TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diawali Alergi dan Asma, Kenali Gejala Sindrom Churg-Strauss  

Asma adalah tanda paling umum kelainan ini 

ilustrasi penggunaan bronkodilator untuk asma (freepik.com/freepik)

Sindrom Churg-Strauss adalah penyakit autoimun langka yang memengaruhi banyak sistem tubuh, terutama paru-paru. Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya alergi dan mengembangkan gejala asma.

Bagi orang dengan asma, adanya sindrom Churg-Strauss bisa memperburuk kondisi. Penanganan yang tepat dapat membantu mengelola dan meminimalkan gejala dan mencegah komplikasi. Namun, bila penanganan tidak tepat atau malah tidak mendapat penanganan sama sekali, kerusakan serius bisa terjadi, bahkan berpotensi mengancam nyawa. 

Berikut ini fakta medis seputar sindrom Churg-Strauss, mulai dari penyebab, gejala, siapa yang lebih berisiko, serta pengobatannya.

1. Sindrom Churg-Strauss memiliki tiga fase gejala

pexels.com/Andrea Piacquadio

Gejala sindrom Churg-Strauss sangat bervariasi dari kasus ke kasus. Ini bergantung pada bagian organ mana yang terlibat. Secara umum, sindrom yang juga dikenal sebagai granulomatosis eosinofilik dengan poliangiitis (EGPA) ini dibagi menjadi tiga fase gejala, yaitu prodromal, eosinofilik, dan vaskulitis.

Fase prodromal ditandai dengan reaksi alergi. Individu yang terkena dapat mengembangkan gejala asma, termasuk batuk, alergi, mengi, dan sesak napas. Sedangkan individu yang menderita asma, kondisinya bisa menjadi lebih buruk.

Gejala lain yang timbul pada fase ini termasuk hay fever atau rinitis alergi (peradangan alergi pada selaput lendir hidung yang menyebabkan hidung meler, bersin, gatal, dan penyumbatan), sinusitis, dan polip hidung. Fase pertama ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Sementara itu, pada fase eosinofilik ditandai dengan penumpukan eosinofil, yaitu jenis sel darah putih yang merespons alergi, di berbagai jaringan tubuh. Ini menyebabkan kelelahan, berkeringat pada malam hari, sakit perut, dan demam.

Sementara itu, fase vaskulitis ditandai dengan meluasnya peradangan di pembuluh darah. Gejala yang muncul dapat meliputi nyeri sendi, penurunan berat badan, ruam, mati rasa atau kesemutan, dan nyeri otot. Pada kondisi ini dapat menyebabkan aneurisma.

Pada 78 persen penderita juga dapat mengalami gangguan neurologis, termasuk polineuropati. Tak hanya itu, setengah dari penderita juga dilaporkan mengalami kelainan kulit yang disebabkan penumpukan eosinofil di jaringan kulit. Gejalanya berupa lesi keungunan, ruam disertai gatal, dan benjolan kecil terutama di siku.

Tidak semua penderita mengalami ketiga fase tersebut dan mungkin mereka juga tidak mengalami semua fase secara berurutan. Namun, mengenali gejalanya sangat penting untuk menentukan pengobatan dan mencegah berkembangnya fase selanjutnya.

Baca Juga: Kenali Penyakit Autoimun: dari Sebab, Gejala, hingga Cara Mencegahnya

2. Penyebabnya belum diketahui pasti 

pixabay.com/Vector8DIY

Sindrom Churg-Strauss adalah kelompok gangguan autoimun yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Gangguan autoimun merupakan kondisi sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan benda asing yang masuk, justru menyerang jaringan tubuh yang sehat.

Beberapa peneliti beranggapan bahwa faktor lingkungan, imunologi, dan genetik memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan ini. Pada beberapa kasus, penggunaan obat asma seperti montelukast juga dianggap memicu kondisi ini. Namun, masih diperlukan bukti lebih lanjut.

3. Siapa yang berisiko mengembangkan sindrom Churg-Strauss?

pixabay.com/resprouk

Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama mengembangkan penyakit autoimun langka ini. Namun, berdasarkan beberapa laporan, laki-laki mungkin lebih sering terkena.

Pada sebagian besar kasus, sindrom Churg-Strauss banyak dialami usia antara 30 dan 50 tahun. Melansir WebMD, orang dengan masalah asma kronis, rinitis alergi, atau sinusitis kronis juga lebih berisiko mengembangkan sindrom ini.

4. Diagnosis sindrom Churg-Strauss

pexels/cottonbro

Diagnosis sindrom Churg-Strauss didasarkan pada hasil pemeriksaan riwayat medis yang menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan uji klinis.

Beberapa tes seperti biopsi paru-paru, rontgen dada, dan CT scan mungkin diperlukan untuk menunjukkan adanya kelainan pada paru-paru. Selain itu, tes darah juga penting untuk memeriksa kadar sel darah putih (eosinofil).

American College of Rheumatology telah menetapkan kriteria diagnostik untuk sindrom Churg-Strauss. Seseorang didiagnosis sindrom ini jika teridentifikasi mengalami empat dari enam gejala berikut:

  • Asma
  • Eosinofilia yang didefinisikan sebagai lebih dari 10 persen dalam darah yang bersirkulasi
  • Mono- atau polineuropati
  • Infiltrat paru tidak tetap
  • Kelainan sinus paranasal, misalnya polip hidung
  • Eosinofilia ekstravaskular

Baca Juga: Diet AIP: Pola Makan Khusus bagi Penyintas Penyakit Autoimun

Verified Writer

Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya