Studi: Olahraga Malam Bisa Cegah Resistansi Insulin

Yang penting adalah olahraganya!

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah kasus obesitas telah meningkat 3 kali lipat di seluruh dunia sejak tahun 1975. Salah satu komplikasi akibat obesitas adalah diabetes tipe 2, yang disebabkan oleh resistansi insulin.

Oleh karena itu, gaya hidup sehat amat penting, baik untuk mencegah obesitas maupun resistansi insulin yang mengarah ke diabetes tipe 2. Menurut studi terbaru, meski olahraga dilakukan pada malam hari, ini bisa berkhasiat mencegah resistansi insulin!

Bagaimana resistansi insulin menyebabkan diabetes tipe 2?

Studi: Olahraga Malam Bisa Cegah Resistansi Insulinilustrasi cek gula darah untuk diabetes (pexels.com/PhotoMIX Company)

Dalam organ tubuh manusia, pankreas adalah salah satu organ penting. Organ ini terkenal memproduksi hormon insulin yang bertugas mengontrol kadar gula dalam darah. Kondisi diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 bisa memengaruhi kinerja insulin dalam tubuh. Apa bedanya?

Untuk diabetes tipe 1, umumnya pankreas sedikit memproduksi atau malah tidak memproduksi insulin. Kondisi ini biasanya tidak dapat disembuhkan. Sementara itu, diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistansi insulin, kondisi ketika tubuh mengembangkan "kekebalan" sehingga pankreas bekerja keras untuk memproduksi lebih banyak insulin.

Sering menjangkit populasi paruh baya dan lansia, diabetes tipe 2 lebih umum terjadi di kalangan orang dengan berat badan berlebih atau obesitas. Tidak seperti diabetes tipe 1, masih ada peluang remisi jika pasien mau mengubah gaya hidup dan mengontrol berat badannya.

Membagi waktu olahraga

Dimuat dalam jurnal Diabetologia pada 1 November 2022, para peneliti dari Belanda dari Leiden University Medical Center dan Maastrict University Medical Center meneliti hubungan waktu olahraga dan resistansi insulin.

Penelitian bertajuk "Timing of physical activity in relation to liver fat content and insulin resistance" ini mengambil data dari Netherlands Epidemiology of Obesity (NEO), yang melibatkan data indeks massa tubuh (IMT), kadar gula darah puasa dan setelah makan, kadar insulin, dan hasil MRI dari 6.671 individu berusia 45 sampai 65 tahun.

Menurut data, sebanyak 955 partisipan memakai alat monitor aktivitas selama 4 hari. Dari angka tersebut, sebanyak 775 partisipan dengan usia rata-rata 56 tahun terlibat dalam penelitian ini. Mereka memiliki IMT rata-rata 26,2 (kelebihan berat badan).

Melalui data monitor aktivitas, para peneliti membagi periode keseharian para partisipan ke dalam tiga segmen:

  • Pagi: 06:00–12:00
  • Siang: 12.00–18.00
  • Malam: 18.00–00.00

Para peneliti tidak meneliti dari jam 00:00–06:00. Tiap 6 jam, para peneliti Belanda melihat perbedaan tingkat aktivitas yang terekam oleh monitor detak jantung ActiHeart.

"Akhirnya, kami bisa membagi para partisipan ke empat tipe gerak: mereka yang bergerak di pagi hari, siang hari, atau malam hari, dan mereka yang tidak memiliki puncak gerakan jelas, sehingga sedikit bergerak sehari-hari," ujar peneliti dari Leiden, Jeroen H. P. M. van der Velde, dalam pernyataan resmi.

Baca Juga: Studi: Yoga dan Meditasi Turunkan Gula Darah Pasien Diabetes

Olahraga siang dan malam hari cegah resistansi insulin, malam hari paling berdampak!

Studi: Olahraga Malam Bisa Cegah Resistansi Insulinilustrasi olahraga pada malam hari (unsplash.com/Harry Gillen)

Dari penelitian ini, para peneliti menemukan adanya hubungan antara resistansi insulin dengan waktu aktivitas fisik intensitas sedang ke berat yang dilakukan para partisipan. Hubungan ini terlihat jelas saat aktivitas fisik dilakukan pada siang dan malam hari.

"Jika tubuh kurang sensitif terhadap insulin, gula darah jadi terlalu tinggi dan seiring waktu, Anda bisa terkena diabetes tipe 2," kata epidemilog Leiden dalam penelitian tersebut, Renée de Mutsert.

Aktivitas fisik sedang ke berat di siang hari bisa mengurangi risiko resistansi insulin hingga 18 persen. Malah, berolahraga dengan intensitas serupa di malam hari mengurangi risiko hingga 25 persen. Studi ini ini menemukan bahwa aktivitas fisik sedang ke berat pada pagi hari hanya mengurangi risiko 3 persen. 

"Mereka yang bergerak lebih banyak pada siang dan malam hari memiliki risiko rendah terkena diabetes tipe 2," imbuh Renée.

Perlu penelitian lebih lanjut

Selanjutnya, para peneliti Belanda ingin melanjutkan penelitian tersebut. Berangkat dari hasil penelitian ini, mereka ingin mengetahui apakah olahraga pada siang dan malam hari benar-benar mengurangi risiko perkembangan diabetes tipe 2.

Selain studi NEO, para peneliti Belanda juga tengah berkolaborasi dengan kelompok peneliti internasional di konsorsium yang bernama "The Right Timing to Prevent Type 2 Diabetes" atau TIMED. Konsorsium ini meneliti apakah kebiasaan makan dan olahraga di waktu tertentu sehari-hari bisa mencegah atau mengobati diabetes tipe 2.

"Kami harap penelitian ini bisa jadi rekomendasi yang bisa diterapkan semua orang sehingga mengurangi risiko diabetes. Namun, kita harus meneliti dulu waktu terbaik makan dan olahraga, dan apakah ini sama untuk semua orang. Baru, kita bisa mencanangkan intervensi," tutup Renée.

Baca Juga: Resistansi Insulin Tingkatkan Risiko Depresi? Ini Faktanya!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya