7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Minum Air yang Mengandung E. coli

Artinya air sudah terpapar tinja

Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Banyak daerah, khususnya di daerah terpencil, sulit mendapatkan akses air bersih untuk diminum.

Hasil studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menyebutkan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi bakteri E. coli.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Ratih Dewanti Hariyadi, peneliti senior di Southeast Asian Food and Agriculture and Technology (SEAFAST) Center IPB University dalam acara Editor's Gathering pada Senin (7/8/2023).

"E. coli ini sebenarnya bakteri penanda. Tidak harus selalu jadi patogen, tapi kalau ada dia berarti (air) pernah bersentuhan dengan tinja. Jadi bakteri ini dijadikan indikator keamanan air bersih," jelas Prof. Ratih.

Lebih lanjut, ia mengatakan hanya 11,9 persen rumah tangga yang memiliki air yang aman dikonsumsi. Data ini cukup mengkhawatirkan karena kebersihan air minum akan berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya pada anak.

Air minum yang tercemar bakteri dari kotoran manusia (E. coli dan Coliform) dapat menyebabkan diare. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita.

Selain itu, air yang tidak bersih juga berpotensi tercemar logam berat timbal. Cemaran ini dapat menumpuk dalam tubuh dan berdampak pada gangguan kehamilan, gangguan perkembangan saraf janin dan anak, serta gangguan ginjal.

Baca Juga: Air Minum Berkualitas Harus Memenuhi 3 Aspek Ini

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya