TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Cara Menghindari Episiotomi saat Melahirkan, Perlu Persiapan Matang

Episiotomi adalah sayatan pada persalinan normal

ilustrasi melahirkan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Episiotomi ialah sayatan yang dibuat pada perineum atau jaringan di antara vagina dan anus selama persalinan. Prosedur ini dilakukan untuk membuat lubang vagina lebih lebar untuk kelahiran dan dianggap dapat mencegah kerusakan dasar panggul dan mengurangi risiko robekan.

Meskipun begitu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya merekomendasikan episiotomi secara terbatas. Artinya, episiotomi hanya boleh dilakukan bila memang situasinya mendesak.

Bagi ibu hamil yang ingin mengurangi risiko tindakan episiotomi, mereka perlu secara aktif terinformasi dalam hal persiapan melahirkan atau persalinan.

Memang, kelahiran tidak dapat diprediksi. Namun, membekali diri dengan informasi selengkap-lengkapnya bisa berdampak besar pada pengalaman kelahiran, termasuk menghindari episiotomi.

Telah dirangkum dari laman Bellybelly dan Mayo Clinic, inilah beberapa strategi untuk menghindari episiotomi.

1. Pilih klinik atau rumah sakit yang tidak melakukan episiotomi rutin

Saat memilih bidan atau dokter, penting untuk mencari tahu bagaimana biasanya mereka melakukan persalinan. Memilih klinik atau rumah sakit yang membuat kamu merasa nyaman dapat membantu kamu memiliki pengalaman melahirkan yang positif.

Memilih penyedia layanan medis yang tepat juga dapat menurunkan risiko intervensi, termasuk operasi caesar yang tidak perlu dan episiotomi.

Saat mencari penyedia layanan medis, kamu mungkin perlu bertanya dalam keadaan apa mereka merekomendasikan episiotomi. Tanyakan juga apakah mereka meminta persetujuan verbal jika mereka yakin episiotomi diperlukan.

2. Pijat perineum

ilustrasi persalinan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Selama tahap kedua persalinan, dokter atau bidan mungkin akan menempatkan dua jari yang sudah memakai pelindung dan dilumasi tepat di dalam vagina dan memindahkannya dari sisi ke sisi. Ini dilakukan untuk memberikan tekanan ringan di daerah yang terlibat selama persalinan.

Penyedia layanan kesehatan mungkin juga merekomendasikan pijat perineum di rumah pada akhir trimester ketiga, sebelum dimulainya persalinan. Kamu dapat melakukannya sendiri atau dengan bantuan pasangan sesuai dengan petunjuk penyedia layanan medis.

Baca Juga: 6 Fakta Husband Stitch, Jahitan Ekstra setelah Persalinan

3. Bersiap untuk mengejan

Selama tahap kedua persalinan, ibu diharapkan untuk mendorong dengan lebih terkontrol dan kurang ekspulsif. Mendorong bayi keluar dengan lembut dan perlahan dapat memberikan waktu bagi jaringan untuk meregang dan memberi jalan bagi bayi untuk keluar. Penyedia layanan kesehatan biasanya akan memberikan panduan.

Mendengarkan tubuh dan mendorong dengan tepat sering kali memberikan hasil terbaik untuk kelahiran. Mendengarkan arahan dokter atau bidan kapan harus berhenti juga penting.

4. Letakkan kompres hangat pada perineum

ilustrasi kompres (pixabay.com/Yamsri)

Menempatkan kompres hangat pada perineum selama mengejan dapat membantu mencegah robekan dan memfasilitasi peregangan jaringan. Jika jaringan dibiarkan meregang perlahan sambil ditopang, kebutuhan akan episiotomi berkurang.

Kamu mungkin perlu berdiskusi dengan bidan atau dokter untuk menjaga agar perineum tetap hangat. Ini bisa dilakukan dengan menempatkan kain hangat di perineum selama tahap kedua persalinan.

5. Pertimbangkan sebelum melakukan epidural

Melakukan epidural selama tahap kedua kelahiran dapat membantu menghentikan rasa sakit. Namun, ketidakmampuan untuk merasakan dorongan untuk mengejan mungkin membuat perempuan sulit untuk mengejan secara efektif. Dan, jika kamu tidak dapat mengejan dengan baik, kamu mungkin memerlukan episiotomi selama persalinan.

Jika kamu memilih epidural, diskusikan dengan penyedia layanan kesehatan soal kemungkinan menurunkan dosis selama tahap kedua. Ini mungkin membantu kamu tetap merasakan dorongan untuk mengejan dan menurunkan risiko episiotomi.

6. Pilih posisi tegak saat bersalin

ilustrasi ibu hamil yang sudah mendekati waktu persalinan (unsplash.com/Jimmy Conover)

Banyak orang yakin bahwa melahirkan dengan posisi telentang adalah posisi normal. Meskipun ini sering menjadi norma dalam budaya masyarakat di berbagai belahan dunia, ternyata ini bukanlah posisi yang paling efektif untuk mengejan.

Saat telentang, kamu kehilangan gravitasi, serta memberi lebih banyak tekanan pada dasar panggul, dan harus bekerja keras untuk membantu bayi menavigasi jalan lahir. Akhirnya, ini dapat memperlambat dorongan dan menyulitkan bayi untuk keluar, yang mungkin membuat dokter memutuskan untuk melakukan episiotomi. Namun, melahirkan dengan posisi tegak dapat mencegah hal ini.

Tetap tegak dapat membantu kamu mendorong dengan lebih efektif. Ketika bayi turun dengan baik, kemungkinan membutuhkan episiotomi menjadi lebih kecil. Berdiri tegak dapat mengurangi risiko episiotomi dan bahkan risiko robekan alami.

Baca Juga: 8 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan setelah Melahirkan, Bun!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya