Bayi Muntah setelah Minum ASI, Ini 7 Kemungkinan Penyebabnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kita tahu perjuangan perempuan saat lahir hingga melahirkan. Setelah bayi lahir pun, ini bisa jadi tantangan bagi para ibu, khususnya para ibu baru. Ada banyak hal yang bisa membuat orang tua mudah khawatir, salah satunya adalah bayi yang muntah setelah minum ASI.
Apa penyebab bayi muntah setelah menyusu? Apakah ini berbahaya dan perlu dikhawatirkan? Yuk, simak pembahasannya berikut ini.
1. Refluks
Perlu diketahui bahwa muntah adalah kondisi yang sering dialami pada bayi, khususnya saat usianya masih beberapa minggu. Ini karena sistem pencernaan bayi masih lemah. Nah, bayi yang muntah setelah diberikan ASI dikenal sebagai gumoh. Ini adalah kondisi normal selama bayi tidak rewel atau mengalami sesak napas. Walaupun bisa dicegah, tetapi gumoh tidak perlu penanganan khusus dan umum terjadi.
Melansir laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menurut data di Indonesia, angka kejadian gumoh selama 2 bulan pertama kehidupan bayi lebih tinggi dibanding negara lain. Menurut data ini, 25 persen bayi Indonesia mengalami gumoh >4 kali selama bulan pertama dan 50 persen bayi mengalami gumoh 1-4 kali per hari sampai usia 3 bulan.
Sekitar 30 persen ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh, yang mana kecemasan ini lebih berkaitan dengan frekuensi (66 persen) dibanding volume gumoh (9 persen). Selain kecemasan mengenai frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala yang menyertai gumoh seperti menangis atau rewel.
Melansir Verywell Family, sistem pencernaan bayi masih berkembang, sehingga terjadi lebih banyak gumoh dalam beberapa bulan pertama kehidupannya. Saat bayi menyusu, susu turun dari tenggorokan ke kerongkongan, lalu kemudian ke perut.
Kerongkongan terhubung ke perut oleh cincin otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter ini terbuka untuk membiarkan susu masuk ke dalam perut bayi, dan kemudian menutup kembali, tetapi "pintu" ini tidak bisa diandalkan seperti yang seharusnya sampai bayi berusia sekitar 6 bulan. Ini dapat menyebabkan aliran balik susu yang bisa tampak seperti muntahan alias gumoh.
2. Makan atau Minum Berlebihan
Menurut laporan dalam jurnal American Family Physician tahun 2015, makan terlalu banyak atau terlalu cepat menjadi penyebab bayi muntah setelah menyusui karena bayi memiliki perut yang kecil.
Bayi yang minum terlalu banyak ASI setiap kali menyusu mungkin akan kenyang — dan ASI ekstra yang tidak bisa ditahan perutnya akan dikeluarkan lewat mulutnya. Melansir Healthline, bayi usia 4 hingga 5 minggu hanya bisa menahan sekitar 3-4 ons dalam perutnya.
3. Menelan Banyak Udara Saat Menyusu
Beberapa bayi perlu serdawa setelah selesai menyusu karena mereka menelan banyak udara saat proses makan tersebut. Bila bayi menyusui dengan botol susu atau susu formula, bayi akan lebih banyak menelan udara, karena mereka biasanya menelan lebih cepat.
Terlalu banyak udara di perut bisa membuat bayi tidak nyaman atau kembung, lalu memicu muntah. Membuat bayi sendawa setelah memberinya susu formula bisa membantu mencegah bayi muntah.
Untuk membantu mencegah bayi menelan terlalu banyak udara dan muntah setelah pemberian susu formula, kamu disarankan untuk menggunakan botol kecil untuk memberi bayi susu. Pastikan juga lubang dot tidak terlalu besar dan jangan biarkan bayi terus menyusu saat botolnya sudah kosong.
4. Sensitif Terhadap Kandungan Tertentu atau Alergi
Masih berdasarkan laporan dalam American Family Physician tahun 2015, sensitivitas atau alergi terhadap beberapa jenis makanan atau minuman dalam pola makan sang ibu. Alergen bisa ditransfer lewat ASI dan menyebabkan bayi muntah.
Melansir Healthline, pada kasus yang jarang, penyebab bayi muntah mungkin adalah susu formulanya. Walaupun alergi terhadap susu sapi pada bayi adalah kasus yang jarang, tetapi ada data yang menunjukkan bahwa ini bisa dialami 7 persen bayi usia di bawah 1 tahun.
Sebagian besar anak akan sembuh dari alergi susu saat mereka berusia 5 tahun. Namun, alergi susu dapat menyebabkan muntah dan gejala lain pada bayi. Alergi susu sapi bisa membuat bayi muntah tepat setelah ia makan, atau bisa dialami beberapa jam atau (walaupun jarang) beberapa hari kemudian.
Bila bayi memiliki alergi terhadap susu atau lainnya, kemungkinan mereka akan menunjukkan gejala reaksi alergi seperti:
- Ruam kulit (eksim)
- Diare
- Batuk
- Gatal-gatal
- Sulit bernapas
- Mengi
5. Gastroenteritis
Walau muntah pada bayi umum tidak berbahaya, tetapi ada pula jenis muntah yang bisa jadi tanda bahaya yang butuh pertolongan medis secepat mungkin.
Editor’s picks
Melansir Harvard Health Publishing, muntah pada bayi bisa menjadi gejala gastroenteritis atau juga dikenal sebagai flu perut. Ini merupakan kondisi peradangan lambung dan usus yang menyebabkan diare, muntah, mual, dan gejala gangguan pencernaan lainnya.
Penyebab gastroenteritis yang paling umum pada anak adalah virus, bakteri (keracunan makanan), dan parasit usus.
Waspadai gejala muntah beberapa kali dalam waktu 24 jam. Selain itu, gejala gastroenteritis lainnya meliputi:
- Menangis
- Kram perut
- Perut keroncongan
- Perut kembung
- Diare atau fesesnya encer
- Demam ringan (atau tidak sama sekali)
6. Intoleransi Laktosa
Alergi susu dan intoleransi laktosa adalah hal yang berbeda. Intoleransi laktosa biasanya menyebabkan gejala pencernaan seperti diare. Kondisi tersebut juga bisa membuat bayi muntah sehabis menyusu, misalnya pada susu formula yang mengandung susu sapi.
Bayi juga bisa mengalami intoleransi laktosa untuk sementara waktu untuk sementara waktu setelah ia mengalami gastroenteritis, walaupun ini kondisi yang jarang.
Gejala lainnya meliputi:
- Diare dan feses encer
- Konstipasi
- Perut kembung
- Gas
- Sakit perut
- Perut keroncongan
Penting untuk diketahui bahwa intoleransi laktosa jarang terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun.
7. Keracunan Makanan
Melansir BabyCenter, jika makanan atau minuman bayi mengandung bakteri, tentu ini bisa membuatnya sakit perut. Ini bisa terjadi bila dot botol susu bayi tidak disterilkan dengan benar, atau ia meminum susu formula yang tidak dibuat sesuai dengan instruksi pada kemasan.
Bila bayi sudah mulai makan makanan padat atau makanan pendamping ASI (MPASI), yang mana usianya sudah 6 bulan ke atas, keracunan makanan bisa terjadi bila ia makan sesuatu yang terkontaminasi bakteri, seperti salmonela atau E. Coli.
Gejala keracunan makanan serupa dengan gejala infeksi virus, yang bisa berupa demam, mual dan muntah berkepanjangan, diare atau adanya darah dalam tinja, tubuh terlihat lemah, sakit kepala, dan sesak napas.
Gejala bisa muncul kapan saja antara beberapa jam hingga beberapa minggu setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Cara Mencegah Agar Bayi Tidak Muntah Setelah Minum ASI
Sebelum bayi berusia 1 tahun, gumoh adalah hal wajar dan memang sering terjadi pada bayi. Namun, kamu sebagai orang tua tak perlu khawatir, karena kondisi ini bisa dicegah. Bagaimana caranya?
- Membuat bayi serdawa setelah bayi menyusu untuk mengeluarkan udara dari perutnya
- Ciptakan kondisi yang tenang dan nyaman saat bayi menyusu
- Jangan langsung bermain dengan bayi, misalnya dengan menggendong dan mengayunkannya, setelah ia menyusu atau diberi makan
- Beri makan atau susui bayi lebih sering. Kondisi terlalu lapar membuat bayi menyusu atau makan lebih cepat dan ini membuat ia lebih banyak menelan udara
- Hindari memberi makan secara berlebihan
- Kurangi permainan aktif setelah makan atau minum susu
- Pastikan coba berbagai posisi yang menyusui bayi sampai menemukan posisi yang paling nyaman untuknya. Selain itu, setelah bayi selesai menyusu usahakan agar kepala bayi tetap tegak dan terangkat setidaknya selama 30 menit
Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?
Segera periksakan bayi ke dokter bila ia mengalami gejala berikut ini:
- Sering muntah
- Muntah dengan paksa
- Berat badannya tidak bertambah
- Timbul ruam kulit
- Bayi terlihat sangat mengantuk atau lemah
- Terdapat darah dalam muntahan bayi
- Terdapat cairan hijau dalam muntahan bayi
Muntah pada bayi juga bisa menyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, segera bawa bayi ke dokter bila melihat gejala ini:
- Mulut kering
- Menangis tanpa meneteskan air mata
- Tangisan lemah atau pelan
- Popoknya tidak basah selama 8 sampai 12 jam
Nah, itulah beberapa penjelasan tentang penyebab bayi muntah setelah minum ASI. Meskipun termasuk kondisi yang normal, khususnya pada bayi di bawah 1 tahun, kamu sebagai orang tua tetap harus waspada. Bila mengalami gejala-gejala di atas, jangan berpikir dua kali untuk membawa si Kecil ke dokter.