Untuk Milenial, Kesehatan Mental Bukan Masalah Remeh

Kesehatan mental dianggap sebagai isu yang mendesak

Kesadaran akan kesehatan mental terus meningkat. Bagi milenial, kesehatan mental bukanlah masalah yang bisa diremehkan.

Kesehatan mental dianggap sebagai kekhawatiran penting di kalangan milenial Indonesia, dengan 42 persen responden mengakui hal itu sebagai suatu masalah yang mendesak. Ini berdasarkan laporan survei dalam Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2024. Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Advisia sebagai Research Partner.

Meningkatnya diskusi kesehatan mental di seluruh platform media sosial dalam beberapa tahun terakhir berkontribusi pada peningkatan kesadaran, dibicarakan sehari-hari, dan bahkan memengaruhi pola bahasa dengan terminologi terkait terapi

1. Tantangan besar

Untuk Milenial, Kesehatan Mental Bukan Masalah Remehilustrasi mental health (pixabay.com/wokandapix)

Walaupun kesadaran akan kesehatan mental meningkat, tetapi tetap ada tantangan besar yang menghadang. Akses ke profesional layanan kesehatan mental masih terbatas, dan masih kurangnya kesadaran umum mengenai pentingnya kesejahteraan mental.

Stigma mengenai kesehatan mental masih ada. Alih-alih mendapatkan dukungan, individu yang mengalami gangguan kesehatan mental malah harus menghadapi penghakiman. Ini bisa diperparah dengan masalah sosial seperti pernikahan anak dan kemiskinan yang berdampak secara tidak proposional pada kelompok masyarakat dalam strata sosial-ekonomi yang lebih rendah, yang dapat memperburuk tantangan kesehatan mental.

Baca Juga: #TeenSpace: 5 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Remaja

2. Lebih dari 19 juta orang mengalami gangguan mental emosional

Untuk Milenial, Kesehatan Mental Bukan Masalah Remehilustrasi gangguan mental (pexels.com/Polina Zimmerman)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan menunjukkan, lebih dari 19 juta penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Prevalensi skizofrenia dan gangguan psikotik dalam rumah tangga dilaporkan sebesar 7 orang per juta. Yang mengkhawatirkan, 14 persen dari rumah tangga tersebut mengaku mempraktikkan pasung sebagai bentuk pengekangan bagi individu dengan disabilitas psikososial, khususnya di daerah pedesaan.

Data juga menunjukkan meningkatnya penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) mencapai 5,1 persen, dan orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 7,1 per juta. Depresi yang tidak teratasi mengakibatkan meningkatnya kejadian bunuh diri.

Berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada 2016, diperoleh data bunuh diri per tahun sebanyak 1.800 orang, atau setiap hari ada 5 orang bunuh diri. Sebanyak 47,7 persen korban bunuh diri berusia 10–39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Studi ini juga menyoroti prevalensi depresi yang terdiagnosis, yang memengaruhi 6,1 persen penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun. Hanya sebagian kecil, yaitu 9 persen, dari mereka yang didiagnosis dengan depresi menerima pengobatan rutin.

Data ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran kesehatan mental, akses terhadap layanan profesional, dan upaya untuk memerangi stigma seputar masalah kesehatan mental. Mengatasi tantangan-tantangan ini secara kolektif dapat membuka jalan menuju lingkungan yang lebih mendukung kesejahteraan mental di kalangan generasi milenial Indonesia dan masyarakat luas, dimulai dengan meningkatkan akses bagi semua orang.

3. Jumlah profesional kesehatan mental masih kurang

Untuk Milenial, Kesehatan Mental Bukan Masalah RemehIlustrasi konsultasi ke psikolog (freepik.com/shurkin_son)

Meskipun layanan kesehatan jiwa di-cover oleh BPJS, tetapi jumlah profesional kesehatan mental masih sangat sedikit. 

Susy K. Sebayang, peneliti kesehatan masyarakat dari Universitas Airlangga, dan timnya menyebutkan dalam artikel The Conversation (2018) bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa hanya memiliki 773 psikiater dan 451 psikolog klinis.

Pada tahun 2008, pemerintah mengakui psikolog sebagai tenaga kesehatan profesional. Namun, penempatan psikolog di puskesmas di seluruh Indonesia masih sangat terbatas.

Sejauh ini, hanya Yogyakarta yang berhasil menempatkan psikolog di 18 puskesmasnya sejak tahun 2010. Belum ada kota atau kabupaten lain yang menerapkan kebijakan serupa.

IDN Media menggelar Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2023, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema Purposeful Progress, IMGS 2023 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.

IMGS 2023 diadakan pada 24–26 November 2023 di Pulau Satu dan Dome Senayan Park, Jakarta. Dalam IMGS 2023, IDN Media juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2024.

Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Advisia sebagai Research Partner. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z Indonesia.

Baca Juga: 7 Pekerjaan Ini Rentan terhadap Depresi, Mental Health Itu Penting

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya