Laporan dari Cile Bandingkan Efektivitas 3 Vaksin COVID-19

Program vaksinasi COVID-19 di berbagai belahan dunia masih berjalan, begitu pula berbagai penelitian mengenai vaksin COVID-19.
Data terbaru datang dari dari otoritas Cile, berupa data "real world" alias dunia nyata terbaru mengenai efektivitas tiga vaksin berbeda pada populasi di negara tersebut. Dengan menggunakan vaksin Comirnaty dari Pfizer-BioNTech, Vaxzevria dari AstraZeneca-Oxford, dan CoronaVac dari Sinovac, berikut ini potensi efek perlindungan ketiga vaksin tersebut terhadap COVID-19.
1. Studi datang dari Cile
Dilansir Reuters, data terbaru ini datang dari data real world terbaru yang diterbitkan oleh otoritas kesehatan Cile. Data ini menunjukkan efektivitas vaksin COVID-19 pada populasi penerimanya, mulai dari 2 Februari - 7 Juli 2021.
Faktanya, Cile adalah salah satu negara yang melakukan kampanye vaksinasi COVID-19 tercepat di dunia, yaitu pada Desember 2020 lalu. Sekarang, negara di Amerika Selatan tersebut telah memvaksinasi lebih dari 60 persen warganya. Mayoritas menggunakan vaksin Sinovac.
2. Data mengenai vaksin Sinovac
Vaksin CoronaVac disuntikkan pada 8,6 juta rakyat Cile. Terlihat dua minggu setelah penyuntikan dosis kedua, penasihat Kementerian Kesehatan Cile, Dr. Rafael Araos, memaparkan bahwa vaksin Sinovac menunjukkan efektivitas:
- 58,5 persen mencegah COVID-19 bergejala
- 86 persen mencegah rawat inap akibat COVID-19
- 89,7 persen mencegah masuk ICU akibat COVID-19
- 86 persen mencegah kematian akibat COVID-19
Sebelumnya, pada April 2021, penelitian tersebut menemukan bahwa CoronaVac 67 persen efektif mencegah COVID-19 bergejala, 85 persen efektif mencegah rawat inap akibat COVID-19, dan 80 persen efektif mencegah kematian akibat COVID-19.
Hal ini menunjukkan bahwa sementara kapasitas vaksin Sinovac mencegah COVID-19 parah semakin menguat, kapasitas menghentikan COVID-19 bergejala telah berkurang seiring waktu.
Rafael mengatakan bahwa efek protektif vaksin memang berkurang seiring waktu dan hal ini tak dapat dihindari. Terutama, saat ini, dunia tengah kewalahan menghadapi peningkatan kasus akibat mutasi SARS-CoV-2 seperti varian Delta (B.1.617.2). Oleh karena itu, Rafael menyerukan butuhnya vaksin dosis ketiga atau booster.
Editor’s picks
"Jika Delta menyebar luas dan vaksin memiliki respons yang lebih lemah, kita dapat mengamati penurunan (efektivitas vaksin) yang lebih cepat," kata Rafael kepada Reuters.
Baca Juga: Studi: Antibodi Vaksin Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Butuh Booster
3. Data mengenai vaksin Pfizer
Data Cile menunjukkan kalau sebanyak 4,5 juta orang telah menerima vaksin Pfizer. Dalam studi tersebut, Rafael menjelaskan bahwa dalam dua minggu setelah penyuntikan dosis kedua, vaksin ini menunjukkan efektivitas:
- 87,7 persen mencegah COVID-19 bergejala
- 97 persen mencegah rawat inap akibat COVID-19
- 98 persen mencegah masuk ICU akibat COVID-19
- 100 persen mencegah kematian akibat COVID-19
4. Data mengenai vaksin AstraZeneca
Selanjutnya, data menunjukkan kalau 2,3 juta penduduk Cile menerima vaksin AstraZeneca. Rafael memaparkan bahwa efektivitas yang ditunjukkan vaksin ini 14 hari setelah penyuntikan dosis kedua adalah:
- 68,7 persen mencegah COVID-19 bergejala
- 98 persen mencegah masuk ICU akibat COVID-19
- 100 persen mencegah masuk rawat inap akibat COVID-19
- 100 persen mencegah kematian akibat COVID-19
Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari data dari Cile ini? Semua vaksin, dari mulai Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer sama-sama memberikan efek perlindungan terhadap COVID-19 bergejala, risiko rawat inap, risiko masuk ICU, hingga kematian akibat COVID-19.
Jadi, jangan ragu untuk segera mendapat vaksin apa pun yang tersedia. Perlu diingat, lebih baik mendapat vaksinasi daripada tidak sama sekali karena manfaat yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada risikonya.
Baca Juga: Vaksin dan Fakta Pentingnya, serta Kaitannya dengan Virus Corona