TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Penyebab Mimisan saat Tidur, Salah Satunya Mengupil Tanpa Sadar

Bisa dipengaruhi oleh jenis kelamis biologis

ilustrasi mimisan saat tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mimisan, atau istilah medisnya adalah epistaksis, adalah kejadian umum. Sekitar 60 persen orang mengalami pada beberapa titik dalam hidup. Lebih dari 90 persen mimisan tergolong ringan dan tidak membutuhkan perhatian medis (Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 2020).

Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap mimisan, termasuk pemicu lingkungan seperti udara kering atau alergen yang sering ditemukan di lingkungan tidur. Inilah beberapa penyebab mimisan saat tidur atau mimisan yang terjadi pada malam hari.

1. Udara dingin dan kering

Kualitas lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan tingkat polusi memengaruhi risiko mimisan.

Studi di Jerman mengungkapkan bahwa lebih orang mencari bantuan medis untuk mimisan selama bulan-bulan cuaca dingin (Journal of Craniofacial Surgery, 2018). Selain itu, studi tentang tren pencarian daring di beberapa negara menemukan bahwa lebih banyak orang mencari informasi tentang perdarahan hidung pada bulan-bulan musim dingin (European Archives of Oto-Rhino-Laryngology, 2020). 

Secara keseluruhan, sebagian besar penelitian yang berfokus pada hubungan antara mimisan dan waktu dalam setahun menunjukkan bahwa lebih banyak orang mengalami mimisan selama suhu yang lebih dingin, dan pada tingkat yang lebih rendah, kelembapan yang lebih rendah.

Tanda-tanda lain rumah udara rumah atau kamar kamu dingin dan kering antara lain:

  • Bibir kering atau pecah-pecah.
  • Kulit kering dan gatal.
  • Tenggorokan sakit atau kering, terutama saat bangun tidur.
  • Listrik statis pada kain atau rambut.
  • Mata kering atau gatal.

2. Efek samping obat-obatan tertentu

ilustrasi aspirin (everydayhealth.com)

Beberapa orang mengalami mimisan sebagai efek samping dari pengobatan atau perawatan medis. Penting untuk mendiskusikan masalah apa pun mengenai pengobatan dengan dokter. Obat-obatan berikut ini bisa menyebabkan atau memperburuk mimisan (Current Drug Safety, 2018):

  • Aspirin.
  • Pengencer darah.
  • Beberapa selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).
  • Beberapa antibiotik.
  • Kortikosteroid nasal, misalnya untuk mengobati hidung tersumbat.
  • Obat yang digunakan melalui hidung (beberapa narkotika).

Kebanyakan mimisan yang terjadi sebagai efek samping pengobatan tidak dianggap serius. Namun, dalam beberapa kasus, mimisan parah bisa terjadi yang perlu perawatan medis.

Perawatan medis tertentu juga dapat menyebabkan mimisan. Misalnya, mimisan bisa merupakan efek samping potensial dari mesin continuous positive airway pressure (CPAP), perawatan pernapasan yang umum untuk orang dengan sleep apnea obstruktif. 

Selain itu, irigasi saline, pengobatan alergi yang melibatkan pembilasan rongga hidung dengan air garam juga diketahui dapat menyebabkan mimisan pada beberapa orang.

3. Penggunaan alkohol dan nikotin

Mimisan lebih sering terjadi pada orang yang mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan (European Archives of Oto-Rhino-Laryngology, 2012). Pengguna nikotin juga lebih mungkin mengalami mimisan yang memerlukan perhatian medis.

Banyak penelitian yang menarik kesimpulan tentang frekuensi mimisan pada populasi yang berbeda mendasarkan hasil mereka pada jumlah kunjungan rumah sakit atau dokter. Ada kemungkinan bahwa kelompok-kelompok ini mungkin mengalami mimisan yang lebih parah, tetapi kelompok lain mungkin memiliki mimisan yang lebih sering yang tidak memerlukan perhatian medis dan oleh karena itu tidak tercatat.

4. Mengupil

ilustrasi mengorek hidung (pexels.com/Ivan Samkov)

Ini lebih cenderung dilakukan anak-anak, walaupun orang dewasa juga bisa mengupil saat tidur tanpa disadari. Area di tengah hidung, yang disebut septum, sangat rentan terhadap iritasi dan perdarahan jika disentuh, apalagi dikorek, mengutip Cleveland Clinic.

Ada lima pembuluh darah berbeda yang bertemu di septum, dan mereka sangat sensitif. Jika menyentuh pembuluh darah, mereka bisa retak dan berdarah.

Yang bisa dilakukan untuk mencegah mimisan saat tidur karena alasan ini adalah mencegah mengupil. Upil atau ingus yang mengering di hidung bikin tidak nyaman dan sulit diembuskan, sehingga banyak orang yang pada akhirnya memilih untuk mengoreknya. Sebagai gantinya, kamu bisa menggunakan pelembap hidung bebas obat, seperti semprotan garam, gel, dan salep.

Dengan menjaga bagian dalam hidung tetap lembap, ini membuat kamu tidak akan memiliki keinginan untuk mengorek hidung. Pelembap hidung dapat melembutkan lendir dan membuatnya lebih mudah dibersihkan dengan mengembuskannya.

Untuk menggunakan semprotan hidung dengan benar, letakkan nozzle di lubang hidung dan arahkan ke telinga. Jangan arahkan semprotan hidung ke bagian tengah hidung untuk menghindari kontak langsung dengan septum.

Untuk anak-anak, kalau mereka tidak suka semprotan hidung, gel atau salep bisa dicoba.

Baca Juga: Menghentikan Mimisan Bukan dengan Mendongakkan Kepala

5. Polusi udara

Penelitian di Beijing menganalisis tingkat keparahan polusi pada waktu yang berbeda dalam setahun, dan menemukan bahwa lebih banyak anak mengunjungi dokter untuk mimisan selama bulan-bulan musim panas, bertepatan dengan peningkatan kehadiran polutan tertentu (Ear, Nose & Throat Journal, 2020).

Tampaknya polusi udara dapat mengiritasi lapisan hidung, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami hubungan ini.

6. Sedang pilek atau memiliki alergi

ilustrasi mimisan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Hidung meler menyebabkan iritasi dan dehidrasi pada hidung, dan ini sering kali menyebabkan mimisan yang tidak terduga. Apabila kamu membuang ingus secara paksa dan sering, hidung akan makin teriritasi.

Buang ingus kuat-kuat bisa menyebabkan trauma pada septum, membuatnya berdarah. Gunakan semprotan saline secara teratur saat pilek untuk membuat sekresi hidung lebih lunak. Saat harus membuang ingus, lakukan dengan lembut.

Bagaimana dengan semprotan hidung dekongestan? Tidak seperti semprotan saline, semprotan dekongestan mengandung obat atau bahan aktif. Apabila mengalami hidung tersumbat karena pilek atau alergi, kamu bisa menggunakannya, tetapi tidak lebih dari tiga hari berturut-turut.

Semprotan dekongestan dapat menyebabkan efek rebound, membuat kamu merasa hidung tersumbat. Temui dokter jika kamu merasa terus-menerus mengalami hidung tersumbat, sehingga penyebabnya bisa diketahui dan dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat.

7. Faktor usia

Risiko mengalami mimisan sangat bervariasi tergantung usia. Mimisan sangat jarang terjadi pada anak di bawah 2 tahun (The Journal of Pediatrics, 2016). Namun, anak-anak antara usia 2 dan 10 tahun sering mimisan.

Mimisan terjadi lebih jarang setelah usia 10 tahun, kemudian menjadi lebih umum lagi pada orang dewasa di atas 65 tahun. Seiring penuaan, risiko mimisan meningkat. Orang dewasa di atas usia 85 tahun menghadapi risiko tertinggi dan tiga kali lebih mungkin mengunjungi ruang gawat darurat karena mimisan, daripada orang dewasa usia di bawah 65 tahun.

8. Jenis kelamin

ilustrasi mimisan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Meskipun tidak semua penelitian mendukung tren ini, tetapi jenis kelamin biologis dapat memengaruhi risiko mimisan, dengan banyak penelitian menemukan bahwa lebih banyak pria mencari bantuan medis untuk mimisan (HNO, 2019). Pola serupa juga ditemukan di antara anak-anak.

9. Kondisi medis yang mendasari

Menurut Sleep Foundation, mimisan merupakan kondisi umum dan tidak selalu berarti ada penyakit yang mendasarinya. Namun, memang mimisan bisa menandakan adanya kondisi medis tertentu, seperti:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Penyakit celiac.
  • Gagal jantung kongestif.
  • Diabetes.
  • Sleep apnea obstruktif.
  • Teleangiektasia hemoragik herediter.
  • Kanker.
  • Penyakit infeksius.
  • Kelainan darah, seperti penyakit Von Willebrand.
  • Gagal hati.

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara mimisan dan penyakit-penyakit tersebut. Dalam beberapa kasus, faktor ketiga seperti pengobatan untuk penyakit, bukan penyakit itu sendiri, mungkin bertanggung jawab atas mimisan.

10. Paparan kimia atau asam rokok

ilustrasi mimisan (unsplash.com/Brittany Colette)

Seseorang mungkin berkontak dengan bahan kimia pada udara dalam polusi atau di tempat kerja. Dilansir Medical News Today, bahan kimia ini dapat mengiritasi atau merusak bagian dalam hidung, sehingga rentan mengalami pendarahan. Asap rokok dapat memiliki efek yang sama.

Baca Juga: 14 Gejala Polip Hidung Paling Umum, Salah Satunya Mimisan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya