Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatan

Infeksi pada kantung air mata

Dakriosistitis atau dacryocystitis adalah infeksi pada kantung air mata. Kantung air mata atau disebut juga kantung lakrimal merupakan bagian dari sistem drainase mata yang berfungsi untuk menampung air mata yang akan diteruskan ke hidung.

Dalam prosesnya, saat kita berkedip, air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal menyebar ke permukaan mata dan membasahi mata. Air mata bekas ini kemudian akan mengalir ke saluran kecil (kanalikuli) menuju kantung air mata, dan diteruskan ke saluran nasolakrimal yang menghubungkan ke rongga hidung.

Jika kamu pernah bertanya-tanya, kenapa saat kita menangis air mata juga keluar dari hidung? Inilah jawabannya, karena semua air mata akan dialirkan ke hidung. Namun, dalam kondisi normal (air mata yang dihasilkan tidak sebanyak saat menangis), air mata yang masuk ke rongga hidung ini akan segera menguap atau diserap kembali sebelum kita menyadarinya, sehingga tidak keluar melalui hidung.

Lantas, apa yang terjadi ketika kantung air mata ini terinfeksi? Apakah akan memengaruhi kesehatan mata dan hidung? Simak terus fakta seputar dakriosistitis, termasuk gejala, penyebab, diagnosis, serta perawatannya.

1. Jenis

Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi bayi menangis (pixabay.com/TaniaVdB)

Berdasarkan jenisnya, infeksi kantung air mata atau dakriosistitis dibagi menjadi empat, yaitu akut, kronis, didapat (acquired), dan bawaan (kongenital). Semua jenis ini memiliki karakteristik yang berbeda. Kondisi akut dan kronis mengacu pada durasi gejala, sedangkan kondisi yang didapat atau bawaan lebih mengacu pada onset dan penyebab kondisi.

  • Akut: Dakriosistitis akut biasanya berlangsung kurang dari tiga bulan. Beberapa bakteri yang sering dikaitkan menyebabkan dakriosistitis jenisini adalah Staphylococcus, Streptococcus, Haemophilus influenza, dan Pseudomonas aeruginosa.
  • Kronis: Dakriosistitis kronis biasanya berlangsung lebih lama daripada dakriosistitis akut. Ini sering kali terjadi karena adanya penyakit sistemik, infeksi berulang, dakriolit, dan debris inflamasi kronis sistem nasolakrimalis.
  • Didapat: Dakriosistitis yang didapat adalah jenis yang terjadi akibat trauma berulang, operasi, obat-obatan, dan neoplasma.
  • Bawaan: Merupakan jenis dakriosistitis yang terjadi akibat obstruksi membran katup Hasner yang terletak di saluran nasolakrimalis. Saat masih di dalam rahim, saluran nasolakrimalis bayi diisi oleh cairan ketuban. Namun, ketika ini gagal dibersihkan saat lahir maka dapat menyebabkan dakriosistitis. Jenis ini lebih banyak ditemukan pada bayi baru lahir dan biasanya sembuh sebelum tahun pertama kehidupan.

2. Gejala

Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi mata merah (pexels.com/Kindel Media)

Gejala dakriosistitis umumnya ringan. Namun, pada beberapa kasus bisa menyebabkan kondisi yang parah. Orang dengan dakriosistitis akut biasanya mengalami gejala yang tiba-tiba dan disertai kondisi seperti berikut ini:

  • Nyeri.
  • Demam.
  • Kemerahan, yang bisa meluas ke batang hidung.
  • Pembengkakan.
  • Mata berair.
  • Nanah keputihan atau lendir di sudut mata.

Sementara itu, orang dengan dakriosistitis kronis biasanya menunjukkan gejala yang bertahap dan lebih ringan daripada dakriosistitis akut. Gejala dapat berupa rasa sakit atau ketidaknyamanan di sudut mata, robekan, dan keluarnya cairan yang berlebihan. Terkadang, dakriosistitis jenis ini juga bisa memengaruhi ketajaman visual karena produksi film air mata.

Baca Juga: Penyakit Mata karena Usia, Kenali 6 Fakta AMD Basah

3. Penyebab dan faktor risiko

Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi air mata (pexels.com/Kampus Production)

Penyumbatan pada saluran air mata atau saluran nasolakrimal adalah penyebab umum dakriosistitis. Penyumbatan ini menyebabkan air mata yang seharusnya dikeluarkan terperangkap dalam kantung air mata, dan membentuk 'kolam’ air mata.

Kondisi ini kemudian memicu pertumbuhan bakteri di dalam kolam air mata tersebut, menyebabkan infeksi pada kantung air mata. Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami dakriosistitis, yaitu:

  • Usia yang lebih tua, biasanya usia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis.
  • Perempuan, karena mereka memiliki diameter saluran air mata yang lebih sempit dibandingkan dengan laki-laki.
  • Dakriolit, yaitu kumpulan sel epitel, lipid, dan puing-puing amorf yang terlepas di dalam sistem nasolakrimal.
  • Kerusakan pada sistem nasolakrimal akibat trauma tertentu, misalnya cedera pada hidung atau mata.
  • Neoplasma.
  • Rinitis atau radang selaput lendir di hidung.
  • Penyakit sistemik, seperti granulomatosis Wegener, sarkoidosis, dan lupus.
  • Obat-obatan, seperti timolol, pilocarpine, idoxuridine, dan trifluridine.

4. Diagnosis

Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi pemeriksaan mata (pixabay.com/newarta)

Dokter spesialis mata akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis dakriosistitis. Ini mungkin termasuk memeriksa pembengkakan, kemerahan, atau menekan kantung air mata untuk mengetahui ada atau tidaknya nanah yang keluar.

Beberapa tes diagnostik yang mungkin diperlukan termasuk:

  • Pijat Crigler untuk dakriosistitis akut. Ini dilakukan untuk mengeluarkan nanah dan menguji bakteri penyebab infeksi pada sampel nanah tersebut.  
  • Pengujian serologis jika dicurigai adanya penyakit sistemik. Ini biasanya dilakukan pada kasus dakriosistitis kronis.
  • Tes mata yang meliputi pengukuran produksi air mata, fungsi kelopak mata, dan tes irigasi mata.
  • Pencitraan. Tes ini jarang diperlukan, kecuali dicurigai adanya selulitis orbital atau infeksi yang luas.

5. Perawatan dan risiko komplikasi

Dakriosistitis: Jenis, Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi pengobatan topikal (pexels.com/Ron Lach)

Perawatan dakriosistitis difokuskan pada penyebab yang mendasarinya. Setiap jenis dakriosistitis juga memerlukan perawatan yang berbeda. Beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan dapat meliputi:

  • Pengobatan rumahan: Misalnya dengan kompres hangat dan pijat Crigler untuk mengeluarkan nanah dari mata.
  • Pengobatan menggunakan antibiotik: Antibiotik bisa diberikan dalam bentuk baik oral, topikal, maupun intravena (untuk kasus yang parah) pada dakriosistitis akut.
  • Prosedur operasi: Misalnya probing nasolakrimalis, dakrioplasti balon, intubasi nasolakrimalis atau stenting, atau dakriosistorhinostomi. Perawatan ini biasanya disarankan untuk dakriosistitis kronis.

Meskipun jarang, dakriosistitis yang tidak mendapatkan perawatan dengan cepat dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Abses kantung lakrimal.
  • Meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang).
  • Sepsis, yaitu respon peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi.
  • Fistula lakrimal.
  • Cavernous sinus thrombosis.
  • Kehilangan penglihatan.

Secara umum, dakriosistitis memiliki prognosis yang baik. Namun, kondisi ini harus segera ditangani untuk mencegah infeksi makin menyebar. Kalau kamu menemukan beberapa tanda dakriosistitis, sebaiknya segera temui dokter agar mendapat penanganan yang tepat.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Infeksi Salmonella, Bakteri yang Ada dalam Makanan

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya