Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya 

Apakah kamu tahu kalau AIDS bisa menyebabkan demensia?

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit imunodefisiensi yang serius akibat infeksi human immunodeficiency virus atau HIV.

Mekanisme penyakit ini ialah menyerang kekebalan tubuh pengidapnya hingga menyebabkan berbagai masalah serius. Parahnya, HIV juga bisa menyerang otak.

Dampak serius yang diakibatkan dari penyebaran HIV ke otak ialah demensia bagi orang-orang dengan AIDS. Sebagaimana dilansir Johns Hopkins Medicine, ensefalopati HIV atau infeksi yang menyebar ke seluruh otak adalah salah satu penyebab demensia pada orang yang terinfeksi HIV. Makin besar penyebaran infeksi di otak, makin buruk gejala demensia. Tanpa perlu panjang lebar lagi, ini dia faktanya!

1. Lebih dari 30 persen orang yang hidup dengan HIV memiliki gangguan neurokognitif 

Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya ilustrasi pasien AIDS (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Sebuah laporan berjudul "Impaired Neurocognitive Performance and Mortality in HIV: Assessing the Prognostic Value of the HIV-Dementia Scale in Mid-range HIV Infection" dalam jurnal AIDS and Behavior tahun 2019 memaparkan data bahwa gangguan neurokognitif adalah prevalensi dan konsekuensi umum dari HIV. Data menyebutkan bahwa lebih dari 30 persen orang yang hidup dengan HIV memiliki gangguan neurokognitif.

HIV-associated neurocognitive disorder (HAND) paling parah yang diderita oleh pasien adalah demensia. Pada tahapan awal infeksi HIV, terjadi gangguan klinis pada limfosit CD4+ dan monosit, yang kemudian inang makrofag mengangkut virus melalui sawar darah otak hingga membuat seseorang terkena demensia.

2. Gejala demensia yang diakibatkan HIV, salah satunya sulit konsentrasi 

Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya ilustrasi gangguan dalam mengingat (unsplash.com/jaikishan patel)

Johns Hopkins Medicine merilis gejala-gejala yang dirasakan penderita demensia akibat infeksi HIV, di antaranya:

  • Selaput otak dan tulang belakang membengkak.
  • Kehilangan ingatan.
  • Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih atau gangguan kognitif.
  • Kesulitan konsentrasi.
  • Kesulitan berbicara dengan jelas.
  • Hilangnya keterampilan motorik.
  • Apatis.

Gejala ini akan bertambah parah bila pasien tidak menjalani terapi antiretroviral atau ARV.

Hal tersebut juga diperjelas oleh Department of Health and Human Service USA dalam sebuah jurnal yang terbit tahun 2019, bahwa mereka yang menderita demensia akibat HIV akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kemampuan dalam melakukan aktivitas penting sehari-harinya seperti mengemudi, memasak, perawatan medis mandiri, manajemen keuangan, dan pekerjaan.

Meskipun demikian, jangan terlalu cemas karena demensia masih bisa dibantu dengan terapi ARV.

Baca Juga: Obat HIV Bisa Jadi Obat Kanker Stadium 4? Ini Hasil Penelitiannya

3. Negara-negara Afrika memiliki kasus HIV yang tinggi, tetapi minim informasi tentang demensia HIV 

Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya ilustrasi kehidupan di Afrika (unsplash.com/Ninno JackJr)

Menurut laporan yang terbit dalam jurnal BMC Psychiatry tahun 2013, kasus infeksi HIV lazim di Afrika dengan 80 persen orang positif HIV di seluruh dunia tinggal di benua tersebut, meskipun benua tersebut merupakan 11-12 persen dari populasi dunia. Faktanya, Afrika menanggung 75 persen beban kematian yang disebabkan oleh transmisi HIV atau AIDS di dunia.

Hal ini diperparah dengan kurangnya informasi mengenai gangguan neurokognitif pada HIV atau AIDS. Sebagian besar gangguan neurokognitif yang berkaitan dengan demensia akibat HIV tidak dikenali, terutama di Afrika sub-Sahara karena penyedia skrining tidak memiliki keahlian untuk mengidentifikasinya.

4. The International HIV Dementia Scale adalah skala untuk mengukur demensia akibat HIV

Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya ilustrasi tes kognitif (unsplash.com/Julia Taubitz)

Menurut sebuah laporan bertajuk "A systematic review of the screening accuracy of the HIV Dementia Scale and International HIV Dementia Scale" yang terbit dalam jurnal PLOS One tahun 2013, International HIV Dementia Scale (IHDS) adalah alat sederhana yang telah dikembangkan untuk menyaring dan membantu diagnosis demensia terkait HIV. Alat ini makin banyak digunakan dalam praktik klinis untuk gangguan neurokognitif minor serta demensia HIV, meskipun adanya ketidakpastian tentang akurasinya.

IHDS adalah hasil modifikasi dari HIV Dementia Scale yang diperkenalkan oleh Sacktor dan rekan penelitiannya. IHDS berisikan tiga tes dasar yang di antaranya ialah fingertapping atau penguji kecepatan motorik, tes psikomotor dengan uji ganti tangan, dan tes ulang kata selam 2 menit untuk menguji memori pasien.

5. Serupa dengan HIV atau AIDS, demensia HIV tidak ada obatnya 

Virus HIV Bisa Memicu Demensia? Ini 5 Faktanya ilustrasi pengobatan HIV (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Sebuah laporan yang ditinjau Jonathan E. Kaplan, pakar penyakit menular dan HIV dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dalam laman WebMD, menyebutkan bahwa demensia HIV sama seperti AIDS, tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Akan tetapi, demensia dapat dikendalikan pada beberapa orang dengan perawatan lain yang sesuai. Pengobatan yang paling penting adalah ARV yang efektif.

Terapi ARV kombinasi atau ARV yang efektif dalam mengendalikan infeksi HIV juga melindungi banyak orang dari transmisi kompleks HIV yang memicu demensia AIDS. Dalam kasus HIV lebih lanjut ketika seseorang terkena demensia, ARV dapat mengurangi sebagian atau seluruh gejalanya.

Itulah fakta seputar demensia yang disebabkan oleh infeksi HIV pada manusia. Gangguan neurokognitif yang dampaknya sangat besar bagi aktivitas keseharian dan ini menjadi bayang-bayang bagi orang-orang yang hidup dengan AIDS. Jadi, bagaimana tanggapanmu terkait fakta-fakta di atas?

Baca Juga: Studi: Kesepian Tingkatkan Risiko Demensia di Hari Tua

Ahmad Rifai Yusuf Photo Verified Writer Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya