Penyebab Meninggalnya Glenn Fredly, Ini 8 Cara Mencegah Meningitis

Haemophilus influenzae tipe b (Hib) bisa menyebabkan berbagai infeksi, mulai dari bronkitis, infeksi telinga, infeksi aliran darah dan meningitis, jelas laman Centers for Disease Control and Prevention. Oleh karena itu, vaksin Hib direkomendasikan untuk mencegah meningitis dan bisa dimulai sejak usia 2 bulan.

Vaksin ini juga direkomendasikan untuk orang dewasa, apalagi bagi mereka yang memiliki AIDS, penyakit sel sabit hingga orang yang tak memiliki limpa, tutur laman Mayo Clinic. Setelah mendapat vaksin Hib, mungkin timbul beberapa efek samping seperti kemerahan, pembengkakan, pusing atau telinga berdering.

Selanjutnya, bisa memakai vaksin konjugat meningokokus untuk mencegah infeksi yang disebabkan bakteri meningokokus. Cara kerjanya, tubuh akan diberi dosis kecil bakteri atau protein dari bakteri agar tubuh bisa mengembangkan kekebalan pada penyakit, ungkap laman Everyday Health.

FYI, vaksin ini mengandung empat jenis bakteri meningokokus, yakni serogrup A, C, W, dan Y. Vaksin ini bisa diberikan mulai dari usia 2 bulan hingga 10 tahun, terutama untuk anak-anak yang berisiko tinggi terpapar bakteri meningitis. Namun, vaksin ini tak bisa mengobati infeksi meningokokus aktif yang sudah berkembang di tubuh.

Vaksin lain yang bisa digunakan adalah vaksin konjugat pneumokokus (PCV13). Vaksin ini diberikan secara berkelanjutan pada anak-anak berusia 2, 4, 6, 12 dan 15 bulan, terang laman Medline Plus. Tetapi, vaksin ini juga bisa diberikan pada orang berusia 2-64 tahun.

Apa reaksi yang timbul setelah mendapatkan vaksin ini? Kamu bisa kehilangan nafsu makan untuk sementara dan mengalami kemerahan di area kulit yang disuntikkan vaksin. 1 dari 3 orang mengalami demam ringan dan pembengkakan, sementara 1 dari 20 orang akan mengalami demam tinggi di atas 39°C. Tenang, kondisi ini hanya berlangsung sementara.

Agar terhindar dari bakteri pneumokokus yang menyebabkan meningitis, kamu perlu vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV23). Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan vaksin ini pada orang berusia 2-64 tahun dengan kondisi medis tertentu dan semua orang dewasa di atas usia 65 tahun.

Vaksin ini juga perlu diberikan pada orang berusia 19-65 tahun yang merupakan perokok aktif, karena mereka berisiko tinggi. Reaksi setelah menerima vaksin ini adalah timbul kemerahan di kulit, demam, lelah dan nyeri otot. Selain itu, beberapa orang melaporkan mengalami pusing, telinga berdering dan perubahan pada penglihatan.

Ciprofloxacin adalah antibiotik fluoroquinolone yang digunakan untuk melawan bakteri dalam tubuh. Umumnya, antibiotik ini dipakai untuk melawan infeksi bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan (sinus), infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran kemih hingga meningitis.

Menurut penelitian berjudul "Ciprofloxacin for the Prevention of Meningococcal Meningitis" yang dipublikasikan di Clinical Trial, ciprofloxacin yang diminum dalam dosis tunggal secara oral, bisa menghilangkan meningokokus nasofaring. Untuk orang di atas usia 12 tahun, dosis yang digunakan adalah tablet 500 mg, sementara untuk anak-anak 5-12 tahun memakai dosis 250 mg.

Vaksin polisakarida meningokokus (MPSV4) pertama disetujui di tahun 1978. Vaksin ini memiliki efektivitas sebesar 85-90 persen dalam mencegah penyakit meningokokus. MPSV4 direkomendasikan untuk anak-anak berusia 11-12 tahun dan diberikan lagi di usia 16-18 tahun, ujar laman Web MD.

Ada kalangan tertentu yang perlu mendapatkan vaksin MPSV4, yaitu orang yang memiliki limpa yang rusak atau dikeluarkan, ahli mikrobiologi yang berisiko tinggi terpapar bakteri meningokokus dan orang yang bermasalah dengan sistem kekebalan. Setelah mendapatkan vaksin ini, mungkin akan muncul reaksi seperti demam ringan atau kemerahan di kulit.

Kamu bisa menggunakan vaksin meningokokus B untuk melindungi dari penyakit meningokokus yang diakibatkan oleh serogroup B. Agar bisa memberi perlindungan terbaik, dosis vaksin bisa diberi lebih dari sekali. Vaksin ini direkomendasikan untuk orang berusia di atas 10 tahun atau mereka yang berisiko tinggi, ujar laman Centers for Disease Control and Prevention.

Vaksin ini juga bisa diberi ke orang-orang berusia 16-23 tahun untuk memberikan perlindungan jangka pendek pada penyakit meningokokus. Reaksi setelah mendapatkan vaksin ini adalah kemerahan, nyeri dan bengkak di kulit, hingga merasakan kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, demam dan diare.

Tahukah kamu, meningitis yang disebabkan oleh bakteri meningogoccus bisa menular dari tetesan air liur dari orang yang terinfeksi? Untuk mencegahnya, sering-seringlah mencuci tangan dengan air dan sabun. Mencuci tangan bisa mencegah penyebaran meningitis serta infeksi lainnya, jelas Boston Public Health Commission.

Cara lain untuk mencegah penularan adalah tidak berbagi makanan, minuman dan alat makan dengan orang yang terinfeksi meningitis. Sebab, tetesan air liur bisa menular dengan cepat lewat cara tersebut.

Selain itu, berikut beberapa hal yang perlu kamu perhatikan, untuk mencegah meningitis:

• Jangan berbagi minuman, makanan, sedotan, peralatan makan, lip balm atau sikat gigi dengan orang lain. Ajari anak-anak untuk menghindari berbagi barang-barang ini juga;
• Pertahankan sistem kekebalan tubuh kamu dengan cukup istirahat, berolahraga secara teratur, dan makan makanan sehat dengan banyak buah-buahan segar, sayuran dan biji-bijian;
• Ketika kamu perlu batuk atau bersin, pastikan untuk menutup mulut dan hidungmu, ajarkan ini juga pada orang-orang di sekitarmu;
• Jika kamu hamil, berhati-hatilah dengan asupan makananmu;
• Kurangi risiko listeriosis dengan memasak daging hingga setidaknya 165 F (74 C);
• Hindari keju yang terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi. Pilih keju yang diberi label jelas dibuat dengan susu pasteurisasi.

Nah, itulah 8 cara untuk mencegah meningitis dengan vaksin dan pola hidup sehat. Segera terapkan, yuk!