan

Banyak orang beranggapan bahwa picky eater hanya malas atau tidak mau makan dengan alasan yang tidak jelas. Anggapan ini seringkali muncul karena orang tua atau pengasuh merasa frustasi ketika anak mereka menolak makanan yang telah disiapkan. Padahal, ada banyak faktor yang memengaruhi preferensi makanan seseorang. Salah satunya adalah faktor genetik yang dapat memengaruhi sensitivitas individu terhadap rasa tertentu.
Selain itu, pengalaman masa kecil juga bisa berperan dalam kebiasaan makan seseorang. Jika seorang anak memiliki pengalaman negatif dengan makanan tertentu, misalnya merasa mual atau tidak nyaman setelah memakannya, hal ini dapat membentuk persepsi negatif terhadap makanan tersebut. Oleh karena itu, picky eater bukanlah masalah kemalasan, melainkan seringkali berkaitan dengan preferensi alami tubuh dan pengalaman pribadi yang membentuk pola makan.
2. Picky eater selalu kekurangan nutrisi

Mitos lain yang sering muncul adalah bahwa picky eater pasti kekurangan gizi karena mereka hanya makan makanan tertentu dan menolak yang lainnya. Meskipun sulit untuk mendapatkan pola makan seimbang jika hanya mengonsumsi beberapa jenis makanan, tidak semua picky eater mengalami kekurangan nutrisi. Dalam banyak kasus, orang yang selektif dalam makan masih dapat mendapatkan asupan gizi yang cukup jika mereka cermat dalam memilih makanan yang kaya akan nutrisi.
Contohnya, meskipun seorang anak memilih untuk tidak makan sayuran, mereka mungkin lebih suka mengonsumsi makanan sehat lainnya seperti buah-buahan, kacang-kacangan, atau protein tanpa lemak. Bahkan dalam kasus orang dewasa, picky eater sering kali memilih makanan yang mereka anggap enak dan mudah dicerna. Ini menunjukkan bahwa menjadi picky eater tidak berarti seseorang selalu menghindari makanan bernutrisi, melainkan mereka cenderung lebih selektif terhadap jenis makanan atau cara penyajiannya.
3. Picky eater hanya terjadi pada anak-anak

Penyakit picky eater sering dianggap sebagai fase yang hanya terjadi pada anak-anak, tetapi kenyataannya, masalah ini bisa terjadi pada orang dewasa juga. Banyak orang dewasa yang mengalami kesulitan memilih makanan, baik karena masalah psikologis, kebiasaan makan masa kecil, atau bahkan gangguan sensorik. Misalnya, beberapa orang dewasa mengalami sensitivitas tinggi terhadap tekstur atau bau makanan, yang bisa membuat mereka sangat memilih dalam hal makan.
Penting untuk mengenali bahwa picky eater bukan hanya masalah yang hilang dengan bertambahnya usia. Dalam beberapa kasus, orang dewasa yang memiliki kebiasaan makan selektif sejak kecil mungkin akan terus mengalami kesulitan yang sama seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, pendekatan yang penuh pengertian dan sabar tetap diperlukan meskipun seseorang sudah dewasa.
4. Memaksa picky eater untuk makan dapat mengubah mereka

Salah satu mitos yang paling banyak dipercaya adalah bahwa memaksa picky eater untuk mencoba makanan baru akan membuat mereka lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan. Nyatanya, metode ini seringkali justru memperburuk situasi dan bisa menciptakan pengalaman makan yang negatif. Paksaan atau tekanan saat makan dapat meningkatkan kecemasan dan stres, yang justru membuat anak atau orang dewasa semakin menolak makanan baru.
Sebaliknya, menciptakan suasana makan yang santai dan menyenangkan bisa lebih efektif dalam membantu picky eater mencoba makanan baru. Mengajak mereka untuk terlibat dalam proses memasak atau mencoba makanan dalam bentuk yang berbeda bisa merangsang rasa ingin tahu mereka. Dengan pendekatan yang lembut dan bertahap, picky eater bisa mulai merasa lebih nyaman dengan makanan yang sebelumnya mereka tolak.
Ada banyak faktor yang berperan dalam kebiasaan makan seseorang, mulai dari faktor genetik hingga pengalaman masa lalu. Menghadapi picky eater membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan pendekatan yang tepat. Jika dikelola dengan baik, picky eater bukanlah halangan untuk mencapai pola makan yang sehat dan seimbang.
Referensi:
Boitano, M. (n.d.). Picky eating: Myths & misinformation. Diakses Juli 2025.
Self. (n.d.). The scientific reason you’re a picky eater. Diakses Juli 2025.
Top Doctors. (n.d.). Nutritional myths and realities: Feeding the picky eater. Diakses Juli 2025.
Karges, C. (n.d.). Picky eating and kids: 5 myths about feeding picky eaters. Diakses Juli 2025.
The Sleep Lady. (n.d.). 5 Myths about picky eating & the truths parents need to know. Diakses Juli 2025.
WebMD. (n.d.). Picky eating: Myths and truths [Slideshow]. Diakses Juli 2025.