9 Rempah yang Ampuh Redakan Gejala Artritis Reumatoid

Umum dikaitkan dengan pengobatan tradisional di Asia, jahe memiliki khasiat antiinflamasi. Baik dicampurkan ke masakan hingga dibuat sebagai wedang, jahe bisa digunakan untuk menangkal inflamasi pada pasien RA.

Menurut sebuah penelitian di Bangladesh dalam jurnal Arthritis tahun 2014, jahe memiliki kemampuan untuk menekan leukotriene (molekul inflamasi) dan prostaglandin (senyawa mirip hormon yang menyebabkan nyeri dan inflamasi).

Dalam sebuah studi di Iran pada 2019, sebanyak 70 pasien RA mengonsumsi 1.500 bubuk jahe atau plasebo selama 12 minggu. Hasilnya, para peneliti menemukan kalau konsumsi jahe memang dapat membantu meringankan RA karena menekan beberapa gen terkait inflamasi tersebut.

Sebagai bumbu masakan, daun thyme sebenarnya memiliki khasiat antioksidan yang andal. Karena antioksidan memang terkenal melawan inflamasi, sebuah penelitian di Australia pada 2015 mengemukakan bahwa thyme memiliki efek antiinflamasi dan antimikroba yang berguna untuk RA.

Mendukung penelitian tersebut, sebuah penelitian di Iran yang dimuat dalam jurnal Complementary Therapies in Medicine pada 2018 menguji enam rempah untuk RA, termasuk thyme. Ternyata, dari enam rempah tersebut, thyme adalah yang paling umum digunakan dan ampuh untuk mengatasi inflamasi pada RA.

Bukan cuma memberi rasa dan warna alami pada masakan, kunyit sudah digunakan turun-temurun untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan, termasuk RA. Menurut sebuah riset gabungan yang dimuat dalam Journal of Medicinal Food pada 2016, kunyit bukan cuma memiliki khasiat antiinflamasi, melainkan analgesik juga.

Bagaimana cara terbaik mengonsumsi kunyit? Tambahkan ke berbagai hidangan berkuah. Selain itu, kombinasi kunyit dengan lada hitam juga amat disarankan. Sebuah riset di Amerika Serikat (AS) pada 2015 menemukan bahwa lada hitam membuat tubuh menyerap kunyit lebih baik.

Arthritis Foundation menyarankan konsumsi ekstrak kunyit 500 miligram (mg) dua kali sehari untuk RA. Akan tetapi, konsultasikan dengan dokter bila pasien RA juga mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan) karena kunyit juga memiliki efek serupa.

Berbicara mengenai salah satu bumbu dapur umum ini, lada hitam memiliki senyawa piperine. Senyawa aktif dalam lada hitam ini ternyata berguna sebagai antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi yang berguna untuk pasien RA.

Sebuah riset di Korea Selatan yang dimuat dalam jurnal Arthritis Research & Therapy pada 2009 menemukan bahwa piperine dapat meredakan inflamasi, nyeri, dan gejala artritis lain pada hewan. Lalu, sebuah riset di Brasil pada 2018 juga menemukan bahwa asam piperic dari lada hitam juga meredakan pembengkakan dan produksi sitokin pada hewan.

Sayangnya, riset mengenai RA dan lada hitam masih terbatas pada hewan. Akan tetapi, dengan hasil yang menjanjikan tersebut, bukan mustahil bila lada hitam memiliki khasiat tersembunyi untuk manusia.

Dari masakan hingga minuman, kayu manis memiliki khasiat antioksidan, baik untuk gula darah dan kolesterol, serta melindungi fungsi kognitif. Ternyata, berbagai riset menemukan bahwa kayu manis juga memiliki khasiat untuk pasien RA.

Sebuah riset di Iran pada 2018 menguji konsumsi bubuk kayu manis 500 mg pada pasien RA perempuan selama 8 minggu. Hasilnya, terlihat penurunan signifikan pada protein C-reaktif/CRP (penanda inflamasi) dan juga terlihat penurunan gejala RA pada persendian.

Selain itu, sebuah riset gabungan yang dimuat dalam jurnal Complementary Therapies in Medicine pada 2010, menemukan bahwa suplemen kayu manis bisa menurunkan kadar CRP dan penanda inflamasi lain, serta stres oksidatif pada pasien RA.

Sementara manfaat ini terkesan menggiurkan untuk pasien RA, tetapi konsumsinya jangan sampai berlebihan, terutama untuk ibu hamil. Selain itu, kayu manis juga dapat mengganggu penggumpalan darah karena memiliki efek antikoagulan. Oleh karena itu, jika pasien RA juga mengonsumsi obat antikoagulan, harap berkonsultasi dulu.

Tidak hanya sedap untuk masakan, bawang putih juga terkenal untuk meringankan gejala RA. Terbukti oleh riset, manfaat ini karena bawang putih mengandung dialil disulfida, senyawa yang dapat menekan efek sitokin pemicu inflamasi.

Dalam sebuah riset di China pada 2018, bawang putih memiliki khasiat yang berguna untuk melawan artritis. Diujikan pada tikus, bawang putih berguna untuk mencegah keropos tulang rawan dan mengurangi inflamasi. Lalu, bagaimana dengan manusia?

Sebuah studi lanjutan di Iran yang dimuat dalam jurnal Phytotherapy Research pada 2020 melibatkan 70 perempuan yang mengonsumsi 500 mg bubuk bawang putih atau plasebo selama 8 minggu. Konsumsi bawang putih menurunkan rasa nyeri dan kadar CRP serta faktor nekrosis tumor (TNF) yang termasuk dalam proses inflamasi.

Diminum baik dingin maupun hangat oleh segala kalangan usia di kawasan Asia turun-temurun, teh hijau (C. sinensis) terkenal dengan manfaat antioksidannya. Ini karena teh hijau mengandung polifenol yang dapat meredakan inflamasi, melindungi persendian, dan mengontrol respons imun untuk meringankan gejala RA.

Sebuah riset di Mesir yang dimuat dalam International Journal of Rheumatic Diseases pada 2017 membandingkan khasiat teh hitam dan teh hijau. Meskipun sama-sama dari C. sinensis, ternyata ekstrak teh hijau memiliki khasiat antiinflamasi yang lebih baik.

Menurut Arthritis Foundation, cabai rawit (C. frutescens) dan keluarga cabai-cabaian lainnya mengandung senyawa capsaicinoid. Bukan main, senyawa alami tersebut terkenal memiliki khasiat antiinflamasi dan faktanya, banyak salep dan krim mengandung kapsaisin untuk melegakan nyeri pada RA.

Sebuah studi di Inggris yang dimuat dalam jurnal Osteoarthritis Cartilage pada 2018 menguji khasiat kapsaisin untuk osteoartritis (OA). Ternyata, khasiat kapsaisin sama efektifnya dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi nyeri pada pasien OA. 

Cabai rawit umum dicampurkan untuk memberi sensasi pedas, tetapi bisa menyebabkan gangguan pencernaan bagi yang tidak kuat. Kalau itu masalahnya, sudah ada suplemennya, kok! Akan tetapi, senyawa dalam cabai rawit bisa berinteraksi dengan obat-obat lain yang dikonsumsi pasien RA, jadi konsultasi dengan dokter sebelum mencoba.

Menutup daftar ini, ashwagandha sudah digunakan turun-temurun untuk meringankan nyeri tubuh, stres psikis, juga gangguan kesehatan lainnya. Dijuluki "ginseng India", banyak penelitian yang memuji khasiat ashwagandha untuk pasien RA. 

Sebuah riset di India pada 2015 menguji khasiat bubuk ashwagandha dicampur sidh makadhwaj (obat tradisional India). Hasilnya, para peneliti menemukan campuran tersebut ampuh untuk meringankan nyeri dan bengkak pada pasien RA. Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tengah dilakukan.

Ashwagandha juga tergolong aman untuk pasien RA. Namun, pasien harus berkonsultasi dengan terlebih dulu, terutama jika mereka juga menjalani terapi obat diabetes dan tiroid. Selain itu, ibu hamil juga harus konsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi ashwagandha.

Itulah beberapa rempah dan bumbu alami yang bisa digunakan untuk meringankan gejala pasien RA. Ingat, ini bukan obat, melainkan hanya untuk membantu meringankan gejala. Jangan lupa untuk konsultasikan dulu ke dokter sebelum mengonsumsinya, ya!