Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi cedera lutut (pexels.com/anastasia-shuraeva)
ilustrasi cedera lutut (pexels.com/anastasia-shuraeva)

Intinya sih...

  • Olahraga yang membutuhkan pergerakan lutut rentan menyebabkan cedera.

  • Cedera lutut terbagi menjadi high energy injury dan low energy injury, mempengaruhi tulang dan struktur bukan tulang.

  • Rumus mencegah cedera: pemanasan sebelum olahraga, kenali olahraga yang cocok, ketahui batasan tubuh.

Sejumlah olahraga seperti tenis, pingpong, hingga padel mengharuskan kamu untuk menggunakan lutut sebagai tumpuan karena didominasi pergerakan ke kanan maupun kiri, maju dan mundur, membalikkan badan, hingga melompat.

Tak jarang, seseorang berpotensi mengalami cedera, mungkin karena persiapannya yang kurang atau olahraga yang melebihi kapasitasnya. Hal ini menjadi pembahasan dalam Health Talk by IDN Times "Cedera Lutut saat Lari, Apa yang Harus Dilakukan?" bersama dr. Anggaditya Putra, Sp.OT(K), Hip and Knee Spesialis Orthopedi: Sendi Lutut dan Pinggul.

Dua jenis cedera

Dokter Anggaditya mengategorikan cedera menjadi high energy injury dan low energy injury, yang dinilai dari penyebabnya.

Pada high energy injury, kasusnya bisa sampai pada permasalahan tulang yang bergeser. Sementara pada low energy injury, ini dapat menyebabkan cedera pada struktur yang bukan tulang, contohnya bantalan pada sendi lutut, urat atau ligamen hingga tulang rawan.

"Kalau atlet itu cedera adalah bagian dari risiko pekerjaannya. Tapi kalau bukan atlet, rata-rata main cause-nya adalah kalau nggak persiapannya kurang atau pas olahraga/kegiatannya semangat banget. Akhirnya memaksakan di atas kapasitasnya," jelas dr. Anggaditya.

Rumus mencegah cedera

ilustrasi pemanasan sebelum berolahraga (unsplash.com/Gabin Vallet)

Dalam kasus olahraga lari, jarang ditemui seseorang cedera berat, kecuali jika dia terjatuh dengan sangat keras, terpelanting hingga menabrak pembatas jalan, atau terpuntir sampai terjadi patah tulang.

Cedera pelari didominasi oleh cedera ligamen dan bantalan pada sendi lutut. Agar tidak cedera, dr. Anggaditya menyiapkan beberapa "rumus" yang harus kamu ikuti:

  • Pemanasan sebelum melakukan kegiatan dan pendinginan setelahnya.

  • Perlu mengetahui olahraga yang cocok, termasuk alat-alat yang digunakan, misalnya sepeda atau sepatu.

  • Tidak perlu terlalu kompetitif sehingga menjadi berlebihan layaknya atlet profesional.

Cara mengetahui nyeri yang aman dan mana yang menandakan cedera

Rasa sakit saat berolahraga adalah hal yang umum terjadi. Namun, tidak semua jenis nyeri bisa dianggap wajar dan diabaikan begitu saja. Menurutnya, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara rasa sakit yang perlu diwaspadai dengan nyeri yang masih tergolong aman.

“Kalau sakitnya muncul tiba-tiba dan sangat intens, misalnya tadinya aman-aman saja lalu saat berlari tiba-tiba harus berhenti karena sakit banget, itu tanda tubuh sedang memberi sinyal. Ikuti tubuh, stop dulu, jangan dipaksakan,” ujar dr. Anggaditya.

Rasa sakit sejatinya adalah cara tubuh berkomunikasi. Organ-organ dalam tubuh tidak bisa berbicara secara langsung dan satu-satunya bahasa yang bisa mereka gunakan adalah rasa nyeri.

“Jangan pernah menyepelekan rasa sakit karena rasa sakit itu adalah satu-satunya bahasa organ-organ kita untuk komunikasi. Kalau sampai harus berhenti olahraga, itu red flag dan harus segera diperiksakan,” tambahnya.

Namun, ada juga kondisi ketika rasa sakit masih tergolong aman. Misalnya, jika rasa nyeri muncul setelah olahraga namun hilang saat istirahat, dan muncul lagi saat aktivitas fisik, bisa jadi itu hanya masalah intensitas atau durasi latihan.

Editorial Team