TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gigitan Ular Berbisa Harus Diikat Kuat, Mitos atau Fakta?

Racun ular dapat menimbulkan berbagai efek

ilustrasi ular berbisa (unsplash.com/Nivedh P)

Beberapa wilayah di Indonesia mungkin masih ditemukan habitat ular berbisa. Ini membuat beberapa orang yang tinggal berdekatan dengan habitat ular berbisa menjadi lebih rentan mengalami gigitan ular. 

Sebagian orang mungkin pernah mendengar bahwa luka akibat gigitan ular berbisa harus diikat dengan kuat. Tidak jarang pula orang mempercayai dan mempraktekkannya ketika mengalami gigitan ular. Namun, benarkah gigitan ular berbisa harus diikat dengan kuat? Berikut pembahasannya!

1. Benarkah gigitan ular berbisa harus diikat kuat?

ilustrasi ular (pexels.com/Pixabay)

Penanganan ular berbisa sering kali dipahami dengan cara mengikat bekas gigitan ular, tujuannya agar racun ular tidak menyebar ke seluruh tubuh. Namun, anggapan bahwa pertolongan pertama gigitan ular berbisa dengan cara mengikat daerah luka adalah hoaks. Hal ini dijelaskan di laman Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Dijelaskan bahwa tindakan mengikat bagian bekas gigitan ular adalah salah, bahkan tindakan tersebut tidak membantu sama sekali. Sebab, racun dari ular tetap bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan Mayo Clinic juga melarang penggunaan tourniquet ketika menangani luka bekas gigitan ular.

Untuk mengatasi gigitan ular berbisa yaitu dengan cara membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tidak bergerak, misalnya menggunakan kayu, kardus, atau benda yang bersifat kaku. Ini bertujuan untuk menunda racun menyebar ke bagian tubuh lain.

Baca Juga: Bawang Merah Bisa Mengatasi Gigitan Ular Berbisa, Mitos atau Fakta?

2. Gigitan ular berbisa

ilustrasi terkena gigitan ular (pexels.com/Katya Wolf)

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), racun gigitan ular berbisa dapat berpotensi mengancam jiwa. Selain lewat gigitan, racun juga dapat disemprotkan ke mata oleh beberapa spesies ular tertentu.

Beberapa kelompok berisiko tinggi mengalami gigitan ular, diantaranya pekerja pertanian di daerah rural, penggembala, nelayan, pekerja usia anak, orang yang tinggal di rumah yang tidak memadai, dan mereka yang memiliki akses terbatas ke sarana pendidikan dan kesehatan. Morbiditas dan mortalitas paling sering terjadi pada dewasa muda dan kasus fatalitas lebih tinggi terjadi pada anak-anak.

3. Gigitan ular berbisa dapat menimbulkan efek akut maupun kronis

ilustrasi ambulance (unsplash.com/camilo jimenez)

Gigitan ular berbisa dapat menimbulkan masalah akut dan kronis. Racun dari jenis ular yang berbeda juga dapat menimbulkan gejala yang berbeda pula. Racun dari ular berbisa dapat menimbulkan kelumpuhan parah yang membuat seseorang menjadi kesulitan bernapas sehingga perlu penanganan medis segera.

Seseorang yang terkena gigitan ular berbisa juga dapat mengalami pendarahan yang fatal atau kerusakan ginjal. Kerusakan pada area gigitan ular juga bisa menjadi parah yang mengakibatkan disabilitas permanen dan bahkan amputasi. Anak-anak dapat mengalami efek yang lebih berat daripada orang dewasa karena massa tubuhnya yang lebih kecil.

4. Meminimalkan pergerakan pada luka gigitan ular

ilustrasi ambulance (unsplash.com/Mat Napo)

WHO melarang penanganan dengan mengikat menggunakan tourniquet, termasuk menyayat luka yang terkena gigitan ular karena berbahaya dan tidak efektif. Cara terbaik ketika seseorang terkenda gigitan ular adalah melakukan imobilisasi atau meminimalkan pergerakan pada bagian yang terkena gigitan ular. Perawatan medis segera juga penting dilakukan pada mereka yang terkena gigitan ular berbisa.

Hal lainnya yang harus dilakukan ketika mengalami gigitan ular yang diduga berbisa yaitu:

  • Menjauhi area saat terkena gigitan ular.
  • Melepaskan sesuatu yang kencang di bagian tubuh yang terkena gigitan ular untuk menghindari bahaya jika terjadi pembengkakan.
  • Menghindari metode pertolongan pertama menggunakan obat tradisional atau herbal.

Baca Juga: 5 Penyakit yang Menular Melalui Gigitan Nyamuk

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya