7 Cara Mengobati Hepatitis Berdasarkan Jenisnya

- Hepatitis A, B, C, D, E memiliki cara pengobatan yang berbeda.
- Pasien hepatitis A bisa pulih dengan perawatan sederhana di rumah dan tidak berubah menjadi penyakit kronis.
- Pengobatan hepatitis C bertujuan menyembuhkan infeksi virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut dengan terapi antivirus.
Hepatitis adalah penyakit akibat peradangan pada bagian hati. Pada umumnya, penyakit yang dikenal sebagai penyakit kuning ini terjadi karena tubuh terinfeksi virus hepatitis yang sangat menular. Virus bisa berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain melalui makanan, air, dan udara yang terkontaminasi.
Pada umumnya penyakit ini digolongkan menjadi lima jenis, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E. Kelima jenis tersebut sangat menular. Namun, ada pula dua jenis lain yang tidak disebabkan oleh virus, yaitu hepatitis alkoholik dan autoimun. Inilah cara mengobati hepatitis berdasarkan jenisnya yang bisa kamu lakukan.
Jenis-jenis hepatitis
Hepatitis A adalah jenis penyakit yang banyak menyerang. Walaupun begitu, virus hanya menyerang dalam jangka pendek dan akut. Hepatitis B, C, dan D memiliki gejala yang berlangsung lebih lama dan kronis. Sementara itu, hepatitis E mirip hepatitis A, tetapi lebih banyak menyerang ibu hamil.
Hepatitis alkoholik adalah peradangan hati karena seseorang terlalu banyak mengonsumsi alkohol, sedangkan hepatitis autoimun disebabkan karena sistem imun tubuh berbalik menyerang sel hati hingga terjadi peradangan.
Penanganan pasien hepatitis harus disesuaikan dengan jenis virus yang menginfeksi. Simak caranya berikut ini.
1. Hepatitis A
Sebagian besar orang yang terinfeksi hepatitis A bisa pulih hanya dengan perawatan sederhana di rumah. Kunci utamanya adalah banyak istirahat, makan makanan bergizi, dan menjaga asupan cairan agar tubuh tetap terhidrasi.
Pada kebanyakan kasus, gejala hepatitis A akan hilang dalam waktu kurang dari dua bulan. Biasanya, setelah melewati fase demam, mual, atau penyakit kuning, kondisi tubuh perlahan akan membaik dengan sendirinya. Namun, sekitar 10–15 persen orang bisa mengalami gejala yang datang dan pergi lagi (relaps) hingga enam bulan. Jadi, sebagian orang harus bersabar karena tubuh butuh waktu lebih lama untuk benar-benar bersih dari infeksi.
Kalau gejala cukup berat—misalnya dehidrasi parah atau komplikasi lain—pasien bisa saja dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat.
Kabar baiknya, berbeda dengan hepatitis B atau C, hepatitis A tidak berubah menjadi penyakit kronis. Artinya, begitu virus ini berhasil dilawan tubuh, risiko kerusakan hati jangka panjang pun bisa dihindari. Karena itulah vaksinasi, menjaga kebersihan, dan konsumsi air bersih tetap penting agar infeksi hepatitis A bisa dicegah sejak awal.
2. Hepatitis B

Cara menangani hepatitis B berbeda, tergantung apakah infeksinya akut (jangka pendek) atau sudah menjadi kronis (jangka panjang).
Untuk hepatitis B akut, biasanya dokter hanya akan memberikan perawatan suportif, artinya kamu cukup banyak beristirahat, makan bergizi, minum cukup air, dan kondisi hati akan dipantau secara rutin. Dalam banyak kasus, sistem kekebalan tubuh akan membersihkan virus ini dengan sendirinya tanpa obat khusus, sekitar 4–8 minggu. Lebih dari 9 dari 10 orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B sembuh total.
Untuk hepatitis B kronis, dokter bisa meresepkan obat antivirus untuk membantu menekan perkembangan virus dalam tubuh dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis B kronis bisa menjadi lebih rumit kalau pasien juga terinfeksi virus lain, seperti hepatitis C atau HIV. Pada kondisi ini, dokter akan menyesuaikan pengobatan agar tidak saling bertabrakan dan tetap aman.
3. Hepatitis C
Pengobatan hepatitis C bertujuan untuk menyembuhkan infeksi virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Terapi antivirus hepatitis C (terapi direct-acting antiviral/DAA) menjadi standar perawatan saat ini. Obat-obatan antivirus ini efektif dalam menghilangkan virus hepatitis C dari tubuh dalam jangka waktu yang relatif singkat. Durasi pengobatan tergantung pada faktor-faktor seperti jenis virus hepatitis C, tingkat kerusakan hati, dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Pasien dengan hepatitis C bisa berujung pada komplikasi berupa sirosis (penyakit jaringan parut pada hati) atau yang paling parah adalah kanker hati. Jika ini terjadi, pasien akan disarankan untuk transplantasi hati.
4. Hepatitis D
Hepatitis D bisa menjangkit seseorang yang sudah menderita hepatitis B terlebih dahulu. Sayangnya, hingga saat ini belum ada obat antivirus yang bisa menyembuhkannya.
Menurut penelitian yang dipublikasikan NCBI, hanya obat interferon-alpha yang menunjukkan efek terapi pada pasien hepatitis D. Meskipun begitu, penelitian tersebut mengatakan bahwa pengobatan itu hanya berhasil pada 25 hingga 30 persen pasien.
Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan menghilangkan virus hepatitis B pada pasien. Kasus terburuknya, pasien harus melakukan prosedur cangkok hati.
5. Hepatitis E

Pada kebanyakan orang, hepatitis E akan hilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar 4–6 minggu. Beberapa langkah sederhana bisa membantu meredakan gejalanya:
Banyak istirahat.
Makan makanan bergizi.
Minum air putih yang cukup agar tubuh tidak dehidrasi.
Hindari minuman beralkohol.
Konsultasikan dengan dokter sebelum minum obat apa pun yang bisa merusak hati, seperti parasetamol.
Khusus untuk ibu hamil, dokter biasanya akan memantau kondisi lebih ketat, bahkan bisa menyarankan rawat inap di rumah sakit. Kalau kondisinya cukup parah, dokter juga bisa memberikan obat untuk membantu melawan infeksi.
6. Hepatitis alkoholik
Tujuan utama pengobatan adalah mencegah kerusakan hati permanen dan membantu proses pemulihan supaya hati bisa kembali berfungsi normal.
Kalau kamu punya masalah dengan alkohol, kamu harus benar-benar berhenti minum alkohol. Kadang, kamu juga perlu mengubah pola makan.
Kalau jaringan hati sudah terlanjur rusak parah (fibrosis atau sirosis), kerusakannya memang permanen. Namun, kalau terdeteksi lebih awal, hati biasanya masih bisa memperbaiki sebagian kerusakan sehingga kamu tetap bisa menjalani hidup normal.
Beberapa orang perlu dirawat di rumah sakit, tetapi sebagian cukup rawat jalan.
Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk benar-benar menyembuhkan hepatitis akibat alkohol. Pengobatan fokus untuk meredakan gejala dan memberikan perawatan suportif. Kalau memang butuh, kamu juga akan dibantu ikut program berhenti minum alkohol. Dengan waktu dan komitmen untuk berhenti minum alkohol, hati punya peluang besar untuk pulih.
Karena orang dengan hepatitis akibat alkohol sering mengalami malnutrisi, dokter juga akan memberikan vitamin dan membantu mengatur asupan makanan agar nutrisi tercukupi.
7. Hepatitis autoimun
Kebanyakan pasien hepatitis autoimun butuh pengobatan. Ini disebut imunosupresan dan menggunakan kombinasi obat-obatan: kortikosteroid dan imunosupresan lainnya.
Imunosupresan mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh, mencegahnya menyerang hati dan mengurangi peradangan.
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki gejala dan hasil tes darah. Pengobatan ini juga akan mencegah atau mengurangi jaringan parut serta kerusakan dan kegagalan hati jangka panjang.
Kemungkinan besar obat digunakan selama setidaknya dua tahun. Bagi banyak orang, ini bisa seumur hidup. Pengobatan mungkin dapat dihentikan sepenuhnya, tetapi beberapa orang dapat sakit lagi (kambuh) dan membutuhkan perawatan lebih lanjut.
Penting untuk menyesuaikan cara mengobati hepatitis sesuai jenis yang dialami. Dengan begitu, pengobatannya akan lebih efektif.
Referensi
"Clinical Care of Hepatitis A." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Juli 2025.
"How do I get treated for hepatitis B?" Planned Parenthood. Diakses Juli 2025.
"Treatment for hepatitis B." WHO. Diakses Juli 2025.
"Hepatitis C." Kementerian Kesehatan RI. Diakses Juli 2025.
"What Is Hepatitis E?" WebMD. Diakses Juli 2025.
"Treatment for autoimmune hepatitis." British Liver Trust. Diakses Juli 2025.
"Alcoholic Hepatitis." Cedars-Sinai. Diakses Juli 2025.