ilustrasi seorang laki-laki melakukan shoulder rotation (unsplash.com/Tom Wheatley)
Efek penurunan tekanan darah dari peregangan ini memang sementara, tetapi bukan berarti tidak bermanfaat. Studi lain menunjukkan bahwa program peregangan selama delapan minggu bahkan bisa lebih efektif menurunkan tekanan darah dibanding jalan cepat, terutama pada orang dengan tekanan darah tinggi ringan.
Akan tetapi, para ahli sepakat bahwa peregangan tidak bisa menggantikan obat atau olahraga lain. Namun, jika dikombinasikan dengan pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, dan mampu mengelola stres dengan baik, hasilnya bisa lebih optimal.
Untuk yang jarang bergerak atau memiliki keterbatasan mobilitas, peregangan bisa jadi cara mudah untuk mulai aktif lagi. Cukup mulai dengan gerakan sederhana, napas teratur, dan durasi 10–15 detik setiap sesi.
Supaya peregangan yang dilakukan aman, mulailah dengan gerakan perlahan yang dipadukan dengan pernapasan terkontrol. Dalam sebuah studi, peserta melakukan angkat bahu (shoulder shrug), gerakan memutar bahu (shoulder rotation), dan peregangan punggung atas.
Pernapasan diafragma yang dalam dan lambat (bernapas dari perut, bukan dari dada) saat melakukan peregangan dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, menurunkan hormon stres kortisol, serta membantu pembuluh darah melebar sehingga aliran darah meningkat. Semua ini berkontribusi pada penurunan tekanan darah.
Gerakan sebaiknya terasa halus dan alami. Hindari gerakan yang mendadak atau dipaksakan, dan jaga postur tubuh agar terhindar dari cedera. Tetap terhidrasi juga dapat membantu mencegah rasa pusing.
Meski demikian, beberapa orang tidak disarankan untuk melakukan peregangan bahu dan punggung, misalnya orang-orang yang memiliki gangguan keseimbangan yang berat, keterbatasan kardiovaskular yang signifikan, dan cedera tulang belakang.
Jika merasa pusing atau tidak nyaman saat peregangan, sebaiknya segera berhenti dan mencari saran medis.
Beberapa gerakan atau posisi peregangan tertentu juga dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis, yang berisiko menimbulkan pusing atau pingsan.
Referensi
Jorge L. Reyes et al., “Stretch‐induced Blood Pressure Moderation: A Potential Basis for the Sense of Well‐being Accompanying Stretching of Upper Back and Neck Muscles,” Physiological Reports 13, no. 18 (September 1, 2025), https://doi.org/10.14814/phy2.70569.
Anjali Mangesh Joshi, Arkiath Veettil Raveendran, and Muruganathan Arumugam, “Therapeutic Role of Yoga in Hypertension,” World Journal of Methodology 14, no. 1 (March 7, 2024), https://doi.org/10.5662/wjm.v14.i1.90127.
Jongbum Ko et al., “Stretching Is Superior to Brisk Walking for Reducing Blood Pressure in People With High–Normal Blood Pressure or Stage I Hypertension,” Journal of Physical Activity and Health 18, no. 1 (December 18, 2020): 21–28, https://doi.org/10.1123/jpah.2020-0365.