TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Penyakit yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur yang Buruk

Salah satunya adalah alergi

ilustrasi merasa bingung saat bangun tidur (pexels.com/AndreaPiacquadio)

Tidur cukup dan berkualitas sangat penting karena ini dapat membantu menjaga kesehatan dan pikiran tubuh. Rekomendasi durasi tidur yang disarankan untuk orang dewasa adalah 7-8 jam setiap harinya.

Lalu, bagaimana jika beberapa waktu belakangan pola tidurmu buruk? Sulit tidur sesekali mungkin bukan masalah besar. Namun, bila pola tidurmu terus-terusan buruk, mungkin itu adalah tanda adanya kondisi medis yang lebih serius. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang berhubungan dengan kualitas tidur yang buruk.

1. Alergi

ilustrasi reaksi alergi (pexels.com/cottonbro)

Alergi adalah respons sistem kekebalan terhadap zat asing yang biasanya tidak berbahaya bagi tubuh. Zat asing ini disebut alergen. Mereka bisa termasuk lewat makanan tertentu, serbuk sari, bulu hewan peliharaan, dan sebagainya.

Alergen tersebut akhirnya memicu produksi zat yang disebut sebagai histamin yang menyebabkan reaksi alergi.

Sebuah studi dalam Archives of Internal Medicine tahun 2006 menemukan bahwa orang-orang dengan rinitis alergi dan jenis alergi lainnya lebih mengalami sulit tidur dan dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan tidur seperti insomnia.

Rinitis alergi atau hay fever adalah peradangan pada rongga hidung akibat reaksi alergi, yang biasanya dipicu oleh alergen seperti serbuk sari, bulu hewan, atau debu. Gejalanya berupa bersin-bersin, hidung gatal, dan hidung tersumbat. Gejala lain yang juga bisa terjadi meliputi ruam, mata merah dan berair, dan sakit tenggorokan. Gejala-gejala ini cukup buruk pada siang hari, tetapi pada malam hari bisa mengganggu tidur.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 7 Risiko Bahaya Bila Kamu Langsung Tidur setelah Sahur

2. Gastroesophageal reflux disease

ilustrasi GERD (medanta.org)

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit pencernaan yang mana asam lambung atau empedu mengiritasi lapisan dalam saluran makanan. Ini merupakan penyakit kronis yang terjadi saat asam lambung atau empedu mengalir ke saluran makanan dan mengiritasi dinding dalamnya. Refluks asam dan heartburn (asam lambung naik) lebih dari dua kali seminggu dapat mengindikasikan GERD.

Ternyata, menurut National Sleep Foundation (NSF), GERD adalah salah satu penyebab sulit tidur pada usia 45 hingga 64 tahun. Pada pasien GERD, asam dari perut kembali naik ke kerongkongan, menyebabkan mulas dan berpotensi batuk dan tersedak saat penderitanya berbaring. Beberapa gejala GERD lainnya termasuk radang gusi, sakit tenggorokan, serdawa, dan bau mulut.

Kabar baiknya, GERD bisa ditangani dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan lewat pemeriksaan dokter.

3. Sindrom kaki gelisah

ilustrasi sindrom kaki gelisah atau restless legs syndrome (pexels.com/Dương Nhân)

Sindrom kaki gelisah atau restless legs syndrome adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan hampir tak tertahankan untuk menggerakkan kaki, biasanya saat malam hari. Sindrom ini biasanya terjadi ketika duduk atau berbaring. Hal ini biasanya memburuk seiring bertambahnya usia dan dapat mengganggu tidur.

Menurut NSF, jika kamu merasakan sensasi geli, terbakar, atau sakit di kakimu pada malam hari, itu bisa jadi sindrom kaki gelisah. Beberapa pasien menggambarkan sensasi itu sebagai perasaan seolah-olah ada sesuatu yang merangkak, atau mengalir, jauh di dalam otot kaki.

4. Penyakit Parkinson

ilustrasi pasien dengan penyakit Parkinson (pexels.com/Matthias Zomer)

Penyakit Parkinson adalah gangguan pada sistem saraf pusat yang biasanya menyerang orang tua dan menyebabkan tremor, masalah keseimbangan, kesulitan berbicara, berjalan, atau makan.

Gangguan neurodegeneratif seperti demensia, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson sering kali menyebabkan gangguan tidur. Orang dengan Parkinson biasanya dapat tertidur dengan baik, tetapi cenderung terbangun sepanjang malam dan mengalami kesulitan untuk kembali tidur, menurut UCSF Parkinson's Disease Clinic and Research Center.

Mereka mungkin juga mengalami jenis gangguan tidur lainnya, menurut NSF, seperti mimpi buruk, sindrom kaki gelisah, dan sering buang air kecil pada malam hari.

5. Artritis

ilustrasi sulit tidur (freepik.com/jcomp)

Dilansir Verywell Health, ada hubungan antara nyeri artritis dan kurang tidur. Nyeri para artritis atau radang sendi bisa membuat pasien sulit untuk mendapatkan istirahat malam yang berkualitas; dan semakin buruk kualitas tidur pasien, makin banyak rasa sakit yang dirasakan.

Dikatakan bahwa bila pasien artritis bisa meningkatkan atau memperbaiki kualitas tidurnya, gejala nyeri yang dirasakan pun bisa berkurang. Namun, sayangnya masalah tidur pada pasien artritis cenderung diabaikan.

Artritis diketahui dapat menimbulkan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan di sekitar sendi yang terdampak. Jenis paling umum artritis adalah osteoartritis (OA), artritis reumatoid (RA), artritis psoriatik (PsA), dan gout—semua dapat memengaruhi tidur dan menyebabkan kelelahan.

Menurut sebuah laporan dalam jurnal Arthritis Care & Research tahun 2015 mencatat bahwa hingga 31 persen orang dengan OA lutut melaporkan masalah untuk tertidur, dengan 81 persen sulit mempertahankan tidur, dan 77 persen melaporkan masalah tidur secara keseluruhan. Masalah tidur pada pasien OA juga dihubungkan dengan suasana hati depresi dan disabilitas fungsional.

Sebuah studi dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2018 meneliti kualitas tidur orang dengan RA dan hubungannya dengan sejumlah faktor, termasuk peradangan, nyeri, dan disablitas fungsional. Peserta studi RA, kebanyakan perempuan, 57 persen dari mereka mengalami masalah tidur. Mereka juga mengalami tingkat nyeri yang tinggi dan insiden disabilitas fungsional yang lebih tinggi.

Laporan dalam jurnal Reumatologia tahun 2019 menemukan bahwa 68 persen orang dengan PsA melaporkan kualitas tidur yang buruk. Tim peneliti juga menggarisbawahi bahwa orang dengan PsA yang mengalami gangguan tidur mengalami kualitas hidup dan tingkat kelelahan sehari-hari yang parah.

Sementara itu, berdasarkan laporan dalam jurnal Arthritis Research & Therapy tahun 2019, 23 persen partisipan dengan gout yang disurvei memiliki gangguan tidur yang terdiagnosis dokter. Gangguan tidur yang paling banyak dilaporkan adalah sleep apnea, yang dilaporkan sebanyak 17 persen responden. Selain itu, 86 persen melaporkan mendengkur dan 45 persen melaporkan mengalami mendengus, terengah-engah, atau berhenti bernapas saat tidur.

Baca Juga: 7 Gerakan Stretching Terbaik untuk Atasi Insomnia, Tidur Jadi Nyenyak

Verified Writer

Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya