Ilustrasi wanita merasa cemas (freepik.com/freepik)
Bagi mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, olahraga bisa menjadi pedang bermata dua.
Di satu sisi, olahraga dapat membantu mengelola gejala, tetapi di sisi lain bisa memperburuk kondisi jika tidak dilakukan dengan bijak.
Seseorang dengan gangguan mental yang sudah ada mungkin lebih rentan terhadap fluktuasi suasana hati setelah berolahraga, terutama jika mereka sudah mengalami tekanan atau ketidakstabilan emosional.
Selain itu, jika olahraga dilakukan sebagai pelarian dari masalah mental tanpa pengawasan, ini bisa memicu perasaan depresi setelah selesai berolahraga. Dalam kasus ini, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental sebelum memulai atau mengubah rutinitas olahraga.
Merasa depresi setelah berolahraga mungkin terdengar bertentangan dengan manfaat yang seharusnya didapatkan. Namun, memahami penyebab-penyebab yang mendasari perasaan ini bisa membantu kamu mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya.
Referensi
Ekinci, Gülseren Nur, and Nevin Sanlier. “The relationship between nutrition and depression in the life process: A mini-review.” Experimental Gerontology 172 (February 1, 2023).
Mikkelsen, Kathleen, Lily Stojanovska, Momir Polenakovic, Marijan Bosevski, and Vasso Apostolopoulos. “Exercise and mental health.” Maturitas 106 (December 1, 2017).
Tafet, Gustavo E., and Charles B. Nemeroff. “The Links Between Stress and Depression: Psychoneuroendocrinological, Genetic, and Environmental Interactions.” Journal of Neuropsychiatry 28, no. 2 (April 1, 2016): 77–88.
Kreher, Jeffrey B., and Jennifer B. Schwartz. “Overtraining Syndrome.” Sports Health a Multidisciplinary Approach 4, no. 2 (January 31, 2012): 128–38.