Studi: Kesepian Tingkatkan Risiko Demensia di Hari Tua

Apa faktor di baliknya?

Tanpa disadari, banyak orang mengalami kesepian dalam hidupnya. Lintas generasi, dari dulu sampai sekarang, kesepian menjadi momok yang merugikan kesehatan. Selain dari sisi kesehatan fisik, tentu saja kesepian mengacaubalaukan kondisi mental di kemudian hari.

Berbagai studi mengemukakan dampak kesepian terhadap otak sebagai faktor pemicu demensia, tetapi dengan temuan yang tidak konsisten. Oleh karena itu, studi terbaru ingin kembali menekankan kalau kesepian memang berhubungan dengan tingginya risiko demensia pada usia tua.

1. Meneliti lebih dari 2.000 partisipan

Dimuat dalam jurnal Neurology pada 7 Februari 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin memperjelas hubungan antara kesepian dengan penyakit Alzheimer dan demensia lainnya. Para peneliti tergabung dalam Framingham Study, studi pada 1948–2018 yang meneliti risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit-penyakit lainnya.

Penelitian ini melibatkan 2.308 partisipan berusia 40–79 tahun yang tak menderita demensia dan terdaftar dalam Framingham Study antara 1997–2001. Namun, penelitian ini lalu menyeleksi partisipan berusia 60 tahun ke atas karena risiko demensia lebih rendah di bawah 60 tahun.

Studi: Kesepian Tingkatkan Risiko Demensia di Hari Tuailustrasi demensia pada lansia (pexels.com/Kindel Media)

2. Hasil: Kesepian meningkatkan risiko demensia pada usia senja

Para peneliti lalu memantau para partisipan selama 10 tahun untuk melihat perkembangan demensia. Selama rentang waktu tahun tersebut, para peneliti mencatat bahwa 329 (14 persen) dari 2.308 partisipan terdiagnosis demensia.

Untuk meneliti tingkat kesepian, para peneliti menggunakan metode kuesioner Center for Epidemiologic Studies Depression Scale. Standar "kesepian" dalam studi ini adalah partisipan yang merasakan kesepian minimal 3 hari dalam 1 minggu sebelum pengisian kuesioner.

Para peneliti lalu melihat bahwa dari 2.308 partisipan, sebanyak 144 partisipan (6 persen) merasa kesepian. Oleh karena itu, mereka yang terus-menerus merasakan kesepian dan tidak menanganinya memiliki risiko lebih besar mengembangkan demensia dalam 10 tahun.

Baca Juga: Olahraga yang Ringan sekalipun Mampu Turunkan Risiko Demensia

3. Faktor genetik yang berperan

Di sisi lain, para peneliti tidak melihat hubungan yang erat antara risiko demensia dan kesepian pada partisipan di usia 80 tahun ke atas. Dengan kata lain, partisipan di bawah 80 tahun yang mengalami kesepian dua kali lebih mungkin mengalami demensia.

Selain faktor kesepian, para peneliti juga memantau pengaruh faktor risiko genetik antara kesepian dan risiko demensia. Dalam beberapa studi sebelumnya, alel apolipoprotein E gene (APOE ε4) dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi.

Namun, pada partisipan di bawah 80 tahun yang tak memiliki APOE ε4, kesepian meningkatkan risiko demensia hingga tiga kali lipat. Lemahnya pengaruh APOE ε4 dalam hubungan antara kesepian dan demensia pada partisipan berusia 79 tahun ke atas diduga akibat faktor genetik, dan usia yang lebih mungkin menyebabkan demensia.

4. Kesepian dan penurunan kemampuan kognitif

Berbagai penelitian terdahulu menekankan bahwa perubahan fungsi kognitif dan struktur pada otak menandakan penyakit Alzheimer dan demensia. Menguji hal tersebut, para peneliti memantau hubungan antara kesepian, kemampuan kognitif, dan pencitraan otak pada 1.875 partisipan berusia 40–79 tahun.

Para peneliti menemukan bahwa kesepian menyebabkan fungsi eksekusi yang lebih buruk (pengambilan keputusan, perencanaan, dan logika). Dengan pemindaian MRI, para peneliti menemukan bahwa kesepian meningkatkan cedera materi putih pada otak dan mengurangi volume otak, gejala-gejala awal demensia.

Oleh karena itu, hasil ini mengungkapkan hubungan antara kesepian dan kemampuan kognitif, serta keadaan otak sebagai indikator demensia pada partisipan di bawah 80 tahun. Kesepian terlibat dalam tahap awal penurunan kognitif dan mempercepat perkembangan demensia.

Studi: Kesepian Tingkatkan Risiko Demensia di Hari Tuailustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le)

5. Kesepian harus diwaspadai

Sementara temuan tersebut membuka wawasan terhadap demensia dan kesepian, penelitian yang bersifat observasi ini masih belum bisa menjelaskan kausalitas antara kesepian dan demensia. Karena indikator awal demensia masih samar, maka hubungan antara kesepian dan risiko demensia masih harus ditelusuri lagi.

Mengenai kesepian dan penurunan kognitif, para peneliti AS berharap studi selanjutnya akan mencari tahu faktor biologis yang mendasari. Namun, karena kesepian meningkatkan risiko demensia, maka amat penting untuk menangani masalah kesepian agar tak mengembangkan risiko demensia.

Baca Juga: Studi: Isolasi Sosial dan Kesepian Bikin Tubuh Meradang

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya