Indonesia Punya Tantangan Besar untuk Akses Air Minum Berkualitas

Air minum harus bebas dari kandungan mineral terlarut

Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Karena air memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan, akses terhadap air bersih dan air minum yang berkualitas merupakan aspek krusial.

Mengingat pentingnya akses terhadap air minum berkualitas, Danone melalui merek Aqua, menggelar Editor's Gathering pada Senin (7/8/2023).

Acara ini menghadirkan Prof. Dr. Ratih Dewanti Hariyadi, peneliti senior di Southeast Asian Food and Agriculture and Technology (SEAFAST) Center IPB University, untuk memberikan informasi terkait air minum berkualitas. 

1. Indonesia punya masalah air bersih

Indonesia Punya Tantangan Besar untuk Akses Air Minum Berkualitasilustrasi minum air (pexels.com/andrea-piacquadio)

Prof. Ratih mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan berat dalam memenuhi kebutuhan air minum yang berkualitas, layak, dan aman untuk dikonsumsi. Data dari Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) 2020 oleh Kemenkes RI mengatakan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air yang terkontaminasi bakteri E. coli. 

Lebih lanjut, hanya 11,9 persen rumah tangga yang memiliki akses air yang aman dikonsumsi.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa 10 dari 34 provinsi Indonesia masih memiliki Indeks Kualitas Air yang kurang baik akibat pencemaran. Data ini ia dapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019.

"E. coli ini sebenarnya bakteri penanda. Tidak harus selalu jadi patogen, tapi kalau ada dia berarti (air) pernah bersentuhan dengan tinja. Jadi bakteri ini dijadikan indikator keamanan air bersih," jelas Prof. Ratih.

2. Air yang tercemar menyebabkan masalah kesehatan

Indonesia Punya Tantangan Besar untuk Akses Air Minum Berkualitasilustrasi diare (freepik.com/jcomp)

Mengonsumsi air minum yang kurang bersih bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Prof. Ratih menjelaskan bahwa air minum yang tercemar bakteri dari kotoran manusia (E. coli dan Coliform) dapat menyebabkan diare. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita.

Selain itu, air yang tidak bersih juga berpotensi tercemar logam berat timbal. Cemaran ini dapat menumpuk dalam tubuh dan berdampak pada gangguan kehamilan, gangguan perkembangan saraf janin dan anak, serta gangguan ginjal. 

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, beberapa agen etiologi dalam air yang umum menyebabkan penyakit termasuk giardia, norovirus, bakteri, dan mikroorganisme lain yang tidak diketahui. 

Baca Juga: 10 Manfaat Minum Air Putih saat Perut Kosong, Bisa Dukung Imun!

3. Aspek penting air minum berkualitas

Indonesia Punya Tantangan Besar untuk Akses Air Minum Berkualitasilustrasi air minum (unsplash/Jana Sabeth)

Menurut Prof. Ratih, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan agar air minum layak untuk dikonsumsi. Secara estetika, ia menjelaskan bahwa air minum harus bebas dari kekeruhan, bau, rasa, dan warna yang tidak disukai. 

Air minum juga harus bebas dari kandungan mineral terlarut (seperti besi dan mangan) dan mikro patogen (bakteri atau virus) dalam jumlah yang tidak diinginkan. Kandungan tersebut dapat memberikan dampak negatif untuk kesehatan.

Jriteria tersebut menjadi dasar dalam standarisasi air minum di Indonesia yang meliputi air minum publik, air minum isi ulang, dan air minum kemasan.

4. Perlu waspada akan cemaran air

Indonesia Punya Tantangan Besar untuk Akses Air Minum BerkualitasIlustrasi air minum (pexels.com/Daria Shevtsova)

Lebih lanjut, Prof. Ratih menjelaskan pentingnya untuk mewaspadai polutan atau cemaran dalam air. Kebanyakan cemaran kimiawi, biologis, dan fisik dalam air minum tidak dapat dideteksi menggunakan indra manusia. 

Menurut penjelasan Prof. Ratih, cemaran pada air minum bisa dibagi menjadi empat, yang meliputi:

  • Bahaya kimiawi yang meliputi logam berat, senyawa organik sintetis, senyawa anorganik, atau residu kegiatan pertanian. 
  • Bahaya biologis yang meliputi bakteri patogen, virus, dan protozoa. 
  • Komponen radioaktif yang meliputi radium, radon, atau uranium. 
  • Bahaya fisik yang meliputi padatan (contohnya sedimen dan partikel tersuspensi) dan sampah organik yang dibuang ke air. 

Untuk bahaya non biologis, air tidak cukup hanya dipanaskan. Maka dari itu, pemurnian air memerlukan proses dan teknologi yang memadai. 

"Pengelolaan air untuk menghasilkan air minum terdiri dari berbagai tahapan untuk mengurangi cemaran mikrobiologis, kimiawi, fisik," ujar Prof. Ratih. 

Indonesia memiliki tantangan yang besar untuk menyediakan akses air minum berkualitas. Kesadaran dan pengetahuan tentang air minum berkualitas menjadi langkah awal untuk meningkatkan konsumsi air minum berkualitas. 

Baca Juga: 7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Minum Air yang Mengandung E. coli

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya