TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Diabetes Bisa Memengaruhi Siklus Menstruasi?

Risiko anovulasi lebih tinggi pada orang dengan diabetes

ilustrasi pengaruh diabetes terhadap siklus menstruasi (freepik.com/stefamerpik)

Diabetes dapat memengaruhi perubahan tidak biasa terhadap siklus menstruasi seseorang. Demikian pula perubahan hormonal yang terjadi sepanjang siklus menstruasi dapat memengaruhi kondisi diabetes seseorang.

Bagaimana diabetes dapat memengaruhi siklus menstruasi? Simak jawabannya di bawah ini.

Pengaruh diabetes terhadap siklus menstruasi

ilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Orang dengan diabetes mungkin memiliki peningkatan risiko mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak terduga.

Diabetes tipe 1 seharusnya tidak memengaruhi keteraturan siklus menstruasi atau beratnya menstruasi seseorang. Konon, ketidakteraturan menstruasi terkadang bisa terjadi dengan kondisi ini.

Menstruasi dapat dimulai kapan saja sepanjang masa pubertas, tetapi usia rata-rata adalah 12 tahun. Diabetes tipe 1 seharusnya tidak memengaruhi usia saat seseorang mengalami menstruasi pertama. Namun, menurut laporan dalam jurnal Diabetes Care tahun 2013, ada beberapa laporan tentang periode pertama pada penderita diabetes tipe 1.

Meskipun demikian, selama orang tersebut tidak kekurangan berat badan dan mampu mengelola diabetes tipe 1 dengan baik, mereka tidak akan mengalami keterlambatan dalam memulai menstruasi.

Orang-orang dengan diabetes tipe 2 mengalami peningkatan risiko anovulasi (ketiadaan ovulasi). Ini terjadi ketika ovarium tidak melepaskan sel telur ke tuba falopi. Saat ini tejradi, seseorang tidak akan mengalami menstruasi.

Meski risiko anovulasi lebih tinggi pada penderita diabetes, tetapi tidak semua penderita diabetes akan mengalaminya.

Baca Juga: Orang yang Obesitas Berisiko Mengalami Diabetes, Ini Alasannya

Siklus menstruasi yang tidak teratur bisa meningkatkan risiko diabetes?

ilustrasi siklus menstruasi (freepik.com/freepik)

Mungkin ada hubungan antara siklus menstruasi yang tidak teratur dan risiko terkena diabetes tipe 2. Studi berskala besar dalam jurnal JAMA Network Open tahun 2020 melibatkan 75.546 perempuan, menyelidiki kemungkinan hubungan antara disfungsi siklus menstruasi dan perkembangan diabetes tipe 2.

Studi tersebut menemukan bahwa orang-orang yang mengalami siklus menstruasi yang panjang atau tidak teratur pada masa remaja dan dewasa lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2 daripada mereka yang mengalami siklus menstruasi yang teratur.

Menurut para peneliti, ketidakseimbangan hormon dapat memainkan peran penting dalam hubungan antara siklus menstruasi yang tidak teratur dan perkembangan diabetes tipe 2. Siklus menstruasi yang panjang dan tidak teratur merupakan indikator kuat dari peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Ini dapat memicu rangkaian kejadian yang pada akhirnya memperburuk resistansi insulin, kondisi saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah secara efektif.

Dalam penelitian ini, beberapa faktor risiko diabetes tipe 2 lainnya termasuk:

  • Mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Tidak aktif secara fisik.
  • Pola makan berkualitas rendah.

Kaitan antara glukosa, insulin, dan siklus menstruasi

ilustrasi diabetes (freepik.com/xb100)

Selama siklus menstruasi, perubahan hormon dapat memengaruhi kadar insulin dan glukosa darah. Setelah ovulasi, seseorang memasuki paruh kedua siklus menstruasi, yang disebut fase luteal dari siklus menstruasi. Fase ini ditandai dengan peningkatan hormon progesteron.

Peningkatan kadar progesteron dapat menyebabkan resistansi insulin sementara, yang oleh para ahli disebut sebagai resistensi insulin fase luteal.

Studi dalam jurnal Diabetes Care tahun 2013 yang melibatkan enam perempuan dengan diabetes tipe 1 menemukan bahwa kadar glukosa darah lebih tinggi selama fase luteal dari siklus menstruasi.

Selain itu, beberapa orang dengan diabetes tipe 1 mungkin mengalami kadar glukosa darah yang lebih rendah pada awal menstruasi. Mereka mungkin perlu mengubah asupan insulin. Kadar glukosa darah biasanya kembali normal setelah menstruasi selesai.

Baca Juga: Stigma Menstruasi, Ini Dampak Buruknya pada Perempuan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya