TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Oklusi Arteri Retina: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Terjadi karena aliran darah ke retina tersumbat

ilustrasi orang dengan oklusi arteri retina atau stroke mata (pexels.com/Karolina Grabowska)

Oklusi arteri retina juga dikenal sebagai stroke mata, yang terjadi akibat adanya penyumbatan aliran darah di retina, suatu lapisan tipis di mata yang membantu kamu untuk melihat. Akibatnya, kamu dapat mengalami kekaburan penglihatan, bahkan kebutaan.

Arteri bertugas mengalirkan darah dari jantung menuju retina. Tanpa aliran darah yang tepat, sel-sel di retina tidak akan mendapatkan cukup oksigen yang bisa membuatnya mati dalam beberapa menit atau jam. Karena alasan ini, oklusi arteri retina adalah keadaan darurat yang membutuhkan pengobatan segera agar tidak menyebabkan kerusakan penglihatan permanen.

Di sini, akan diulas beberapa informasi penting seputar oklusi arteri retina yang telah dirangkum dari laman WebMD dan The American Society of Retina Specialists.

1. Gejala

ilustrasi gejala oklusi arteri retina atau stroke mata (unsplash.com/ahmad gunnaivi)

Gejala utama oklusi arteri retina adalah perubahan penglihatan yang terjadi secara tiba-tiba. Pada kebanyakan kasus, ini hanya terjadi pada satu mata dan biasanya tidak menyebabkan rasa sakit apa pun.

Lebih jelasnya, saat mengalami oklusi arteri retina, kamu mungkin merasakan:

  • Kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan.
  • Tidak mampu melihat dari sisi mata.
  • Penglihatan kabur atau terdistorsi.
  • Titik buta.

Baca Juga: 6 Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Mencegahmu dari Mata Minus

2. Penyebab

ilustrasi oklusi arteri retina atau stroke mata (commons.wikimedia.org)

Oklusi arteri retina disebabkan oleh penyumbatan arteri retina, biasanya karena adanya kolesterol yang menghalangi aliran darah atau bekuan darah.

Oklusi arteri retina dapat bersifat sementara, yaitu hanya beberapa detik atau menit jika sumbatan pecah dan membuat aliran darah dapat kembali ke retina. Namun, juga dapat bersifat  permanen.

Faktor risiko umum dari oklusi arteri retina mencakup:

  • Penyakit arteri karotis.
  • Timbunan lemak di arteri.
  • Kerusakan katup jantung.
  • Tumor di jantung.
  • Irama jantung yang tidak normal.
  • Diabetes.
  • Hipertensi.
  • Penyalahgunaan obat intravena.
  • Kondisi yang menyebabkan pembentukan bekuan darah.
  • Penggunaan kontrasepsi oral.
  • Hamil.
  • Kelainan trombosit darah.

Oklusi arteri retina paling sering terjadi pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Sebagian besar hanya melibatkan salah satu sisi mata.

3. Diagnosis

ilustrasi pemeriksaan mata oleh dokter (pixabay.com/newarta)

Saat melakukan diagnosis, dokter akan memeriksa mata dan menanyakan riwayat kesehatan. Dokter mungkin meminta pasien untuk membaca, memberikan obat tetes mata, dan memeriksa retina dengan oftalmoskop untuk mengetahui adanya penyumbatan atau pendarahan.

Selain itu, dokter mungkin masih akan melakukan tes lain, yang meliputi:

  • Tes bidang visual: Pasien melihat ke dalam mesin dan mengklik tombol setiap kali melihat cahaya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien mengalami kehilangan penglihatan periferal.
  • Slit lamp: Pasien duduk di depan mikroskop khusus yang menyinari mata untuk memudahkan dokter mencari sesuatu yang tidak biasa.
  • Fluorescein angiography: Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan pewarna ke bagian lengan. Pewarna ini bergerak melalui aliran darah ke retina. Kemudian, dokter mengambil gambar mata dengan kamera khusus untuk mengetahui pembuluh darah mana yang tersumbat.
  • Tomografi koherensi optik: Pasien diberi obat tetes mata untuk melebarkan pupil. Kemudian mesin memindai mata untuk mengambil gambar retina secara detail.

Jika dokter menganggap bahwa penyumbatan disebabkan oleh gumpalan dari bagian tubuh yang lain, dokter mungkin menyarankan tes lain untuk mencari masalah di arteri dan jantung. Misalnya, tes darah untuk memeriksa gangguan pembekuan dan kadar kolesterol.

4. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (freepik.com/jcomp)

Pertolongan harus dilakukan segera setelah episode oklusi arteri retina untuk menyelamatkan penglihatan. Cedera yang berkepanjangan dapat dihindari apabila dokter dapat membersihkan penyumbatan arteri dan memulihkan aliran darah dalam waktu 90-100 menit. Namun, jika pasien tidak juga mendapatkan dalam 4 jam, penyumbatan bisa merusak penglihatan secara permanen.

Untuk menyelamatkan penglihatan, dokter akan mencoba satu atau lebih perawatan berikut:

  • Pijat mata: Dokter akan memijat kelopak mata yang tertutup dengan jari untuk mengeluarkan bekuan darah.
  • Karbon dioksida-oksigen: Pasien dibiarkan menghirup campuran karbon dioksida dan oksigen untuk meningkatkan aliran darah ke retina dan memperlebar arteri.
  • Parasentesis: Jarum kecil digunakan untuk mengeluarkan sedikit cairan dari bagian depan mata. Cara ini akan mengurangi tekanan, yang dapat meningkatkan aliran darah di retina.
  • Obat-obatan: Obat diberikan kepada pasien untuk memecahkan gumpalan atau menurunkan tekanan di mata. Obat yang digunakan termasuk obat yang digunakan untuk glaukoma, seperti acetazolamide.

Baca Juga: Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadai

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya