Apa Metode Pencegah Kehamilan yang Paling Efektif?
Bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan kamu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pencegah kehamilan alias kontrasepsi atau KB yang cocok untuk setiap orang bisa berbeda-beda. Beberapa metode lebih efektif daripada yang lain, tetapi menemukan metode yang sesuai dengan anggaran, tujuan, dan gaya hidup juga penting.
Metode kontrasepsi dikelompokkan berdasarkan cara penggunaannya. Ini meliputi:
- Kontrasepsi sekali pakai: Metode ini harus digunakan untuk setiap episode hubungan seksual.
- Terjadwal: Melibatkan perencanaan di luar tindakan hubungan seksual secara berkelanjutan.
- Low maintenance: Metode ini bekerja lama dan tidak memerlukan perencanaan atau tindakan rutin.
- Permanen: Butuh prosedur operasi yang secara permanen mengakhiri kemampuan seseorang untuk hamil atau menghamili orang lain.
Sebagian besar metode pencegah kehamilan memiliki dua tingkat efektivitas. Pertama adalah seberapa efektif mencegah kehamilan bila digunakan persis seperti yang dimaksudkan, dalam kondisi ideal. Yang kedua adalah seberapa efektifnya dengan penggunaan tipikal, dengan mempertimbangkan kesalahan manusia dan faktor lain yang dapat menurunkan keefektifan dalam kehidupan nyata.
Untuk menemukan metode pencegahan kehamilan yang paling efektif buat kamu, pelajari tentang cara kerja berbagai metode, keefektifannya, serta pro dan kontra dari setiap opsi.
1. Kontrasepsi sekali pakai
1. Kondom
Kondom eksternal adalah kantung tipis yang diselipkan di atas penis yang sedang ereksi tepat sebelum hubungan seksual. Mereka biasanya terbuat dari lateks, tetapi kondom plastik dan kondom kulit domba tersedia untuk orang yang alergi terhadap lateks, seperti dijelaskan dalam laman Planned Parenthood.
Sementara itu, kondom internal adalah kantung tipis yang menciptakan penghalang antara penis dan vagina. Kondom internal dimasukkan ke dalam vagina (atau anus), alih-alih diselipkan di penis (Indian Journal of Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 2015).
Efektivitas
- Penggunaan ideal (penggunaan yang konsisten dan selalu benar) kondom eksternal: 98 persen efektif.
- Penggunaan tipikal (penggunaan tidak konsisten atau tidak selalu benar): Sekitar 85 persen efektif.
- Penggunaan ideal kondom internal: 95 persen efektif.
- Penggunaan tipikal: Sekitar 79 persen efektif.
Pro
- Mudah didapat.
- Mudah digunakan.
- Murah, portabel, dan mudah disimpan.
- Efektif mencegah infeksi menular seksual (IMS), kecuali kondom kulit domba.
- Tidak ada efek samping untuk pasangan (apabila muncul alergi atau iritasi, ada opsi kondom non lateks).
- Bisa digunakan dengan sebagian besar metode kontrasepsi lain untuk perlindungan ekstra.
Kontra
- Harus digunakan secara tepat setiap kali berhubungan seks, selama seks berlangsung.
- Mungkin butuh waktu untuk terbiasa menggunakannya.
- Hanya boleh menggunakan pelumas berbahan dasar air atau silikon dengan kondom lateks (apa pun yang mengandung minyak dapat merusak kondom lateks. Untuk lebih jelasnya, periksa kemasan kondom).
2. Spons
Kontrasepsi spons merupakan spons plastik yang berukuran kecil dan berbentuk bulat, yang ditempatkan di dalam vagina (untuk menutupi serviks) sebelum berhubungan seks. Spons akan menghalangi sperma memasuki rahim. Kontrasepsi ini mengandung spermisida, yang memperlambat sperma.
Efektivitas
- Penggunaan ideal: Sekitar 91 persen efektif, dan sekitar 80 persen efektif apabila perempuan pernah melahirkan.
- Penggunaan tipikal: Sekitar 88 persen efektif, dan sekitar 76 persen efektif jika perempuan pernah melahirkan.
Pro
- Dapat dimasukkan hingga 24 jam sebelum berhubungan seks.
- Seks tanpa batas selama 24 jam ketika spons terpasang.
- Portabel dan mudah disimpan.
- Tidak terlihat setelah dipakai oleh pemakai atau pasangan.
Kontra
- Dapat mengiritasi vagina atau penis dengan spermisida (nonoxynol-9), yang dapat memudahkan infeksi masuk ke dalam tubuh, meningkatkan risiko human immunodeficiency virus (HIV) dan IMS lainnya (pakai kondom bersama dengan spons dapat membantu mencegah IMS).
- Peningkatan risiko sindrom syok toksik.
- Mungkin sulit untuk digunakan dengan benar.
- Harus dibiarkan setidaknya 6 jam setelah terakhir kali berhubungan seks (tetapi tidak lebih dari total 30 jam).
3. Diafragma
Kontrasepsi diafragma adalah cangkir silikon yang lembut dan dangkal yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks. Diafragma mencegah sperma memasuki rahim dengan menghalangi serviks.
Diafragma digunakan dengan spermisida, yang memperlambat sperma dan meningkatkan efektivitas diafragma. Spermisida juga membantu menjaga diafragma tetap pada tempatnya.
Efektivitas
- Penggunaan ideal (dengan spermisida): 94 persen efektif.
- Penggunaan tipikal (dengan spermisida): Sekitar 88 persen efektif.
Pro
- Portabel.
- Bisa digunakan kembali dan, dengan perawatan yang tepat, diafragma bisa bertahan hingga 2 tahun.
- Tidak mengganggu hubungan seks.
- Biasanya tidak diperhatikan oleh penggunanya atau pasangannya.
Kontra
- Tidak memberi perlindungan dari IMS.
- Dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).
- Peningkatan risiko sindrom syok toksik.
- Mungkin sulit untuk digunakan dengan benar.
- Harus didiamkan selama 6 jam setelah berhubungan seks (total tidak lebih dari 24 jam).
- Harus menggunakan lebih banyak spermisida jika kamu berhubungan seks lagi selama sesi yang sama.
- Harus disesuaikan dengan individu, dan mungkin perlu dipasang kembali setelah kehamilan atau kenaikan atau penurunan berat badan 10 pon (4,5 kilogram) atau lebih
4. Tudung serviks
Tudung serviks atau cervical cap adalah cangkir silikon kecil yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks. Ini mirip diafragma, tetapi lebih kecil dan bentuknya berbeda. Metode pencegah kehamilan ini membantu sperma bertemu sel telur. Tudung serviks harus digunakan dengan spermisida untuk efektivitas optimal.
Ada tiga ukuran tudung serviks, yaitu kecil (buat yang belum pernah hamil), sedang (buat yang pernah melakukan aborsi, mengalami keguguran, atau operasi caesar), dan besar (untuk orang yang pernah melakukan persalinan pervaginam).
Efektivitas
- Penggunaan tudung serviks dengan spermisida pada orang yang belum pernah melahirkan: 86 persen efektif.
- Penggunaan tudung serviks dengan spermisida pada orang yang pernah melahirkan: 71 persen efektif.
Pro
- Portabel.
- Bisa digunakan kembali dan, dengan perawatan tepat, dapat bertahan hingga 1 tahun.
- Bisa dimasukkan hingga 2 jam sebelum berhubungan seks, sehingga tidak mengganggu mood bercinta.
Kontra
- Tidak melindungi dari IMS.
- Peningkatan risiko sindrom syok toksik.
- Bisa sulit untuk digunakan dengan benar.
- Harus didiamkan selama 6 jam setelah berhubungan seks (total tidak lebih dari 48 jam).
- Harus mengaplikasikan lebih banyak spermisida di vagina jika berhubungan seks lagi saat tudung serviks masih ada dalam.
- Harus disesuaikan dengan individu dan perlu dipasang kembali setelah melahirkan, keguguran, atau aborsi.
5. Spermisida dan gel kontrasepsi
Spermisida tersedia dalam bentuk gel, krim, bisa, atau supositoria, dan bisa dibeli di toko obat atau apotek tanpa resep. Spermisida dimasukkan jauh ke dalam vagina untuk mencegah sperma mencapai sel telur. Ada juga gel resep yang disebut Phexxi, yang bekerja dengan cara serupa untuk mengganggu mobilitas sperma.
Spermisida atau Phexxi dapat digunakan sendirim tetapi lebih efektif bila digunakan dengan alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, tudung serviks, atau kontrasepsi spons.
Efektivitas
- Penggunaan spermisida secara tunggal: 72 persen efektif.
- Penggunaan Phexxi tunggal: Penggunaan ideal adalah 93 persen efektif, sedangkan penggunaan tipikal sekitar 86 persen efektif.
Pro
- Terjangkau.
- Portabel.
- Spermisida dapat digunakan selama menyusui (belum diketahui apakah Phexxi aman digunakan saat menyusui).
- Dapat digunakan dengan metode kontrasepsi lainnya (jangan gunakan Phexxi dengan cincin vagina).
Kontra
- Harus digunakan setiap kali berhubungan seks.
- Spermisida mengandung nonoxynol-9, yang dapat mengiritasi penis atau vagina, meningkatkan risiko HIV dan IMS lainnya (Phexxi tidak mengandung nonoxynol-9).
- Penggunaan Phexxi dapat mengiritasi penis atau vagina.
- Tidak melindungi dari IMS.
- Bisa berantakan.
6. Menarik penis sebelum ejakulasi (pull-out)
- Metode ini mengharuskan mengeluarkan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
- Ejakulasi terjadi jauh dari vulva dan vagina.
Efektivitas: Pada praktiknya, metode ini 78 persen efektif.
Pro
- Gratis.
- Selalu bisa dilakukan saat berhubungan seks.
Kontra
- Tidak memberi perlindungan dari IMS.
- Sulit untuk menarik penis pada waktu yang tepat (bisa karena lupa, salah waktu, atau berubah pikiran).
- Vulva tidak bisa bersentuhan dengan ejakulasi.
- Cairan pra ejakulasi bisa mengandung sperma.
- Harus memiliki kepercayaan dengan pasangan.
Baca Juga: Studi: Pil Kontrasepsi Pria Menunjukkan Hasil yang Menjanjikan
Baca Juga: 5 Metode Kontrasepsi yang Tidak Menyebabkan Penambahan Berat Badan