Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!

Bullying memicu kurang percaya diri, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri

Bullying merupakan permasalahan yang sering terjadi di usia anak-anak hingga remaja. Dampak bullying bisa menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, gangguan kecemasan, hingga memicu keinginan bunuh diri.

Terdapat bukti bahwa anak yang mengalami perundungan berisiko lebih tinggi terkena Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ketika anak diintimidasi, mereka berada pada situasi mereka hanya mempunyai sedikit kendali atas situasi tersebut. Korban akan merasa kurang aman di tempat-tempat di mana seharusnya merasa aman, seperti di sekolah. Ditambah upaya untuk mencari bantuan untuk menghentikan penindasan tersebut mungkin diabaikan, sehingga hanya menambah perasaan bahwa dia memiliki kendali terbatas atas keadaannya.

Ada hubungan antara trauma (dampak perundungan) dengan gangguan obsesif kompulsif, individu korban perundungan cenderung terobsesi untuk mengendalikan lingkungannya dan/atau tubuh. Sayangnya, dalam mencoba mengendalikan, mereka justru seringkali kehilangan rasa kendali atas kemampuannya dalam mengambil keputusan.  

1. Apa itu OCD?

Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!ilustrasi penderita OCD (freepik.com/freepik)

Obsessive Compulsive Disorder atau disingkat OCD merupakan gangguan kesehatan mental yang menjadikan pengidapnya mempunyai pemikiran dan dorongan yang tidak bisa dikendalikan yang sifatnya berulang (obsesi) serta munculnya perilaku paksaan (kompulsif). Pemikiran dan perilaku tersebut tidak mampu dikendalikan oleh pengidapnya. Meskipun pengidap mungkin tidak memiliki pikiran maupun keinginan untuk melakukan hal tersebut, namun pengidap seperti tidak berdaya untuk menghentikannya.

Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya belum bersih. 

Obsesi umum meliputi:

  • Takut terkontaminasi (membuat sesuatu menjadi kotor atau beracun)
  • Takut kehilangan atau melupakan sesuatu
  • Takut melakukan kesalahan
  • Kekhawatiran akan simetri atau ketepatan

Kompulsi umum meliputi:

  • Memeriksa kembali hal-hal, seperti kunci, keran, atau sakelar, berulang kali
  • Sering mencuci tangan dan/atau membersihkan sesuatu
  • Mengulangi sesuatu lagi dan lagi hingga terasa benar
  • Memutar ulang percakapan atau peristiwa masa lalu
  • Berdoa dalam hati untuk mencegah terjadinya peristiwa yang ditakuti
  • Orang dengan OCD mungkin juga mengalami obsesi dan kompulsi lain.

Pengidap OCD memiliki gejala yang bisa memakan waktu lama dan dapat menyebabkan tekanan yang signifikan atau mengganggu kehidupan sehari-hari. Namun, pengobatan tersedia untuk membantu orang mengendalikan gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

2. Dampak bullying terhadap OCD

Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!ilustrasi perundungan di sekolah (pexels.com/RDNE Stock project)

Bullying menjadi salah satu faktor penyebab gangguan kesehatan mental pada anak atau remaja. Ketika anak mengalami perundungan, mereka cenderung merasa stress atau depresi. Orang tua sebagai penentu perkembangan psikologis dan peningkatan prestasi anak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental ketika remaja.

Studi yang dipublikasikan dalam Social science & medicine (2012) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua berbanding terbalik dengan masalah kesehatan mental anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, berarti semakin sedikit masalah kesehatan mental remaja.

Hal tersebut sejalan dengan laporan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2022) yang meneliti 9398 siswa partisipan yang diambil secara acak. Siswa mengalami gangguan OCD, sensitivitas antarpribadi, dan depresi berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu mereka. Namun, perlu diketahui bahwa masalah kesehatan mental remaja dapat juga ditekan melalui pencapaian pendidikan remaja itu sendiri.

Usia anak-anak hingga remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah yang juga dikenal sebagai salah satu lingkungan utama untuk intervensi psikologis bagi remaja. Beberapa penelitian telah menyelidiki hubungan antara intimidasi teman sebaya dengan OCD. Temuan dalam jurnal Brain Science (2019) menunjukkan adanya berbagai gejala kejiwaan pada anak-anak dan remaja dengan pengalaman menjadi korban perundungan teman sebaya.

Korban perundungan teman sebaya (verbal, fisik dan relasional) akan menunjukkan tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi. Korban kemudian cenderung terobsesi (sebagai gejala OCD) untuk mengendalikan lingkungannya. Namun, dalam mencoba mengendalikannya, mereka seringkali kehilangan rasa kendali atas kemampuannya dalam mengambil keputusan.  

Baca Juga: 4 Alasan Seseorang Jadi Korban Bullying di Drakor, Ada Beragam Faktor

3. Diagnosa OCD

Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!ilustrasi kecemasan berlebihan (freepik.com/freepik)

Saat melakukan diagnosis OCD, pemeriksaan fisik penting dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Selain itu, pemeriksaan fisik juga bertujuan untuk membantu menghilangkan kemungkinan masalah kesehatan mental lainnya sekaligus memeriksa potensi komplikasi. Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium penunjang, seperti perhitungan darah lengkap, pemeriksaan fungsi tiroid, skrining alkohol dan konsumsi obat.

Langkah awal untuk mendiagnosa gangguan OCD diantaranya:

  • Evaluasi psikologis. Psikolog dapat mengevaluasi pikiran, perasaan, gejala, dan pola perilaku pengidap untuk menentukan apakah pengidap memiliki obsesi atau perilaku kompulsif yang mengganggu. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan melalui keluarga atau teman terdekat, tentunya dengan izin pengidap.
  • Kriteria diagnostik untuk OCD. Dokter atau psikolog biasaanya juga menggunakan beberapa kriteria untuk melakukan diagnosa. Kriteria yang dimaksud merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengeliminasi masalah lain yang dapat menyebabkan gejala pada seseorang. Sehingga dokter dapat memeriksa komplikasi yang hanya berkaitan dengan OCD.

4. Tindakan penanganan

Korban Bullying Berisiko Terkena OCD, Orang Tua Wajib Tahu!ilustrasi pendampingan korban perundungan (pexels.com/August de Richelieu)

OCD menjadi masalah kesehatan mental yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Meskipun begitu, pengidap bisa mengurangi gejala dengan menjalani beberapa perawatan. Pengobatan OCD terdiri dari konsumsi obat-obatan, menjalani psikoterapi, atau kombinasi keduanya. 

Dalam beberapa kasus, pengidap OCD juga memiliki masalah kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh (gangguan ketika seseorang memiliki anggapan yang keliru bahwa ada bagian tubuh mereka yang tidak normal). Jadi, sangat penting untuk melihat adanya potensi gangguan lainnya ketika menentukan pilihan perawatan.

Berikut ini beberapa pilihan perawatan untuk mengobati OCD:

  • Psikoterapi

Psikoterapi dengan cognitive behavioral therapy (CBT) dapat membantu mengubah pola pikir pengidap OCD. Dokter akan mengondisikan pengidap dalam situasi yang dirancang untuk menciptakan atau memicu kompulsi. Sementara itu, pengidap akan belajar untuk mengurangi dan kemudian menghentikan pikiran atau tindakan OCD.

  • Relaksasi

Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti meditasi, yoga, dan pemijatan. Cara ini diperlukan untuk membantu pengidap mengatasi gejala OCD yang disertai stres.

  • Pengobatan

Dokter biasanya meresepkan obat psikiatrik yang disebut selective serotonin reuptake inhibitor. Obat ini dapat membantu pengidap mengendalikan obsesi dan kompulsi. Namun, diperlukan waktu dua hingga empat bulan untuk melihat reaksi obat. 

Obat psikiatrik yang umum diresepkan yaitu, citalopram, clomipramine, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline. Jika masih menunjukkan gejala, dokter akan meresepkan obat antipsikotik seperti aripiprazole atau risperidone.

  • Neuromodulasi

Jika terapi dan pengobatan tidak menunjukkan penurunan gejala, dokter akan mengambil tindakan perawatan neuromodulasi pada pengidap. Pengobatan ini dilakukan dengan perangkat yang dapat mengubah aktivitas listrik di area tertentu di otak.

Alat stimulasi magnetik transkranial ini menggunakan medan magnet untuk merangsang sel-sel saraf. Prosedur yang lebih rumit diterapkan karena harus menstimulasi otak dalam, yaitu menggunakan elektroda yang ditanamkan di kepala. 

  • Stimulasi magnetik transkranial

Pengobatan ini dilakukan dengan perangkat non-invasif yang diletakan di atas kepala. Alat ini bekerja dengan cara menginduksi medan magnet, kemudian menargetkan bagian otak tertentu yang mengatur gejala OCD.

Setelah memahami bahwa bullying dapat meningkatkan risiko Obsessive Compulsive Disorder dan gangguan mental lainnya, serta tantangan apa saja yang kemungkinan mereka hadapi. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang baik dari lingkungan sekolah dan keluarga.

Tenaga pengajar memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman mengenai OCD pada lingkungan sekolah dan membantu anak dengan OCD agar lebih percaya diri dalam melakukan interaksi sosial. Dengan menumbuhkan rasa keberagaman dan saling menghargai di antara kelompok pertemanan, lingkungan sekolah juga turut memberikan dukungan bagi anak dengan OCD untuk terus berkembang dan belajar secara maksimal.

Baca Juga: 3 Karakter Pelajar yang Jadi Korban Bullying di Drakor Oktober 2023

Niko Utama Photo Writer Niko Utama

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ken Ameera

Berita Terkini Lainnya