Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan
Perilaku yang tidak biasa dan tidak diinginkan saat tidur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Parasomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan perilaku abnormal saat tidur. Perilaku tersebut dapat terjadi pada setiap tahap tidur, termasuk transisi dari terjaga ke tidur dan sebaliknya.
Pada orang dengan parasomnia, ia mungkin bergerak, berbicara, atau melakukan hal-hal yang tidak biasa selama tidur. Orang lain mungkin mengira ia sudah bangun, tetapi sebenarnya tidak sadar. Orang dengan parasomnia biasanya tidak ingat kejadian tersebut.
Walaupun parasomnia cukup umum terjadi, tetapi kondisi ini bisa membuat seseorang sulit tidur nyenyak dan bisa juga mengganggu tidur orang di sekitar, misalnya pasangan.
Selain itu, beberapa parasomnia bisa berbahaya karena pengidapnya tidak menyadari lingkungan di sekitarnya. Mereka juga bisa memiliki efek samping yang berhubungan dengan kesehatan, seperti stres psikologis.
1. Apa itu parasomnia?
Istilah parasomnia mengacu pada perilaku yang tidak biasa dan tidak diinginkan yang terjadi selama tidur. Ini bisa terjadi selama tahap tidur apa pun. Tahapan tidur termasuk non-rapid eye movement sleep (NREM), rapid eye movement sleep (REM), dan transisi antara terjaga dan tidur.
Menurut laporan dalam jurnal Missouri Medicine tahun 2018, parasomnia lebih sering terjadi selama masa kanak-kanak dan menjadi lebih jarang selama masa dewasa. Parasomnia memengaruhi sekitar 4 persen populasi orang dewasa.
Baca Juga: Melihat Fenomena Ketindihan dari Sisi Medis, Ini Faktanya!
2. Parasomnia REM
Parasomnia REM terjadi selama tahap tidur terakhir, yang melibatkan peningkatan aktivitas otak, kelumpuhan otot, dan peningkatan denyut jantung dan pernapasan.
- Gangguan perilaku tidur REM: Ini ketika seseorang secara fisik memerankan mimpi yang jelas. Dalam keadaan normal, tubuh memasuki keadaan kelumpuhan sementara selama tidur REM. Namun, orang dengan gangguan ini mengalami kelumpuhan yang tidak lengkap atau tidak ada sama sekali. Gangguan perilaku tidur REM tidak selalu terjadi setiap malam, tetapi mimpi yang sangat realistis, brutal, atau menakutkan dapat memicu gejala. Beberapa episode dapat terjadi sepanjang malam dengan setiap fase REM. Walaupun gangguan tidur ini tidak memengaruhi tidur, tetapi ini dapat meningkatkan risiko cedera. Kondisi ini umumnya memengaruhi pria usia di atas 50 tahun dan punya kaitan dengan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson dan demensia Lewy body.
- Mimpi buruk: Mimpi buruk adalah mimpi yang jelas dan mengganggu yang dapat menyebabkan perasaan cemas, takut, atau teror. Seseorang yang sering mengalami mimpi buruk atau mimpi buruk yang secara signifikan memengaruhi tidurnya mungkin mengalami gangguan mimpi buruk.
- Paralisis: Otot-otot tubuh rileks saat seseorang tertidur. Selama tidur REM, otot-otot lebih rileks dan menjadi diam (atonia). Kelumpuhan tidur terjadi ketika atonia otot terjadi saat seseorang masih terjaga. Seseorang mungkin mengalami kelumpuhan otot atau ketidakmampuan untuk berbicara saat tertidur atau saat bangun tidur. Seseorang dengan kelumpuhan tidur juga dapat mengalami mimpi yang jelas, mimpi bangun, atau halusinasi, selama sebuah episode. Episode paralisis bisa berlangsung selama beberapa detik atau menit. Episode biasanya sembuh secara spontan, tetapi seseorang dapat mengakhiri episode jika mereka memaksa diri untuk bergerak.
3. Parasomnia lainnya
- Mengompol atau enuresis tidur: Mengacu pada buang air kecil yang tidak disengaja yang terjadi selama tidur. Kebanyakan anak mengompol sesekali. Mengontrol fungsi kandung kemih saat tidur adalah salah satu tahap akhir dari potty training atau pelatihan buang air. Dokter tidak menganggap sering mengompol sebagai parasomnia kecuali jika usia anak di atas 5 tahun.
- Exploding head syndrome: Kondisi saat seseorang membayangkan suara keras, mirip dengan ledakan, tepat sebelum mereka tertidur.
- Halusinasi terkait tidur: Pengalaman visual, pendengaran, atau sentuhan yang tidak nyata yang terjadi selama transisi antara tidur dan bangun.
Baca Juga: Gangguan Tidur dan Psikis Dongkrak Risiko Diabetes Tipe 2
Baca Juga: 5 Gangguan Tidur Mengerikan yang Lebih Buruk daripada Insomnia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.