18 Penyakit yang Bisa Menyebabkan Kabut Otak atau Brain Fog

- Kabut otak atau brain fog merujuk pada masalah dengan fokus, ingatan, logika, dan pemecahan masalah.
- Ada banyak kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan kabut otak, seperti COVID-19, hipotiroidisme, gagal ginjal, sirosis, ADHD, dan lain-lain.
Kabut otak atau brain fog adalah istilah yang menggambarkan masalah dengan fokus, ingatan, logika, dan pemecahan masalah. Ini biasanya bukan pertanda kamu punya kondisi medis atau penyakit, tetapi kadang bisa menjadi salah satu dari beberapa tanda masalah kesehatan yang butuh perawatan medis.
Berikut ini informasi tentang penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan kabut otak.
1. COVID-19
Kabut otak adalah gejala long COVID yang umum dilaporkan, atau gejala yang terjadi setelah infeksi COVID-19 dan berlangsung lebih dari 28 hari. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hampir sepertiga orang mengalami kesulitan kognitif selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah terinfeksi COVID-19
Siapa pun bisa mengalami long COVID, meskipun risiko umumnya meningkat seiring dengan tingkat keparahan gejala COVID-19.
Vaksinasi membantu mengurangi risiko penyakit parah dan mungkin long COVID.
2. Stres, kecemasan, dan depresi

Merasa sedih atau stres sesekali itu normal. Namun, kalau merasa cemas, gelisah, sedih, atau putus asa selama lebih dari dua minggu, kamu mungkin akan sulit berpikir jernih. Itu karena depresi, kecemasan, dan bahkan tingkat stres yang tinggi bisa melelahkan secara mental. Perasaan ini dapat mengganggu fokus dari tugas sehari-hari.
Jika depresi atau kecemasan adalah penyebab kabut otak, kamu mungkin memiliki gejala lain, seperti:
- Rasa putus asa, kekhawatiran terus-menerus, kesedihan, atau perasaan "kosong".
- Perasaan bersalah, tidak berharga, tidak berdaya.
- Kehilangan minat atau ketidakmampuan untuk menikmati aktivitas yang biasanya kamu sukai.
- Tingkat energi rendah.
- Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan atau makan berlebihan dan penambahan berat badan.
- Perubahan pola tidur.
3. Kekurangan vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) sangat penting untuk menjaga kesehatan saraf dan darah. Jika kekurangan nutrisi ini, kamu bisa susah fokus. Kondisi ini terjadi pada beberapa orang (misalnya vegan atau vegetarian) atau bisa juga akibat dari operasi penurunan berat badan.
Selain kehilangan fokus, tanda-tanda kekurangan vitamin B12 lainnya termasuk:
- Kelemahan otot.
- Mati rasa atau kesemutan di tangan, tungkai, atau kaki.
- Kesulitan berjalan.
- Lesu dan lemah.
Tubuh makin sulit menyerap vitamin B12 seiring bertambahnya usia. Kalau kamu mengalami gejala-gejala di atas, temui dokter. Tergantung tingkat defisiensi, kamu mungkin butuh suntikan, pil, atau multivitamin harian.
4. Penyakit Lyme

Penyakit Lyme, yang ditularkan melalui gigitan kutu yang terinfeksi, sering dimulai dengan ruam klasik "mata banteng" dan kemudian dapat berkembang menjadi beberapa gejala, termasuk kabut otak.
Kabut otak bisa muncul kapan saja setelah terinfeksi dan biasanya melibatkan kesulitan mengikuti percakapan, menyimpan informasi, atau menemukan kata yang tepat.
5. Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit radang kronis ketika lesi pada sistem saraf pusat dapat memengaruhi fungsi motorik, emosi, kognisi, atau seberapa jernih seseorang berpikir. Orang dengan MS terkadang menyebut pengalaman kabut otak mereka sebagai "kabut kognitif".
Kabut otak MS umumnya memengaruhi kecepatan dalam memproses informasi dan kemampuan untuk mengingat hal-hal. Kabut otak dapat membuat pasien MS kesulitan menemukan kata yang tepat, kesulitan mengingat bagaimana melakukan tugas, dan sulit membuat keputusan.
Beberapa bukti menunjukkan adanya tumpang tindih MS dengan gangguan tidur. Kurang tidur atau gelisah dapat memperparah kabut otak. Panas juga bisa memicu kabut otak.
6. Hipotiroidisme

Jika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid (hipotiroidisme), banyak bagian tubuh, termasuk otak, mungkin tidak berfungsi secepat atau seefisien biasanya. Ini bisa membuat kamu sering lupa atau sulit berpikir jernih.
Kalau kabut otak disebabkan oleh masalah tiroid, kamu juga mungkin mengalami:
- Merasa sangat lelah.
- Berat badan naik tanpa alasan yang jelas.
- Merasa lemah, kaku, atau nyeri pada otot.
- Memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap dingin.
- Sembelit.
7. Sindrom Sjogren
Gejala klasik penyakit autoimun inflamasi kronis sindrom Sjogren adalah mata kering dan mulut kering. Kabut otak dalam kasus ini biasanya melibatkan penyimpangan ingatan dan konsentrasi yang buruk.
Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa tantangan kognitif adalah "manifestasi klinis pertama" dari sindrom Sjogren, muncul sebelum diagnosis resmi dibuat.
Para peneliti menyimpulkan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan antara disfungsi kognitif sindrom Sjogren, mencatat bahwa kabut otak mungkin merupakan akibat dari gejala lainnya, seperti kelelahan.
8. Fibromialgia

Fibromialgia adalah kelainan kronis yang menyebabkan nyeri tekan dan muskuloskeletal yang meluas, bersamaan dengan kelelahan, masalah ingatan, dan banyak lagi.
Orang dengan fibromialgia bisa mengalami kabut otak, kadang-kadang disebut "fibro fog," yang meliputi kesulitan berkonsentrasi dan berpikir serta masalah ingatan.
Gejala nyeri dari fibromialgia bisa membuat sulit tidur dan meningkatkan kelelahan, yang dapat memperburuk kabut otak.
9. Sirosis
Sirosis adalah jenis penyakit hati kronis yang paling sering disebabkan oleh penggunaan alkohol berat atau hepatitis C. Orang dengan sirosis dapat mengembangkan kondisi yang disebut ensefalopati hepatik, yang dapat memiliki efek kognitif.
Ensefalopati hepatik terjadi ketika tubuh membangun amonia karena hati tidak bekerja dengan baik untuk memetabolismenya. Amonia bisa masuk ke otak dan menyebabkan kabut otak.
Ensefalopati hepatik adalah kondisi yang sangat serius. Kondisi ini bisa menyebabkan gejala ringan seperti lekas marah, tetapi dalam kasus yang parah bisa menyebabkan koma.
10. Migrain

Gejala migrain bisa sangat melemahkan, mulai dari sakit kepala hebat hingga kelelahan, mual, dan muntah. Gejala-gejala itu bisa menimbulkan perasaan berkabut di otak.
Kabut otak mungkin merupakan bagian dari fase postdrome migrain, dalam beberapa jam atau hari setelah migrain. Salah satu gejala fase postdrome yang paling umum adalah kesulitan berkonsentrasi. Gejala lain mungkin termasuk leher kaku dan kelelahan.
11. Penyakit celiac dan sensitivitas gluten
Penyakit celiac menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang usus kecil saat kamu mengonsumsi gluten, protein dalam gandum dan biji-bijian lainnya. Penyakit ini menyebabkan sejumlah gejala yang berhubungan dengan usus, seperti sakit perut, kembung, sembelit, dan diare.
Gejala lain, seperti kelelahan, nyeri sendi, atau sariawan, dapat terjadi, dan beberapa di antaranya mungkin memengaruhi otak.
Orang dengan kabut otak terkait penyakit celiac melaporkan merasa disorientasi, pelupa, dan tidak mampu fokus atau memperhatikan. Menurut penelitian, pasien penyakit celiac yang mengikuti diet ketat bebas gluten melaporkan peningkatan kinerja kognitif.
12. Sindrom kelelahan kronis

Kabut otak adalah masalah yang terus-menerus terjadi bagi kebanyakan orang dengan sindrom kelelahan kronis.
Dokter mendiagnosis kamu dengan kondisi ini ketika kamu mengalami kelelahan fisik dan mental setidaknya selama enam bulan. Penyebabnya belum diketahui, tetapi masalah pada ingatan, fokus, dan berpikir adalah gejalanya.
Tanda-tanda lainnya termasuk:
- Kelelahan yang luar biasa tanpa alasan yang jelas.
- Tidur yang tidak nyenyak.
- Nyeri sendi atau otot.
- Sakit tenggorokan.
13. Lupus
Lupus adalah penyakit autoimun kronis saat sistem kekebalan salah mengira sel-sel sehat tubuh sebagai penyerbu dan menyerangnya, menyebabkan peradangan dan rasa sakit.
Banyak pasien lupus kadang menyebut kabut otak sebagai "kabut lupus", menggambarkannya sebagai penyimpangan dalam ingatan, sulit konsentrasi, dan kebingungan.
Pasien mungkin kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang sudah dikenal, mengingat nama, membuat jadwal, dan memproses pikiran.
Pada beberapa orang, gejalanya cukup buruk sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari secara signifikan. Kabut otak terkait lupus biasanya hilang timbul.
14. ADHD

Attention defisit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan mental yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja. Gejalanya bisa meliputi:
- Ketidakmampuan untuk fokus.
- Hiperaktivitas.
- Sulit mengendalikan perilaku.
Beberapa orang dengan ADHD mungkin memiliki gejala yang menyerupai kabut otak, seperti pelupa atau kesulitan fokus.
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang dengan ADHD sering melaporkan kesulitan kognitif seperti masalah memori dan masalah dengan fungsi eksekutif (mengikuti instruksi, multitasking, dan perencanaan).
15. Alergi
Rinitis alergi adalah peradangan pada lapisan dalam hidung yang dipicu oleh zat alergen. Gejalanya bisa meliputi hidung meler atau tersumbat, dan bersin-bersin.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa beberapa orang dengan rinitis alergi melaporkan gejala yang berhubungan dengan kabut otak seperti masalah memori dan kesulitan berkonsentrasi.
Sebuah penelitian mencatat, paparan serbuk sari dapat mengubah fungsi otak, menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi, yang dapat menyebabkan kabut otak.
16. Kanker

“Otak kemo” adalah fenomena yang menggambarkan masalah berpikir sebelum, selama, dan setelah pengobatan kanker.
Kabut mental ini dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri, kondisi yang disebabkan oleh kanker (seperti depresi atau masalah tidur), atau berbagai pengobatan termasuk kemoterapi, radiasi, dan terapi hormon.
17. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi jika ada sesuatu yang merusak ginjal, menyebabkan kelebihan cairan dan limbah dalam tubuh. Pasien akan memerlukan cuci darah atau transplantasi ginjal untuk membantu ginjal berfungsi normal.
Kabut otak mungkin merupakan efek samping dari hemodialisis, jenis pengobatan gagal ginjal. Sebuah penelitian mencatat bahwa penumpukan limbah berbahaya dan peradangan dapat memicu kabut otak.
18. Gangguan tidur

Kamu mungkin sering mengalami kabut otak yang parah jika mengalami gangguan tidur. Beberapa gangguan tidur yang paling umum meliputi:
- Insomnia: Ketidakmampuan untuk tertidur atau tetap tertidur atau keduanya
- Narkolepsi: Kantuk berlebihan pada siang hari.
- Sindrom kaki gelisah: Sensasi "merayap" yang menyebabkan nyeri kaki, terutama di malam hari.
- Sleep apnea: "Terengah-engah", mendengkur, atau berhenti dan mulai bernapas saat tidur.
Gangguan tidur di atas dapat menyebabkan kurang tidur dan kelelahan, yang menyebabkan gejala yang berhubungan dengan kabut otak seperti kesulitan menyelesaikan tugas, merasa bingung, dan kesulitan dalam memperhatikan.
Referensi
SN Comprehensive Clinical Medicine, November 2022. Brain fog as a Long-term Sequela of COVID-19.
American Medical Association. Diakses pada Maret 2024. What doctors wish patients knew about long COVID-19 brain fog.
MedicineNet. Diakses pada Maret 2024. What Causes Brain Fog?
Health. Diakses pada Maret 2024. Causes of Brain Fog.
WebMD. Diakses pada Maret 2024. Reasons You May Have Brain Fog.
National Multiple Sclerosis Society. Diakses pada Maret 2024. Cognitive Changes.
Neurology Journal, Juni 2026. The migraine postdrome.
The Clinical Neuropsychologist, 2014. Cognitive Complaints of Adults With Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Frontiers in Neuroscience, Juli 2021. Changes in Resting-State Spontaneous Brain Activity in Patients With Allergic Rhinitis: A Pilot Neuroimaging Study.
National Cancer Institute. Diakses pada Maret 2024. Chemo Brain.
Everyday Health. Diakses pada Maret 2024. What Is Brain Fog? A Detailed Scientific Guide on Limited Cognitive Function.
Kidney Research and Clinical Practice, 2018. Brain consequences of acute kidney injury: Focusing on the hippocampus.