Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Adanya penglihatan berbintik mirip TV analog

Visual snow syndrome (VSS) atau sindrom salju visual adalah gangguan penglihatan di mana seluruh bidang pandang terlihat seperti titik-titik kecil yang tak terhitung jumlahnya. Ini adalah gangguan neurologis langka yang berbeda dengan penyakit mata pada umumnya.

Menurut studi, VSS kemungkinan lebih banyak ditemukan pada kelompok laki-laki muda, sedangkan banyaknya penderita penyakit ini masih belum diketahui secara pasti.

Untuk mewaspadai penyakit langka ini, berikut fakta VSS yang penting untuk diketahui, mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatannya.

1. Pene

Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi otak manusia (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Tidak diketahui pasti penyebab VSS. Namun, berdasarkan beberapa gejala utama yang ditimbulkan, menunjukkan bahwa VSS disebabkan oleh kerusakan otak, yang mana otak salah memproses informasi visual yang dikirimkan oleh mata.
 
Kerusakan ini diperkirakan terjadi pada korteks, tepatnya pada gyrus lingual, yaitu area yang menjadi elemen kunci dari fungsi fisiologis seperti memori visual, persepsi warna, dan identifikasi ekspresi wajah.

Berdasarkan keterangan dari National Organization for Rare Disorders, studi neuroimaging dengan [18F]-FDG PET memang telah mengonfirmasi temuan ini. Namun, masih diperlukan studi lebih lanjut terhadap jumlah pasien yang lebih besar untuk menguatkan hipotesis tersebut.

2. Gejala

Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi penglihatan pada visual snow syndrome (neurology.org)

Dilansir Verywell Health, seseorang dengan VSS dapat mengalami masalah penglihatan berupa titik-titik kecil yang terus-menerus, berkedip-kedip, "salju", atau "statis" di seluruh bidang penglihatan (mirip tampilan TV analog yang disetel dengan sinyal buruk). Titik-titik ini biasanya berwarna hitam dan putih, berwarna, atau bahkan transparan.
 
Tak hanya itu, orang dengan VSS juga bisa mengalami gejala visual tambahan seperti:

  • Palinopsia atau perpanjangan bayangan, di mana seseorang dapat melihat bayangan secara terus-menerus atau berulang, meski gambar yang sebenarnya telah dihilangkan.
  • Fotofobia, yaitu kepekaan terhadap cahaya.
  • Fenomena entoptik, yaitu efek visual yang berasal dari dalam mata itu sendiri.
  • Nyctalopia, yaitu gangguan penglihatan pada malam hari.

Selain gejala visual, orang dengan VSS juga bisa mengembangkan gejala nonvisual lain seperti migrain, vertigo, tinitus atau telinga berdenging, kelelahan, gemetar, gelisah, dan depresi.

Baca Juga: Floaters Mata: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan mata (pixabay.com/newarta)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan. Mulai dari wawancara seputar riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mata, dan pemeriksaan neurologis.

Jika seseorang secara konsisten mengalami gangguan penglihatan "salju" berupa titik-titik kecil pada seluruh bidang pandang yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan mengalami setidaknya dua gejala visual tambahan dari empat kategori yang sudah disebutkan sebelumnya, kemungkinan besar terdapat kondisi VSS.

Selain itu, orang dengan VSS biasanya juga menunjukkan hasil pemeriksaan oftalmologi yang normal serta tidak memiliki riwayat penyalahgunaan obat-obatan tertentu.

4. Beberapa gangguan yang sering membingungkan diagnosis visual snow syndrome

Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi sakit kepala (pexels.com/Marcus Aurelius)

VSS sering kali dikaitkan dengan beberapa gejala seperti migrain, tinitus, dan gangguan persepsi persisten halusinogen (HPPD). Kondisi-kondisi tersebut membuat VSS sering terlambat didiagnosis atau salah diagnosis, membuatnya sulit diidentifikasi.

Tinitus adalah kondisi yang ditandai dengan adanya persepsi atau sensasi suara meski tidak ada sumber eksternal yang menyebabkan suara tersebut. Keterkaitannya dengan VSS diduga karena keduanya merupakan bentuk disfungsi yang sama dalam pemrosesan sensorik, yaitu kesalahan otak dalam mengolah informasi.

Sementara itu, migrain terkait dengan VSS karena kebanyakan orang dengan VSS memiliki komorbid migrain dengan aura. Kedua kondisi ini juga sering kali bercampur sehingga membingungkan diagnosis.
 
VSS berbeda dengan migrain. Aura migrain biasanya memiliki awal, tengah, dan akhir, sedangkan pada VSS terjadi hampir terus-menerus.

HPPD juga dikaitkan dengan VSS karena keduanya memiliki gejala yang serupa, yaitu adanya gangguan visual dan penglihatan "salju" terus-menerus. Akan tetapi, HPPD berhubungan dengan konsumsi zat halusinogen yang bukan merupakan prasyarat untuk diagnosis sindrom salju visual.

5. Pengobatan

Visual Snow Syndrome: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

VSS merupakan kelainan yang diketahui dari laporan pasien tunggal atau laporan kasus, sehingga penentuan pengobatan yang efektif untuk sindrom ini masih belum diketahui.

Pada sebuah laporan kasus tahun 2015, diketahui bahwa obat lamictal (lamotrigin), yaitu obat antikejang, efektif mengatasi gejala. Sementara itu, pada laporan kasus tahun 2018 terhadap laki-laki usia 47 tahun setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor, obat amitriptyline (antidepresan trisiklik dosis rendah) berhasil mengobatinya.
 
Namun, perlu diingat bahwa ini adalah penelitian dalam jumlah yang sangat kecil. Studi lebih lanjut dengan jumlah pasien yang lebih banyak dibutuhkan untuk mengetahui perawatan terbaik.
 
Itulah sekilas informasi mengenai visual snow syndrome atau sindrom salju visual. Jika kamu mengalami gejala-gejala tersebut, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan lebih dini.

Baca Juga: 7 Penyebab Diplopia, Gangguan Penglihatan Ganda pada Mata

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya