Kemenkes Luncurkan TB Army untuk Bantu Turunkan Kasus TBC di Indonesia

Estimasi pasien TBC resistan obat di Indonesia 28.000 orang

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan besar di Indonesia. Penyakit menular ini makin mengancam kesehatan masyarakat dengan adanya jenis bakteri TBC yang resistan obat (RO) yang kebal terhadap antibiotik lini pertama.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) angka pasien terdiagnosis TBC RO yang memulai pengobatan tahun 2022 hanya mencapai 60 persen, sementara sisanya belum menjalani pengobatan.

Menyadari permasalahan ini, Kemenkes membentuk TB Army untuk mengurangi angka pasien TBC di Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Perhimpunan Organisasi Pasien Tuberkulosis (POP TB) Indonesia dan Global Fund, program TB Army resmi diluncurkan pada Selasa (30/8/2023) di Jakarta.

TB Army merupakan sebuah gerakan dari komunitas penyintas TBC RO untuk menelusuri pasien-pasien TBC RO yang belum memulai pengobatan setelah diagnosis. Ini bertujuan untuk memudahkan pasien TBC mendapatkan akses pengobatan yang berkualitas. 

1. Prevalensi kasus TBC

Kemenkes Luncurkan TB Army untuk Bantu Turunkan Kasus TBC di Indonesiailustrasi warga menggunakan masker (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, mengatakan bahwa kasus TBC di Indonesia masih mengkhawatirkan. Mengutip data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), ia menyebutkan ada 10,6 juta orang secara global yang mengalami TBC.

Penyakit saluran pernapasan ini menempati urutan ke-12 sebagai penyebab kematian utama secara global. TBC juga menjadi penyebab utama kematian pada orang dengan HIV dan merupakan kontributor utama resistansi anti mikroba.

2. Banyak pasien TBC yang tidak menjalani pengobatan

Kemenkes Luncurkan TB Army untuk Bantu Turunkan Kasus TBC di Indonesiailustrasi pasien TBC (unsplash.com/Bermix Studio)

Lebih lanjut, ia memaparkan estimasi pasien TBC RO di Indonesia ada sebanyak 28.000 orang. Akan tetapi, yang terdeteksi baru sekitar 8.300 atau sekitar 30 persen dari estimasi pasien.

Angka orang dengan TBC yang memulai pengobatan hanya sekitar 5.200 orang atau sekitar 63 persen dari yang ternotifikasi.

"Angka keberhasilan pengobatannya sebesar 46 persen. Jadi sebetulnya, dari 28 ribu yang berhasil kita obati tidak sampai 10 persen," ucap Imran.

Banyaknya pasien TBC yang tidak menjalani pengobatan menjadi latar belakang terbentuknya program TB Army oleh Kemenkes. Dengan kegiatan ini, harapannya semua pihak bisa bekerja sama dalam menurunkan kasus TBC di Indonesia. 

Baca Juga: Kapan Pasien TBC Tidak Lagi Menularkan Penyakit?

3. Program awal TB Army

Kemenkes Luncurkan TB Army untuk Bantu Turunkan Kasus TBC di Indonesiailustrasi TBC anak atau TB anak (unsplash.com/Vitolda Klein)

Pada kesempatan tersebut, Menkes Budi G. Sadikin menyatakan bahwa penyintas TBC merupakan aspek yang sangat penting dalam eliminasi TBC. Mereka dapat berperan sebagai role model bagi pasien TBC RO lainnya dengan menumbuhkan optimisme dan semangat untuk memulai dan menjalani pengobatan.

"Semoga adanya TB Army dapat berkontribusi maksimal dalam penelusuran initial lost to Follow-Up (iLtFU) menyasar ke seluruh pasien terdiagnosis sehingga mendukung pasien untuk sembuh. TB Army juga menjadi momentum yang baik untuk membuktikan bahwa Indonesia mempunyai usaha-usaha yang kuat dalam eliminasi TBC,” ucap Budi. 

Program awal TB Army ini disasarkan untuk 47 Kabupaten/Kota di 13 Provinsi. Program ini dilakukan dalam tiga angkatan, yaitu pertama di Surabaya (15-17 Agustus 2023), kedua di Medan (22-24 Agustus), dan terakhir hari ini di Jakarta (28-30 Agustus).

Program TB Army harapannya dapat membantu menurunkan kasus TBC di Indonesia. Dengan melibatkan komunitas, program ini diharapkan dapat mendorong pasien TBC untuk berobat. 

Baca Juga: TBC Laten dan TBC Aktif, Apa Saja Perbedaannya?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya