Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnya

Yang pasti tidak ada microchip!

Vaksin adalah salah satu inovasi di bidang medis yang dapat meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup manusia. Baik oral hingga suntik, vaksin memberi umat manusia kekuatan untuk menangkal penyakit ringan hingga berbahaya. Hingga saat ini, vaksin tetap jadi standar emas untuk melawan penyakit.

Kekuatan vaksin terletak pada bahan penyusunnya. Vaksin mengandung bagian kecil dari organisme penyebab penyakit. Selain itu, vaksin juga mengandung bahan lain agar tetap aman, efektif, dan bisa digunakan dalam jangka panjang. Sebelum diedarkan, pastinya vaksin menjalani tahapan uji klinis sebelum beredar di masyarakat.

Banyak sekali orang yang percaya akan efektivitas vaksin. Namun, yang kontra pun banyak bermunculan. Ada yang menganggap kandungan vaksin berbahaya, tidak ingin tubuhnya dimasukkan zat asing, bahkan ada yang menganggapnya propaganda hingga berteori bahwa vaksin diisi microchip agar pemerintah dapat memata-matai rakyatnya!

Daripada cuma berteori dan berspekulasi, yuk, ketahui beberapa bahan utama yang ada dalam vaksin menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

1. Antigen

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

Komponen aktif pertama dalam vaksin adalah antigen. Komponen aktif ini bertugas untuk memicu respons imun. Selain itu, antigen juga bertugas sebagai "cetak biru" untuk sang vaksin.

Antigen bisa merupakan bagian kecil—seperti protein atau gula—yang diekstrak dari organisme penyebab penyakit. Selain bagian kecil, antigen juga dapat berupa organisme yang telah dilemahkan (attenuated) atau tidak aktif (inactivated atau killed).

2. Zat pengawet

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Bahan kedua adalah zat pengawet atau preservative. Jika biasanya dianggap berbahaya, pengawet dalam vaksin mencegah kontaminasi setelah botol vaksin dibuka dan digunakan untuk program vaksinasi massal.

Bahkan, beberapa vaksin tidak memiliki zat pengawet karena disimpan dalam botol vaksin dosis tunggal dan langsung dibuang setelah dipakai. Zat pengawet yang paling umum digunakan adalah 2-phenoxyethanol. Zat tersebut memiliki toksisitas minim, sehingga aman dipakai untuk vaksin hingga produk perawatan bayi.

Baca Juga: Lengan Terasa Nyeri setelah Vaksinasi COVID-19? Ini Faktanya!

3. Stabilizer

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi vaksin (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Bahan selanjutnya adalah stabilizer atau zat penstabil. Stabilizer ditambahkan ke dalam vaksin agar mencegah terjadi reaksi kimia pada vaksin.

Selain pencegahan reaksi kimia, stabilizer juga ditambahkan agar menjaga komponen vaksin tidak menempel pada botol vaksin. Stabilizer dapat berupa gula (laktosa atau sukrosa), asam amino (glisin), gelatin, dan protein (albumin manusia rekombinan yang berasal dari ragi).

4. Surfaktan

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/Soeren Stache/Pool via REUTERS)

Tentu saja, perlu satu bahan untuk menyatukan seluruh bahan-bahan pada vaksin. Oleh karena itulah, zat surfaktan ditambahkan.

Zat surfaktan digunakan untuk menyatukan seluruh bahan vaksin menjadi satu. Selain itu, surfaktan juga mencegah pengendapan dan penggumpalan elemen yang ada dalam cairan vaksin. Selain vaksin, surfaktan juga umum ditemukan dalam es krim.

5. Residual

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/REUTERS/Johanna Geron)

Sesuai namanya, zat residual adalah sejumlah kecil dari zat sisa yang digunakan dalam proses produksi vaksin yang bukan merupakan bahan aktif. Zat residual dapat bervariasi, tergantung dari proses produksi.

Zat residual dapat mencakup protein telur, ragi, hingga antibiotik. Jejak residual dari zat-zat vaksin tersisa dalam vaksin dalam jumlah yang amat minim.

6. Ajuvan

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi suntik vaksin (unsplash.com/CDC)

Kemudian, vaksin juga memiliki bahan ajuvan atau bahan pembantu. Sesuai sebutannya, ajuvan pada vaksin meningkatkan respons imun terhadap vaksin. Hal ini dikarenakan zat ajuvan menjaga vaksin berada di lokasi suntikan lebih lama dan merangsang reaksi sel imun lokal.

Ajuvan dalam vaksin dapat berupa garam aluminium (aluminium fosfat, aluminium hidroksida, atau kalium aluminium sulfat) dalam jumlah. Garam aluminium terbukti tidak memicu masalah kesehatan jangka panjang. Toh, tanpa kamu sadari, manusia menelan zat aluminium dalam kadar tertentu dari makanan dan minuman.

7. Pelarut

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi vaksin (thehealthy.com)

Kalau kamu lihat, vaksin tersedia dalam bentuk larutan bening seperti air. Ini dikarenakan vaksin butuh zat pengencer untuk mengencerkan vaksin ke konsentrasi yang sepatutnya sebelum digunakan. Coba tebak, apa zat pengencer paling umum untuk vaksin? Betul, air steril.

Tahapan dalam meramu vaksin

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi uji praklinis (nutraingredients.com)

Sejak pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-18, vaksin telah digunakan selama beberapa dekade hingga saat ini dan masih jadi standar emas. Seperti obat, vaksin harus melalui tahap pengujian yang ketat untuk memastikan keamanan dan efikasinya sebelum dipakai secara luas.

Setelah dikembangkan, vaksin menjalani tahap praklinis berupa pemeriksaan dan evaluasi terlebih dulu untuk menentukan antigen yang digunakan untuk memicu respons imun. Pada tahap ini, vaksin belum diujikan ke manusia, melainkan ke hewan untuk mengevaluasi keamanan dan potensinya.

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan PembuatnyaPetugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Jika vaksin memicu respons imun, maka vaksin tersebut baru diujikan ke manusia. Tahap uji klinis vaksin terhadap manusia dibagi ke dalam tiga tahap:

  • Tahap 1: vaksin diberikan kepada sejumlah kecil sukarelawan untuk menilai keamanannya, memastikan produksi respons imun, dan menentukan dosis yang tepat. Umumnya, tahap 1 melibatkan relawan dewasa muda yang sehat.

  • Tahap 2: vaksin diberikan pada beberapa ratus sukarelawan untuk menilai keamanan dan kemampuannya memicu respons imun. Sukarelawan biasa memiliki karakteristik yang sama untuk kelompok tujuan vaksin, dari usia hingga jenis kelamin. Kelompok yang tidak mendapatkan vaksin dikelompokkan sebagai "pembanding" untuk melihat apakah perubahan pada kelompok vaksinasi disebabkan vaksinasi atau faktor lain.

  • Tahap 3: vaksin diberikan pada ribuan sukarelawan dan dibandingkan dengan sekelompok orang yang tidak diberikan vaksin, melainkan produk pembanding atau plasebo untuk melihat apakah vaksin efektif melawan penyakit dalam skala yang jauh lebih besar. Uji klinis tahap 3 ini dilakukan di banyak negara dan beberapa lokasi di satu negara untuk melihat kinerja vaksin di populasi yang berbeda.

Selama uji klinis tahap 2 dan tahap 3, sukarelawan dan ilmuwan sama-sama tidak tahu mana yang menerima vaksin atau produk plasebo, sehingga dapat disebut "blinding". Ini penting agar hasil penilaian uji klinis vaksin tetap netral. Setelah uji klinis selesai, barulah para peneliti dan sukarelawan diberi tahu soal vaksin dan plasebo tersebut.

Penasaran Apa Saja Isi Vaksin? Ini Bahan-Bahan Pembuatnyailustrasi pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Sesudah uji klinis mengeluarkan hasil, masih ada serangkaian langkah yang diperlukan seperti tinjauan efektivitas dan keamanan. Biasa dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan suatu negara, jika memang vaksin efektif dan aman, barulah disahkan untuk dipakai masyarakat luas.

Otoritas pengawas obat dan makanan di setiap negara pasti harus meninjau secara cermat data uji klinis dan memutuskan pengesahan vaksin untuk program vaksinasi nasional. Oleh karena itu, standar keamanan dan kemanjuran vaksin sangat tinggi karena vaksin diujikan pada orang yang dinyatakan sehat dan bebas dari penyakit tertentu.

Setelah beredar, vaksin juga terus dipantau lebih lanjut untuk melacak dampak dan keamanan vaksin setelah dipakai secara massal dan dalam jangka panjang. Data tersebut digunakan sebagai acuan untuk menyesuaikan kebijakan agar manfaat vaksin optimal dan memastikan keamanan pelacakan vaksin selama program vaksinasi nasional.

Itulah bahan-bahan utama dan tahapan dalam formulasi vaksin secara umum. Jangan takut pada vaksin! Bukan bahan aneh-aneh, vaksin dirancang secara khusus untuk memicu respons imun demi mencegah penyakit di kemudian hari.

Baca Juga: Apa Itu KIPI Vaksin COVID-19? Begini Penjelasannya!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya