TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sering Kembung Setelah Makan Tinggi Gula? Waspadai Sindrom Dumping

Proses pengosongan lambung lebih cepat dari biasanya

ilustrasi sakit perut (freepik.com/KamranAydinov)

Sindrom dumping adalah masalah pada saluran pencernaan yang mengakibatkan makanan dari lambung bergerak lebih cepat daripada biasanya ke usus dua belas jari. Umumnya, ini terjadi akibat komplikasi tindakan medis yang menyebabkan perubahan lambung. Contohnya gastrektomi, operasi bypass lambung, atau esofagektomi .

Tidak semua orang yang menjalani operasi lambung dan kerongkongan itu mengalami kondisi ini. Menurut keterangan dari laman Verywell Health, sindrom dumping biasanya terjadi pada 20-50 persen orang yang menjalani prosedur tersebut.

Sindrom yang juga dikenal sebagai rapid gastric emptying atau pengosongan lambung yang cepat ini biasanya terjadi setelah makan. Khususnya, setelah konsumsi makanan yang kaya akan sukrosa atau gula pasir dan fruktosa atau gula buah.

Seperti apa tanda dan gejala yang harus diwaspadai? Yuk, simak penjelasanya lebih lanjut berikut ini.

1. Gejala sindrom dumping

ilustrasi perut kembung (pexels.com/Kindel Media)

Berdasarkan gejalanya, masalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sindrom dumping awal dan akhir. Gejala sindrom dumping awal biasanya muncul 10-30 menit setelah makan. Gejala dari masalah tersebut di antaranya:

  • Perut terasa kembung atau terlalu kencang setelah makan
  • Mual, muntah, kram perut
  • Diare
  • Pusing, sakit kepala ringan
  • Kemerahan pada wajah atau kulit
  • Berkeringat
  • Kelemahan
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur

Sementara itu, sindrom dumping akhir biasanya terjadi 1-3 jam setelah makan. Berikut ini gejalanya:

  • Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
  • Berkeringat
  • Pusing, sakit kepala ringan
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Kelaparan
  • Kulit memerah
  • Kelemahan
  • Kelelahan
  • Detak jantung cepat

Dilansir Medical News Today, sekitar 75 persen penderita mengalami sindrom dumping dini, sedangkan sisanya mengalami sindrom dumping akhir. Namun sebagian orang bisa mengalami keduanya.

Baca Juga: GERD: Gangguan Lambung yang Harus Diwaspadai, Jangan Diremehkan

2. Penyebab terjadinya sindrom dumping

ilustrasi operasi lambung (wikipedia.org/BruceBlaus)

Sindrom dumping terjadi akibat adanya perubahan pada lambung. Pada kondisi normal, makanan dan cairan dalam lambung dikosongkan ke bagian atas usus halus yang disebut duodenum, dengan cara yang terkendali, di mana partikel makanan yang besar disaring terlebih dahulu. Sementara itu, pada penderita sindrom dumping, makanan dari lambung ke usus bergerak terlalu cepat dan tidak terkendali.

Pada sebagian kasus, perubahan anatomi lambung sebagai efek samping dari pembedahan menyebabkan disfungsi sistem tersebut. Lambung yang lebih kecil atau adanya kerusakan pada pilorus (bagian lambung yang terhubung dengan usus halus) dapat mengakibatkan sejumlah besar partikel makanan dan cairan dilepaskan dengan cepat ke usus halus.

Pengosongan lambung yang cepat ini dapat menghasilkan perubahan yang nyata pada kadar gula darah dan peningkatan hormon tertentu. Hal ini kemudian berkontribusi pada gejala kardiovaskuler dan hipoglikemia.

Sindrom dumping dini terjadi akibat pelepasan sejumlah partikel makanan ke dalam usus secara tiba-tiba. Ini menyebabkan banyak cairan juga turut berpindah ke usus. Kondisi tersebut kemudian menimbulkan ketidaknyamanan, kembung, dan diare.

Sementara sindrom dumping akhir terjadi karena adanya lonjakan gula dalam usus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan memicu pankreas untuk melepaskan insulin. Kondisi ini kemudian dapat memicu penurunan kadar gula darah dan menyebabkan hipoglikemia.

3. Bagaimana sindrom dumping didiagnosis?

ilustrasi penderita diabetes (pexels.com/photoMIX Company)

Diagnosis sindrom dumping biasanya dilakukan melalui pemeriksaan gejala spesifik serta riwayat medis penderita, apakah pernah menjalani operasi lambung atau tidak. Beberapa tes lain mungkin juga diperlukan untuk mengonfirmasi temuan, meliputi:

  • Tes toleransi glukosa oral untuk mengukur kadar gula darah. Ini dapat digunakan untuk memeriksa kadar gula rendah yang terkait sindrom dumping akhir
  • Tes pengosongan lambung dengan menggunakan bahan radioaktif yang ditambahkan pada bahan makanan untuk mengukur seberapa cepat pergerakan makanan dari lambung ke usus
  • Tes endoskopi pada saluran pencernaan atas untuk mengidentifikasi kondisi medis lain yang menyebabkan gejala

4. Perubahan pola makan adalah pengobatan yang direkomendasikan untuk penderita sindrom dumping

ilustrasi menu diet (pixabay.com/Pexels)

Pengobatan sindrom dumping biasanya dilakukan melalui perubahan pola makan dan gaya hidup. Ini adalah langkah pertama yang digunakan untuk mengobati gangguan tersebut. Berikut adalah strategi diet untuk sindrom dumping:

Yang boleh dilakukan

  • Makan makanan dengan porsi yang lebih kecil. Cobalah makan lima atau enam porsi kecil sehari daripada tiga porsi besar
  • Mengunyah makanan secara menyeluruh
  • Minum delapan gelas air sepanjang hari, tetapi hanya di antara waktu makan
  • Makan lebih banyak protein, seperti daging, unggas, selai kacang, dan ikan
  • Makan lebih banyak karbohidrat kompleks, misalnya oatmeal dan makan gandum lainnya yang tinggi serat
  • Pilih konsumsi lemak sehat
  • Berhenti minum alkohol
  • Berhenti makan ketika pertama kali mulai merasa kenyang
  • Dilansir Verywell Fit, para ahli medis di The University of Rochester Medical Center juga merekomendasikan untuk berbaring selama 30 menit setelah makan untuk mencegah atau mengobati gejala
  • Tambahkan pektin, psyllium, atau guar gum ke dalam makanan untuk memperlambat pergerakan makanan. Namun, penting untuk mendiskusikan penggunaan suplemen ini dengan dokter mengenai efek samping dan interaksi dengan obat lain yang sedang dikonsumsi.

Yang tidak boleh dilakukan

  • Jangan minum apapun selama 30-60 menit sebelum dan sesudah makan
  • Batasi makanan tinggi gula, seperti permen, gula meja, sirup, soda, dan jus
  • Mengonsumsi produk susu. Gula alami dalam produk susu (laktosa) juga dapat memperburuk gejala.

Baca Juga: 5 Langkah Mudah Tingkatkan Kadar Asam Lambung yang Rendah

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya