TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Free-Floating Anxiety: Gejala, Penyebab, Dampak, dan Pengobatan 

Tidak ada alasan pasti yang mendasari hadirnya kecemasan

ilustrasi perempuan mengalami kecemasan (pexels.com/Liza Summer)

Pernahkah kamu merasa gelisah tanpa alasan yang jelas? Hal demikian menjadikan otak seolah-olah memikirkan banyak hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Kondisi ini bisa mengarah pada indikasi free-floating anxiety atau kecemasan mengambang bebas.

Jika merujuk pada pernyataan American Psychological Association, free-floating anxiety ialah gambaran dari ketakutan yang menjalar secara kronis pada situasi atau objek yang tidak terlalu jelas. Dengan kata lain, free-floating anxiety adalah rasa tidak nyaman yang umum tapi tidak terikat dengan situasi atau objek tertentu.

Istilah free-floating anxiety sering digunakan untuk menggambarkan perasaan cemas, tidak nyaman, gugup, dan khawatir tanpa alasan spesifik yang mendasarinya. Di satu sisi, studi dalam Frontiers in psychiatry mengungkap, free-floating anxiety bisa menjadi gejala khas dari gangguan kecemasan umum (GAD). Dengan demikian, kondisi ini menjadi peringatan bagi siapa saja karena bisa berkembang menjadi kondisi mental yang butuh diagnosis dan penanganan oleh ahlinya. 

1. Gejala 

ilustrasi perempuan ketakutan (pexels.com/Alex Green)

Bicara perihal free-floating anxiety maka tidak lepas dari gejala yang menyertainya. Gejala tersebut termanifestasi ke dalam beberapa keadaan tertentu, seperti:

  • Panik.
  • Cemas.
  • Gugup.
  • Gelisah.
  • Tertekan.
  • Khawatir.
  • Ketakutan.
  • Perasaan tidak nyaman.
  • Perasaan was-was.

Penting untuk diperhatikan bahwa perasaan ini mungkin datang dan pergi begitu saja. Selain itu, alasan pastinya tidak mudah teridentifikasi saat itu juga. Oleh karenanya, free-floating anxiety sering diabaikan oleh kebanyakan orang.

2. Penyebab 

ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Andrew Neel)

Penyebab pasti free-floating anxiety belum dapat ditentukan. Namun, ada beberapa faktor yang turut serta berkontribusi mengembangkan kondisi ini. Faktor-faktor yang dimaksud, yakni: 

  • Kondisi yang berhubungan dengan unsur kimia otak: orang yang mengalami kondisi tertentu, termasuk kecemasan mungkin memiliki perbedaan dalam sistem dan struktur otaknya. Studi dalam Chronic Stress tahun 2017 menjabarkan, neurotransmitter yang terkait dengan serotonin dan amigdala dianggap berperan terhadap kemunculan perasaan cemas.
  • Genetika: studi yang terpublikasi dalam Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2017 menjelaskan, adanya kecenderungan pewarisan kondisi mental dari generasi satu ke generasi berikutnya.
  • Pengalaman: berhubungan dengan pengalaman traumatis yang bisa memicu free-floating anxiety.
  • Pola asuh: anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua atau pengasuh yang banyak menampilkan respons cemas dalam kehidupan sehari-hari, lebih mungkin mengembangkan pola tersebut di hidupnya. 

Baca Juga: Atasi Anxiety, 5 Makanan Ini Terbukti Ampuh Redakan Cemas 

3. Dampak 

ilustrasi pria lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sama seperti kondisi mental lain, free-floating anxiety juga meninggalkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan. Dampak yang dihasilkan pun bisa berbeda pada masing-masing individu yang mengalaminya. 

Kekhawatiran yang tidak berdasar dapat meningkatkan stres. Stres yang tidak terkontrol dengan baik, tentu akan memengaruhi kehidupan secara negatif. Imbasnya adalah dapat menyebabkan pola tidur yang buruk, kelelahan, isolasi sosial, hingga meningkatkan risiko bunuh diri.

4. Diagnosis 

ilustrasi proses diagnosis dengan ahli (pexels.com/Alex Green)

Jika kamu merasa mengalami free-floating anxiety, tidak ada salahnya berkonsultasi pada ahli kesehatan mental. Ahli akan membantu menegakkan diagnosis untuk selanjutnya dapat menetapkan pengobatan dan perawatan yang dirasa terbaik. 

Sebelum diagnosis dilakukan, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Hal ini dilakukan untuk mengesampingkan kondisi medis lain. Tahap selanjutnya, dokter akan mengevaluasi gejala yang mencakup frekuensi, durasi, dan tingkat keparahannya.

Baca Juga: 5 Kondisi Mental yang Menyebabkan Seseorang Mudah Marah, Kenali!

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya