TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Oligodendroglioma: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Sekitar 4 persen tumor otak adalah oligodendroglioma

ilustrasi sakit kepala karena oligodendroglioma (freepik.com/jcomp)

Oligodendroglioma adalah jenis tumor langka yang bisa terjadi di otak atau sumsum tulang belakang, tetapi memang paling sering muncul di otak. Ini merupakan jenis glioma, yang merupakan tumor primer yang berasal dari otak.

Tumor ini terbentuk dari oligodendrosit, sel di otak dan sumsum tulang belakang yang menghasilkan zat yang melindungi sel saraf. Penyakit langka ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering menyerang orang dewasa. Ketahui selengkapnya mengenai oligodedroglioma lewat informasi berikut.

1. Tingkatan atau jenis oligodendroglioma

ilustrasi mengidentifikasi oligodendroglioma (emedicinehealth.com)

Oligodendroglioma dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkatan berdasarkan karakteristiknya. Menurut keterangan dari National Cancer Institute (NCI), tingkatan tersebut adalah:

  • Oligodendroglioma tingkat II: merupakan tumor tingkat rendah yang tumbuh perlahan dan menyerang jaringan normal di sekitarnya. Pada kebanyakan kasus, tumor ini dapat terbentuk selama bertahun-tahun dan sering luput dari diagnosis karena tidak adanya gejala yang berkembang atau muncul.

  • Oligodendroglioma derajat III: merupakan tumor tingkat tinggi dan jenis ini disebut juga sebagai oligodendrioglioma anaplastik. Tingkatan ini merupakan oligodendroglioma yang bersifat ganas dan dapat tumbuh dengan cepat.

2. Tempat oligodendroglioma biasa berkembang dan penyebabnya

ilustrasi oligodendroglioma di otak (braintumour.ca)

Tumor ini biasanya terbentuk di materi putih dan lapisan luar otak, yang disebut korteks. Meski begitu, tumor ini sebenarnya dapat berkembang di mana saja pada bagian sistem saraf pusat. Dinamakan oligodendroglioma karena sel tumornya menyerupai oligodendrosit, sejenis sel otak yang menopang dan menyekat serabut saraf di sistem saraf pusat.

Mengutip NCI, kanker merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh perubahan tertentu pada gen yang mengontrol cara sel berfungsi. Untuk oligodendroglioma sendiri, sebagian kasus tidak diketahui penyebabnya. Namun, diperkirakan bahwa paparan radiasi dan perubahan gen tertentu yang dapat diturunkan melalui keluarga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkannya.

3. Gejala oligodendroglioma dapat bervariasi berdasarkan ukuran dan letak tumor

ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penyakit langka ini bisa memunculkan berbagai gejala, dan gejala yang dirasakan tiap penderitanya bisa berbeda-beda, tergantung ukuran dan letak tumor tumbuh. Gejalanya bisa mirip stroke, sehingga oligodendroglioma bisa keliru didiagnosis sebagai stroke.

Seperti dijelaskan di laman Healthline, ketika tumor terletak di lobus frontal, biasanya gejala yang muncul dapat berupa:

  • Sakit kepala
  • Kejang
  • Hilang ingatan
  • Kehilangan penglihatan
  • Kelumpuhan
  • Perubahan perilaku dan kepribadian

Selanjutnya, apabila tumor tumbuh di lobus parietal, gejalanya bisa meliputi:

  • Ketidakmampuan untuk mengenali objek dengan menyentuhnya
  • Perubahan pada kemampuan indra peraba
  • Kesulitan mengenali dan menafsirkan sensasi
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Kesulitan membaca, menulis, dan menghitung
  • Masalah dengan koordinasi dan keseimbangan

Sementara itu, jika tumor terletak di lobus temporal, gejalanya bisa mencakup:

  • Hilang ingatan
  • Halusinasi
  • Kejang
  • Kehilangan pendengaran
  • Ketidakmampuan untuk memahami bahasa dan musik

Baca Juga: Fakta Katup Aorta Bikuspid, Kelainan Jantung Bawaan Paling Umum

4. Diagnosis oligodendroglioma

ilustrasi diagnosis oligodendroglioma (braintumourresearch.org)

Beberapa tes perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis oligodedroglioma. Dilansir Mayo Clinic, beberapa tes dan prosedur yang dibutuhkan bisa meliputi:

  • Pemeriksaan neurologis: dokter dapat melakukan pemeriksaan neurologis dan menanyakan gejala pasien. Selanjutnya, dokter juga mungkin memeriksa penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi, kekuatan, dan refleks pasien untuk mengidentifikasi bagian otak mana yang terdampak.

  • Tes pencitraan: pemindaian MRI dapat membantu dokter menentukan lokasi dan ukuran tumor otak. Selain, pemindaian CT, dan tes pencitraan PET juga bisa dilakukan.

  • Mengambil sampel jaringan untuk pengujian (biopsi): ini dapat dilakukan sebelum atau selama operasi untuk menghilangkan oligodendroglioma. Biopsi dapat dilakukan menggunakan jarum, kemudian sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium untuk diidentifikasi jenis sel dan tingkat agresivitasnya.

5. Pengobatan oligodendroglioma

ilustrasi obat-obatan kemoterapi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Beberapa pilihan pengobatan untuk oligodendroglioma dapat berupa:

  • Pembedahan untuk mengangkat tumor: pembedahan sangat umum dilakukan untuk mengangkat oligodendroglioma sebanyak mungkin tanpa memengaruhi jaringan otak yang sehat. Operasi otak sadar merupakan teknik bedah yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa jaringan otak yang sensitif dan penting tidak rusak selama operasi. Bila tumor masih tersisa atau bila ada peningkatan risiko tumor untuk kambuh setelah operasi, perawatan tambahan mungkin akan direkomendasikan.

  • Kemoterapi: perawatan ini umum dilakukan untuk membunuh sel kanker. Obat kemoterapi dapat diminum dalam bentuk pil atau disalurkan melalui pembuluh darah di lengan. Kemoterapi biasa dikombinasikan dengan terapi radiasi untuk mengobati kanker yang agresif. Kemoterapi juga sering dilakukan setelah operasi untuk menghilangkan sel kanker yang tersisa. Bagi orang yang tidak dapat menjalani operasi, terapi radiasi dan kemoterapi bisa dijadikan pengobatan utama.

  • Terapi radiasi: terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi ini biasanya menggunakan sinar-X atau juga proton. Terapi radiasi bisa direkomendasikan untuk dilakukan pascaoperasi dan dapat dikombinasikan dengan kemoterapi.

  • Uji klinis: ini memberikan pasien kesempatan untuk memilih opsi perawatan terbaru. Akan tetapi, risiko efek sampingnya bisa tidak diketahui. Sangat penting untuk berkonsultasi matang-matang dengan dokter bila pasien ingin berpartisipasi dalam uji klinis serta untuk menentukan apakah pasien memenuhi syarat untuk uji klinis.

  • Perawatan suportif (paliatif): ini merupakan perawatan medis yang berfokus pada pemberian bantuan dari rasa sakit dan gejala penyakit serius lainnya. Perawatan ini dapat dilakukan saat menjalani perawatan agresif lain seperti pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi.

6. Komplikasi yang terkait dengan oligodendroglioma

ilustrasi pendengaran yang terganggu (freepik.com/karlyukav)

Pasien oligodendroglioma dapat mengalami komplikasi, terutama ketika tumor yang tumbuh menekan saraf serta jaringan di sekitarnya. Mengutip Cleveland Clinic, beberapa komplikasi tersebut mungkin termasuk:

  • Masalah koordinasi dan keseimbangan
  • Kesulitan berbicara
  • Masalah pendengaran, penglihatan, dan penciuman
  • Mual dan muntah
  • Kelemahan atau masalah gerakan di lengan, kaki, atau di satu sisi tubuh

7. Prevalensi oligodendroglioma

ilustrasi tumor otak (freepik.com/kjpargeter)

Menurut keterangan dari American Brain Tumor Association, sekitar 4 persen dari tumor otak merupakan oligodendroglioma, dan sekitar 10 sampai 15 persen dari glioma adalah oligodendroglioma.

Walaupun bisa menyerang berbagai usia, tetapi kasus yang ditemukan pada bayi dan anak-anak cukup jarang, yakni hanya sekitar 6 persen dari total kasus oligodendroglioma.

Kebanyakan kasus tumor langka ini dialami orang dewasa, dengan rentang usia sekitar 50 hingga 60 tahun. Selain itu, penyakit ini juga lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan.

8. Faktor risiko oligodendroglioma

ilustrasi orang berusia lebih dari 45 tahun (unsplash.com/Ravi Patel)

Terdapat faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami oligodendroglioma, yang meliputi:

  • Berusia lebih dari 45 tahun
  • Dilahirkan dengan mutasi genetik yang menyebabkan adanya kromosom yang hilang
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat glioma
  • Pernah terpapar radiasi sinar-X atau pengobatan kanker lain dalam jangka waktu lama

Baca Juga: 8 Fakta Ependymoma, Tumor Langka yang Sering Menyerang Anak-anak

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya