5 Tanda Tubuh Mengalami Kelebihan Hormon Kortisol, Jangan Sepelekan!

Segala hal yang berlebihan memang kurang baik, termasuk kelebihan hormon kortisol pada tubuh. Beberapa hal akan kamu alami sebagai gejala yang menandakan tubuhmu kelebihan hormon kortisol.
Hormon kortisol, si hormon stres, memang punya peran penting dalam membantu tubuhmu menghadapi situasi sulit. Namun, kadarnya yang tinggi secara terus-menerus bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan. Nah, kira-kira apa saja tanda yang menunjukkan bahwa tubuh sedang kelebihan hormon kortisol? Scroll terus ke bawah untuk menemukan jawabannya!
1. Kulit gampang terluka dan muncul stretch marks

Saat hormon kortisol meningkat, tubuh bisa menunjukkan beberapa tanda-tanda yang mencolok. Kulit mungkin lebih rentan terhadap memar, mudah terluka, dan timbulnya stretch marks di beberapa area tubuh.
Gejala tersebut bisa menjadi indikasi bahwa tingkat kortisol dalam tubuh terlalu tinggi. Kelebihan hormon kortisol bisa mengganggu kesehatan kulit secara keseluruhan. Kulit yang tipis dan melemah merupakan hasil langsung dari tingginya hormon tersebut.
2. Permasalahan rambut

Tingginya hormon kortisol yang ada dalam tubuh dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut. Tingginya hormon kortisol dan androgen dalam tubuh dapat mengakibatkan timbulnya fenomena hirsutisme.
Hirsutisme terjadi ketika kamu mengalami pertumbuhan rambut berlebihan pada tubuh. Biasanya, rambut tersebut akan tumbuh di wajah, kaki, tangan, perut, dan bagian lainnya. Selain itu, kelebihan hormon kortisol juga bisa memicu perlambatan pertumbuhan rambut dan kerontokan. Perempuan yang mengalami masalah ini, rambutnya akan mudah tipis dan bahkan menyebabkan kebotakan.
3. Berat badan mudah meroket

Saat tubuhmu sedang berada di fase kelebihan hormon kortisol, metabolisme pun akan melambat. Hal ini terjadi karena salah satu fungsi kortisol terkait metabolisme tubuh. Ketika metabolisme tubuhmu melambat, akan terjadi surplus energi walau makan dengan porsi yang sama. Akibatnya, kamu pun akan mudah naik berat badan.
Selain itu, hormon kortisol yang kerap muncul saat stres juga membuatmu lebih kalap makan. Untuk beberapa orang, reaksi ini umum terjadi sebagai mekanisme coping terhadap stres.
4. Tubuhmu akan mudah lelah dan letih

Tidak hanya mempengaruhi penampilan, tubuh yang sedang mengalami kelebihan hormon kortisol juga akan merasakan perubahan pada stamina. Kamu mungkin akan mudah capek, lemas, letih dan lesu daripada biasanya. Kadar kortisol yang tinggi dapat menyebabkan atrofi otot, tubuh jadi lemah, dan kamu akan merasakan tidak nyaman saat beraktivitas.
Akibatnya, kamu jadi mager dan menunda-nunda pekerjaan. Jika tidak segera mencari penanganan profesional, tanda ini akan mengganggu produktivitas harianmu, lho.
5. Munculnya masalah reproduksi dan kesuburan

Tubuh yang sedang tinggi hormon kortisol harus dihindari ketika akan melakukan program hamil (promil). Tak hanya berdampak pada perempuan saja, masalah ini juga menimpa para pria.
Kelebihan hormon kortisol pada pria akan termanifestasi dalam disfungsi ereksi, jumlah sperma rendah, dan hasrat seks yang rendah. Nah, bahaya banget buat yang lagi promil!
Sedangkan untuk perempuan, gejala tingginya kortisol pada tubuh akan menyebabkan beberapa masalah. Seperti menstruasi tidak teratur dan penghentian total menstruasi sehingga dapat memperkecil kemungkinan untuk hamil.
Selain itu, perempuan pun juga dapat mengalami peningkatan risiko keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, dan kelahiran prematur selama kehamilan. Tentunya, risiko tersebut akan menambah kecil kemungkinanmu untuk mendapatkan momongan.
Tanda-tanda tubuh yang mengalami kelebihan hormon kortisol memang tidak mengancam nyawa. Namun, bukan berarti kamu bisa menyepelekannya. Jika kamu mengalami tanda-tanda di atas, segera buat appointment dengan dokter. Masalah ini tidak mustahil jika diatasi dengan bantuan pihak profesional.
Referensi :
Guillot, B. (2013, May). Effets indésirables cutanés des glucocorticoïdes. La Revue De Médecine Interne, 34(5), 310–314.
Society for Endocrinology. Diakses pada 3 Mei 2024. Cortisol.
Thom, E. (2016, August). Stress and the Hair Growth Cycle: Cortisol-Induced Hair Growth Disruption. Journal of Drugs in Dermatology, 15(8).
Mihailidis, J., Dermesropian, R., Taxel, P., Luthra, P., & Grant-Kels, J. M. (2015, June). Endocrine evaluation of hirsutism. International Journal of Women’s Dermatology, 1(2), 90–94.
Piaggi, P. (2019, April 23). Metabolic Determinants of Weight Gain in Humans. Obesity, 27(5), 691–699.
Abraham, S., Rubino, D., Sinaii, N., Ramsey, S., & Nieman, L. (2013, January). Cortisol, obesity, and the metabolic syndrome: A cross‐sectional study of obese subjects and review of the literature. Obesity, 21(1).
Herhaus, B., Ullmann, E., Chrousos, G., & Petrowski, K. (2020, January 27). High/low cortisol reactivity and food intake in people with obesity and healthy weight. Translational Psychiatry, 10(1).
Nieman, L. (2023). Patient education: Cushing syndrome (Beyond the Basics). UpToDate.
Papakokkinou, E., Johansson, B., Berglund, P., & Ragnarsson, O. (2015). Mental Fatigue and Executive Dysfunction in Patients with Cushing’s Syndrome in Remission. Behavioural Neurology, 2015, 1–6.
Jequier, A. M. (2011, March 10). Male Infertility. Cambridge University Press.
Castinetti, F., & Brue, T. (2022, June). Impact of Cushing’s syndrome on fertility and pregnancy. Annales D’Endocrinologie, 83(3), 188–190.