Indonesia kirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina dari Landud Halim Perdanakusuma, Jakarta (4/11/2023) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Menurut laman WHO EMRO, sejak pertengahan Oktober 2023, lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan. Lebih dari separuh kasus tersebut terjadi pada anak balita, menjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan rata-rata 2.000 kasus setiap bulan pada anak balita sepanjang tahun 2021 dan 2022.
Sebanyak 8.944 kasus kudis dan kutu rambut, 1.005 kasus cacar air, 12.635 kasus ruam kulit dan 54.866 infeksi saluran pernapasan atas juga telah dilaporkan.
Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular makin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit. Hal ini diperburuk dengan cakupan sistem surveilans penyakit yang tidak lengkap, termasuk deteksi dini penyakit dan kapasitas responsnya.
Konektivitas internet dan fungsi sistem telepon yang terbatas makin membatasi kemampuan WHO untuk mendeteksi potensi wabah sejak dini dan merespons secara efektif.
Di fasilitas kesehatan, sistem air dan sanitasi yang rusak serta berkurangnya persediaan pembersih membuat upaya dasar pencegahan dan pengendalian infeksi hampir tidak mungkin dilakukan.
Di bawah ini adalah poin-poin yang harus kita pahami tentang kondisi di sana:
- Dari hampir 1,5 juta pengungsi, hampir 725.000 berada di 149 fasilitas United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA), 122.000 berlindung di rumah sakit, gereja, dan bangunan umum lainnya, sekitar 131.134 di 94 sekolah non-UNRWA dan sisanya dengan keluarga angkat.
- Ribuan orang terpaksa mencari keselamatan dan perlindungan di jalan-jalan dekat rumah sakit, kantor PBB dan tempat penampungan umum, sehingga memberikan tekanan pada fasilitas kesehatan yang sudah kewalahan.
- Sebelum meningkatnya peperangan, penyakit pernapasan merupakan penyebab kematian keenam yang paling umum di Jalur Gaza. Pada 2022, hampir 82.000 kasus COVID-19 dilaporkan di Jalur Gaza, mengakibatkan lebih dari 400 kematian.
- Ketika masyarakat menghadapi kekurangan pangan, kekurangan gizi, dan cuaca dingin yang akan datang, mereka akan makin rentan tertular penyakit. Hal ini khususnya mengkhawatirkan bagi lebih dari 50.000 perempuan hamil dan sekitar 337.000 anak di bawah usia 5 tahun yang saat ini berada di Gaza.
Perkembangan ini secara signifikan meningkatkan risiko infeksi akibat trauma, pembedahan, perawatan luka, dan persalinan. Individu dengan imunosupresi, seperti pasien kanker sangat berisiko mengalami komplikasi infeksi.
Kurangnya alat pelindung diri membuat petugas kesehatan dapat tertular dan menularkan infeksi saat memberikan perawatan kepada pasiennya. Pengelolaan limbah medis di rumah sakit juga sangat terganggu, sehingga makin meningkatkan paparan terhadap bahan berbahaya dan infeksi.
WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan yang mendesak dipercepat—termasuk bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis—ke dalam dan di seluruh Jalur Gaza.
Semua pihak yang berkonflik harus mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk layanan kesehatan.
WHO juga menyerukan pembebasan tanpa syarat bagi semua sandera dan gencatan senjata kemanusiaan untuk mencegah kematian dan penderitaan lebih lanjut.