ilustrasi pola makan sehat (pexels.com/Nathan Cowley)
Vitamin lain yang bermanfaat untuk perempuan dalam menghadapi siklus menstruasi adalah vitamin D.
Defisiensi atau kekurangan vitamin D dikaitkan dengan beberapa gangguan menstruasi. Menurut studi dalam jurnal Nutrients tahun 2018, ditemukan hubungan positif antara rendahanya tingkat vitamin D dengan frekuensi gangguan menstruasi. Perempuan dengan asupan vitamin D yang rendah ditemukan mengalami siklus menstruasi yang panjang, oligomenorea, dan amenorea.
Para peneliti menyimpulkan bahwa suplemen tambahan diperlukan untuk mengompensasi kekurangan vitamin D, termasuk perbaikan pola makan.
Konsumsi vitamin D yang memadai dapat membantu tubuh menyerap kalsium, jenis mineral yang berperan melindungi dari efek PMS. Bahkan, vitamin D juga bisa mendukung pengaturan hormon dan membantu neurotransmiter, membuat suasana hati lebih teratur.
Ini sesuai dengan hasil studi dalam The Journal of Steroid Biochemistry and Molecular Biology tahun 2010 yang meneliti asupan vitamin D pada mahasiswi. Riset menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengonsumsi makanan tinggi vitamin D cenderung tidak mengalami PMS.
Selain itu, vitamin D juga dianggap bisa membantu mengatasi sakit punggung dan kemurungan yang disebabkan oleh PMS. Merujuk studi dalam jurnal Internal Society of Gynecological Endocrinology tahun 2018, asupan vitamin D dosis tinggi memiliki efek positif pada gejala fisik dan psikologis PMS. Vitamin D terbukti bisa mengurangi kram menstruasi hingga kecenderungan mudah menangis akibat sindrom pramenstruasi.
Untuk mendapatkan manfaat potensial dari vitamin D, makanlah produk susu seperti susu rendah lemak, yoghurt dan keju, serta ikan berlemak seperti tuna dan salmon