TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Intermittent Fasting Bisa Bantu Mengatasi Hipertensi?

Ada beberapa cara puasa ini bisa turunkan tekanan darah

ilustrasi intermittent fasting atau puasa intermiten (commons.wikimedia.org/Wilson Fisk)

Hipertensi kerap kali dikaitkan dengan penyakit jantung dan terlalu banyak pikiran. Padahal, hipertensi dapat memengaruhi seluruh organ dalam tubuh, termasuk sakit ginjal, stroke, dan pendarahan otak.

Intermittent fasting atau puasa intermiten populer sebagai salah satu metode untuk menurunkan berat badan. Walaupun tidak cocok untuk semua orang, tetapi puasa intermiten diyakini membawa banyak manfaat untuk kesehatan, termasuk membantu mengendalikan tekanan darah.

Bagaimana puasa intermiten bisa membantu mengelola hipertensi? Baca ulasan selengkapnya berikut ini.

1. Membantu menurunkan berat badan

ilustrasi penurunan berat badan (pexels.com/Moe Magners)

Penurunan berat badan dapat menjadi alasan mengapa pola makan dengan batasan waktu, seperti puasa intermiten, dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Ketika memiliki berat badan berlebih atau kelebihan lemak tubuh, tubuh cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.

Hal ini karena berat badan yang berlebih dapat memengaruhi kinerja sistem kardiovaskular, seperti meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatkan resistansi pembuluh darah.

Hasil studi dalam jurnal Nutrition & Metabolism menemukan, ketika menjalani puasa intermiten, seseorang mengatur jendela makan mereka dan mengurangi waktu makan mereka dalam sehari. Dengan mengurangi waktu makan, tubuh memiliki waktu lebih lama untuk mencerna dan membakar energi dari makanan yang dikonsumsi. Selain itu, penurunan berat badan terjadi ketika tubuh membakar lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi melalui makanan, sehingga lemak yang ada dalam tubuh diubah menjadi energi.

Penurunan berat badan yang terjadi karena puasa intermiten dapat membantu mengurangi tekanan darah karena berbagai alasan.

Pertama, berkurangnya lemak tubuh dapat mengurangi jumlah jaringan yang membutuhkan pasokan darah. Ini mengurangi beban kerja jantung dan pembuluh darah, sehingga tekanan darah dapat menurun.

Selain itu, penurunan berat badan juga dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan mengurangi resistansi insulin. Resistansi insulin merupakan faktor yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Dengan penurunan resistansi insulin, tekanan darah dapat terkendali dengan lebih baik.

Penting diingat bahwa penurunan berat badan terjadi bukan karena puasa intermiten semata. Namun, ada faktor-faktor lain, seperti pola makan yang sehat, olahraga teratur, pengelolaan stres, dan tidak merokok juga dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah.

Baca Juga: Intermittent Fasting Bantu Atasi Diabetes, Ini Alasannya!

2. Perubahan keseimbangan simpatovagal

Ilustrasi hipertensi (Pexels.com/Ahmad Taufik)

Sistem saraf memiliki dua komponen utama, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk meningkatkan aktivitas tubuh dalam situasi stres atau respons "fight-or-flight", sedangkan sistem saraf parasimpatis berperan dalam mengendalikan fungsi-fungsi tubuh saat istirahat atau respons "rest-and-digest".

Penelitian dalam Sahel Medical Journal tahun 2022 menemukan bahwa puasa intermiten dapat mengubah keseimbangan antara kedua sistem saraf ini, dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Dalam kondisi normal, aktivitas sistem saraf simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Dalam hal ini, puasa intermiten membantu mengatur kembali keseimbangan antara kedua sistem saraf tersebut. Dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis, puasa dapat meredakan respons "fight-or-flight" yang berlebihan dan membantu menurunkan tekanan darah, sehingga terjadi perubahan keseimbangan simpatovagal.

Saat menjalani puasa intermiten, tubuh mengalami keadaan "rest-and-digest" yang lebih lama karena tidak ada asupan makanan selama periode puasa. Ini memungkinkan sistem saraf parasimpatis untuk menjadi lebih dominan dalam mengontrol fungsi tubuh, termasuk menurunkan tekanan darah.

3. Membantu menurunkan hormon angiotensin-II

ilustrasi intermitten fasting atau puasa intermiten (freepik.com/user14908974)

Angiotensin-II atau ang-II adalah hormon dalam tubuh yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Ketika ang-II tinggi, pembuluh darah menyempit dan volume darah meningkat, yang dapat menyebabkan tekanan darah naik.

Menurut laporan dalam jurnal Arquivos Brasileiros De Cardiologia, diketahui bahwa setelah menjalani puasa intermiten, tingkat ang-II dalam tubuh pasien hipertensi menurun. Ini berarti hormon ang-II yang bertanggung jawab meningkatkan tekanan darah menjadi lebih rendah setelah menjalani puasa intermiten. Penurunan ini kemudian berkontribusi pada penurunan tekanan darah.

Saat proses puasa intermiten yang dilakukan secara teratur, ini memberikan tubuh waktu untuk memperbaiki dan mengatur kembali berbagai fungsi biologis, termasuk regulasi sistem renin-angiotensin (RAS) yang berperan dalam tekanan darah. Dengan membatasi waktu makan dan memberi jeda antara makanan, tubuh memiliki kesempatan untuk mengoptimalkan keseimbangan hormonal dan mengurangi aktivitas yang berlebihan dari ang-II.

Ketika tingkat ang-II menurun, efeknya adalah pembuluh darah menjadi lebih rileks dan melebar, sehingga aliran darah dapat mengalir lebih lancar dan tekanan darah menurun. Selain itu, dengan penurunan ang-II, retensi garam dan air dalam tubuh juga berkurang, yang membantu mengurangi beban pada pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.

4. Membantu menurunkan ekskresi sodium dalam urine

ilustrasi hipertensi (pexels.com/Thirdman)

Saat menjalankan puasa intermiten, kita mengurangi asupan makanan dan minuman untuk periode waktu tertentu. Ini dapat memengaruhi keseimbangan sodium dalam tubuh. Sodium adalah garam yang penting untuk tubuh, tetapi terlalu banyak sodium dapat menyebabkan retensi air dan meningkatkan tekanan darah.

Penelitian dalam Journal of the American Society of Hypertension menyebutkan bahwa setelah menjalani puasa intermiten, tubuh cenderung mengurangi ekskresi sodium melalui urine. Dengan kata lain, jumlah sodium yang dikeluarkan melalui urine menjadi lebih sedikit. Ketika jumlah sodium dalam tubuh berkurang, ini dapat membantu mengurangi retensi air dan menurunkan tekanan darah.

Proses ini terjadi karena saat puasa intermiten, kita cenderung mengonsumsi makanan yang lebih sedikit atau mengurangi konsumsi garam. Garam adalah salah satu sumber utama sodium dalam makanan.

Dengan mengurangi asupan garam, kita juga mengurangi asupan sodium. Seiring waktu, tubuh akan menyesuaikan diri dengan jumlah sodium yang lebih sedikit dan ekskresi sodium dalam urine akan berkurang.

Dampak dari penurunan ekskresi sodium dalam urine adalah penurunan retensi air dalam tubuh. Ketika tubuh menyimpan lebih sedikit air, volume darah dalam pembuluh darah berkurang. Hal ini dapat mengurangi tekanan yang diberikan pada dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah secara keseluruhan.

Baca Juga: 7 Manfaat Water Fasting, Diet Air Putih tanpa Makanan

Verified Writer

Masrurotul Hikmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya