Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut Penelitian

MSG ada secara alami dalam wortel, kentang, keju, udang

Siapa yang tidak tahu monosodium glutamat (MSG), atau kita sering menyebutnya sebagai micin atau vetsin, yang sering digunakan untuk penyedap rasa masakan. Bahan ini marak ditemui di berbagai makanan karena menambah cita rasa umami. Namun, banyak juga yang memandang bahan penyedap ini tidak baik dan berisiko bagi kesehatan.

Apa saja, sih, yang sebetulnya terkandung dalam MSG? Apakah bahan ini berbahaya bagi kesehatan tubuh? Berikut ini fakta-fakta seputar MSG dan hubungannya dengan kesehatan berdasarkan penelitian.

1. MSG salah satu bahan penyusun protein dalam tubuh 

Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut Penelitianilustrasi seseorang menambahkan MSG ke dalam makanan (pexels.com/Gary Barnes)

MSG adalah garam natrium dari glutamat, asam amino yang secara alami ada dalam banyak bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang merupakan bahan penyusun protein penting dalam tubuh.

Glutamat ditemukan dari rumput laut kombu pada tahun 1908 oleh profesor kimia fisik Jepang, Prof. Kikunae Ikeda. Ia kemudian mengekstrak asam amino, melarutkannya dalam air, dan menetralkannya dengan natrium hidroksida untuk membentuk MSG.

Glutamat itu sendiri rasa aslinya pahit. Sementara itu, MSG merupakan perluasan dari empat rasa dasar; manis, asin, pahit dan asam yang kemudian menjadi unik yang dinamakan dengan istilah "umami" oleh Ikeda.

Mengutip laman Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), MSG ada secara alami dalam berbagai makanan, seperti wortel, bawang, kol, kentang, kuning telur, keju, kecap, ikan teri, dan udang. MSG juga ada yang diproduksi melalui fermentasi dari makanan hewani atau nabati, termasuk tetes tebu, bit gula, kacang-kacangan, jamur, dan rumput laut.

2. Mitos: MSG mengandung natrium lebih tinggi dari garam biasa

Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut Penelitianilustrasi MSG, micin, atau vetsin (headaches.org)

Selama ini MSG dikenal dengan kandungan garam atau natrium yang tinggi, yang kemudian dianggap tidak baik untuk tubuh. Natrium memang nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh, tetapi dalam jumlah yang kecil untuk menjaga volume dan tekanan darah.

Sebuah studi dalam International Journal of Molecular Sciences tahun 2020 juga mengaitkan kelebihan asupan natrium dengan tekanan darah tinggi dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Namun, faktanya MSG memiliki kandungan garam yang lebih sedikit daripada garam dapur biasa. MSG cuma mengandung 12 persen natrium, yang merupakan sepertiga dari jumlah garam biasanya yang bisa mencapai 40 persen natrium.

Penelitian dalam jurnal Nutrients tahun 2019 telah mengeksplorasi MSG sebagai alternatif yang layak untuk garam, untuk mengurangi asupan natrium dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pengurangan risiko hipertensi.

Baca Juga: Micin Baik atau Buruk? Ini 13 Fakta tentang MSG yang Harus Kamu Tahu!

3. Mitos: makanan yang mengandung MSG juga mengandung gluten

Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut Penelitianilustrasi memasak (pexels.com/Sarah Chai)

Banyak orang beranggapan bahwa makanan yang mengandung MSG juga mengandung gluten. Padahal, gluten dan MSG ditemukan dalam bentuk dan bahan makanan yang relatif berbeda.

Gluten adalah protein yang ada dalam makanan berbasis gandum yang bisa saja menjadi masalah kesehatan bagi orang-orang dengan penyakit celiac atau sensitivitas gluten. Sekitar 35 persen protein gluten terdiri dari asam amino glutamin, yang memainkan peran penting dalam menjaga kekebalan tubuh. Ini dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih besar saat seseorang sedang sakit.

Sementara itu, glutamat, asam amino utama dalam MSG, ditemukan terutama dalam makanan yang akan protein dan merupakan neurotransmiter penting yang mendorong sel-sel di usus. Tubuh menggunakannya untuk membuat asam amino lain dan tidak membutuhkannya dalam jumlah yang lebih besar selama masa stres atau sakit.

4. Makanan berlabel non-MSG bukan berarti bebas dari kandungan MSG

Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut PenelitianIlustrasi makanan mengandung MSG (Pexels.com/Satyam Verma)

FDA mengharuskan produsen makanan untuk mencantumkan tambahan MSG sebagai "monosodium glutamat" di kemasan. Makanan tanpa ekstrak MSG tambahan tidak harus mencantumkan bahan ini. Namun, bukan berarti makanan tersebut bebas dari MSG.

Sebab, MSG juga terjadi secara alami di banyak bahan makanan nabati dan hewani seperti dijelaskan sebelumnya. Jika produk kemasan mengandung salah satu bahan yang mengandung MSG ini, produk tersebut kemungkinan juga akan mengandung MSG. FDA memastikan, bagaimanapun, bahwa produk dengan bahan makanan yang mengandung MSG tidak dapat mengklaim bebas MSG.

FDA menganggap penambahan MSG ke makanan sebagai “generally recognized as safe” (GRAS). Meskipun banyak orang mengklaim diri mereka sensitif terhadap MSG, para ilmuwan belum mampu secara konsisten menemukan reaksi tersebut dalam penelitian dengan individu yang diberi MSG atau plasebo. 

5. Belum ada studi pasti yang membuktikan MSG berisiko buruk bagi kesehatan 

Monosodium Glutamat (MSG), Fakta dan Kontroversinya Menurut Penelitianilustrasi makan bersama keluarga (pexels.com/Angela Roma)

Meskipun FDA mengklasifikasikan MSG pada umumnya aman, tetapi beberapa penelitian telah mengeksplorasi hubungan potensial MSG dengan sejumlah kondisi kesehatan, terutama setelah laporan gejala ringan dan sensitivitas setelah dikonsumsi.

Studi tahun 2019 menyebut adanya hubungan antara konsumsi MSG dosis tinggi dengan peningkatan denyut jantung, risiko serangan jantung, dan dampak negatif pada kesehatan hati, kesuburan, dan pembentukan tumor dalam konteks obesitas yang diinduksi MSG pada tikus.

Namun, penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah MSG yang digunakan pada tikus tidak mencerminkan kenyataan dalam konsumsi MSG pada manusia.

Penelitian lain dalam sebuah studi laboratorium tahun 2017 menemukan kalau MSG dosis tinggi berpotensi bertindak seperti pengganggu endokrin dan mungkin berperan dalam pengembangan obesitas.

Namun, sekali lagi, dosis MSG yang diberikan dalam penelitian tersebut juga lebih tinggi daripada asupan harian rata-rata 13 gram glutamat dari makanan alami dan 0,55 g dari bahan tambahan makanan MSG per hari, dan tingkat dosis aman 30 miligram glutamat per kilogram (kg) berat badan konsumsi MSG harian.

Misalnya, dalam satu percobaan, tikus menerima 0,5-1,5 g MSG per kg berat badan, yang menyebabkan detak jantung yang cepat.

Untuk orang dewasa dengan berat 68 kg (150 pon), ini setara dengan 34-102 g glutamat per hari, yang 2,5-7,5 kali lebih besar dari asupan harian rata-rata saat ini.

Oleh karena itu penting untuk dicatat bahwa kita tidak dapat memperkirakan hasil penelitian berbasis hewan dan laboratorium ini kepada manusia.

Tidak jelas bagaimana paparan MSG dosis rendah jangka panjang dari berbagai sumber makanan memengaruhi kesehatan manusia. Penelitian lebih lanjut dan luas pada manusia diperlukan.

MSG adalah bentuk garam dari asam amino glutamat, yang terjadi secara alami dalam berbagai makanan dan sayuran kaya protein, seperti udang, rumput laut, dan tomat. Meskipun dianggap aman sebagai aditif makanan, beberapa kontroversi kesehatan seputar masih terus berkembang luas. Hubungan antara penggunaan MSG pada manusia dan timbulnya kondisi seperti obesitas, penyakit jantung, infertilitas, atau penyakit hati masih belum jelas dan belum terbukti.

Baca Juga: Tak Kalah Umami, Ini 8 Alternatif Terbaik Kecap Asin

Alphabet stories Photo Verified Writer Alphabet stories

Hanya mencoba menguraikan isi kepala.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya