Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan Nyawa

Pola hidup tidak sehat tingkatkan prevalensi diabetes dunia

Prevalensi penyakit diabetes mengalami peningkatan di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa peningkatan ini juga terjadi pada anak-anak.

Salah satu faktor yang mendorong peningkatan prevalensi tersebut adalah pola hidup, terutama pola makan yang tidak sehat. Karenanya, diagnosis dini diabetes menjadi penting untuk mendeteksi pradiabetes dan diabetes agar bisa segera mendapat perawatan.

1. Pentingnya diagnosis dini diabetes untuk mencegah komplikasi dan kematian

Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan NyawaSeluruh Narasumber acara Peringatan Hari Diabetes: Manfaatkan Layanan Diabetes (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Sehubungan dengan Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada tanggal 14 November 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan acara media briefing virtual bertajuk “Peringatan Hari Diabetes: Manfaatkan Layanan Diabetes” pada Sabtu (13/11/2021). Acara ini bertujuan untuk mengedukasi terkait pentingnya memanfaatkan layanan kesehatan guna mendapatkan diagnosis dini diabetes.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan bahwa jumlah pengidap diabetes di Indonesia sebenarnya jauh lebih banyak daripada data yang ada.

“Kita mengalami kendala dalam hal pencatatan, ya. Karena mungkin tidak semua pasien berobat, bahkan keburu meninggal sebelum sampai di layanan kesehatan. Oleh karena itu, tema kita kali ini adalah manfaatkan layanan diabetes yang disediakan pemerintah. Sebab, deteksi dini penyakit diabetes ini sangat penting untuk dapat menyelamatkan nyawa pengidap,” tegas dr. Piprim.

Pasien diabetes, khususnya diabetes melitus tipe 1 banyak yang baru datang ke dokter dalam kondisi yang sudah berat karena tidak terdeteksi dari awal. Dokter Piprim juga menyebut bahwa diabetes merupakan induk dari penyakit tidak menular (PTM), sebab bisa menyebabkan beragam komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, dan masih banyak lagi.

Tak hanya orang dewasa, diabetes juga dapat menyerang anak-anak. Maka dari itu, pastikan bahwa access to care pengidap diabetes terhadap insulin dan layanan kesehatan terkait diabetes lain mampu terjaga dan terpenuhi. Langkah awal yang baik tentunya dengan melakukan diagnosis dini.

“Jika anak banyak makan, banyak minum, berat badan turun. Hal yang pertama dilakukan adalah cek gula darah secepatnya,” terang Executive Director International Pediatric Association (IPA), President Asia Pacific Pediatric Association (APPA), serta anggota Dewan Penasihat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetics (ISPAD), Prof. Dr. dr. Aman Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPI (Hon.).

2. Tes untuk mendeteksi pradiabetes

Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan Nyawailustrasi cek gula darah (freepik.com/xb100)

Tidak hanya deteksi dini diabetes, deteksi pradiabetes juga sangat penting. Sebab, deteksi pradiabetes jauh sebelum diabetes terjadi dapat mencegah penyakit ini berkembang di kemudian hari. Dilansir Mayo Clinic, beberapa tes pradiabetes bisa termasuk:

  • Tes hemoglobin terglikasi (A1C)
  • Tes gula darah puasa (GDP)
  • Tes toleransi glukosa oral, untuk diagnosis diabetes selama kehamilan

“Dari seluruh pasien yang melakukan tes, yang mengalami TGT atau toleransi glukosa terganggu, alias sudah terdapat pradiabetes itu sebanyak 30,8 persen menurut Riskesdas 2018. Jadi, artinya dari 10 orang, ada 3 yang pradiabetes. Ini bila tidak dikelola dengan baik dia akan bisa menjadi diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari,” kata dr. Piprim.

Ingatlah bahwa diabetes merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan akan dialami seumur hidup jika sudah terkena. Jadi, pencegahan tentunya jauh lebih baik daripada harus mengalami dan mengelolanya seumur hidup kelak.

Baca Juga: 14 Tanda atau Gejala Diabetes pada Kulit, Cek Kulitmu Sekarang!

3. Perbaiki gaya hidup dengan pola makan yang sehat dan aktivitas fisik yang cukup

Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan Nyawailustrasi melakukan aktivitas fisik atau olahraga (freepik.com/jcomp)

Selama pandemik, banyak orang kurang gerak fisik. Banyaknya waktu di rumah juga meningkatkan aktivitas makan, khususnya yang mengandung indeks glikemik yang tinggi. Dokter Piprim mengatakan bahwa makanan seperti ini akan merangsang keluarnya insulin dalam jangka panjang. Hal ini dapat memicu resistansi insulin, sehingga mengakibatkan berkembangnya diabetes melitus tipe 2.

“Salah satu teori menyebutkan, terjadinya kenaikan (prevalensi diabetes) ini akibat dari lifestyle, dalam hal ini pola makan. Kita tahu bahwa di masa pandemik ini, kejadian obesitas dan juga diabetes dilaporkan meningkat,” tutur dr. Piprim.

Sebaiknya batasilah makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi dan karbohidrat simpleks. Sebab, gula tersembunyi yang terdapat dalam makanan tersebut akan berbahaya bagi kesehatan, terutama bila dikonsumsi terlalu sering atau terlalu banyak.

4. Prevalensi diabetes dunia dan Indonesia

Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan Nyawailustrasi presentase diabetes di dunia (ourworldindata.org)

Pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat tujuh di dunia untuk pengidap diabetes terbanyak. Kemudian, Indonesia ada di peringkat ketiga untuk orang yang alami toleransi gula terganggu (TGT). Sudah begitu, Indonesia ada di peringkat kelima dari 10 negara yang mengalami underdiagnosis diabetes. Peringkat tersebut diperkirakan tidak akan berubah hingga 2030 nanti.

“Tanpa insulin, anak-anak dengan diabetes tipe 1 akan meninggal dunia, sementara anak dengan diabetes tipe 2 akan mengalami banyak komplikasi. Beberapa anak meninggal karena diabetes telat terdiagnosis atau terjadi koma diabetes atau ketoasidosis,” ucap Prof. Aman.

Insulin memiliki peranan penting dalam pengendalian diabetes. Sayangnya, masih banyak negara yang memiliki akses insulin yang rendah serta tidak merata, termasuk Indonesia.

5. Tipe diabetes

Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan NyawaPenjelasan prevalensi diabetes pada anak oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, dr. Muhammad Faizi, SpA(K). (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), diabetes memiliki beberapa tipe yang terbagi menjadi:

  • Diabetes melitus tipe 1: tipe ini diduga terjadi karena reaksi autoimun yang menghentikan produksi insulin dalam tubuh. Sekitar 5 sampai 10 persen dari total pengidap diabetes mengalami diabetes tipe 1 ini. Gejala tipe ini sering berkembang dengan cepat dan umumnya tipe ini lebih banyak didiagnosis pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Pengidap diabetes tipe 1 memerlukan insulin setiap harinya. Hingga saat ini, diabetes tipe 1 belum bisa dicegah.

  • Diabetes melitus tipe 2: pada diabetes tipe ini, tubuh tidak bisa lagi menggunakan insulin dengan baik serta tidak mampu menjaga gula darah pada tingkat normal. Setidaknya 90 sampai 95 persen pengidap diabetes adalah tipe 2. Penyakit ini mungkin berkembang selama bertahun-tahun dan umumnya tipe 2 didiagnosis pada orang dewasa. Namun, saat ini diabetes tipe 2 makin banyak pula ditemukan pada anak-anak serta remaja. Gejalanya kadang tidak disadari dan tidak terlihat, sehingga sangat penting untuk melakukan tes gula darah bila kamu berisiko. Diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup sehat, seperti menurunkan berat badan, makan makanan sehat, dan aktif berolahraga.

  • Diabetes gestasional: diabetes ini berkembang pada ibu hamil yang tidak mengidap diabetes sebelumnya. Diabetes gestational akan menyebabkan bayi lebih berisiko mengalami masalah kesehatan. Diabetes gestasional biasanya hilang setelah bayi lahir, tetapi kondisi ini akan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari. Selain itu, bayi juga berpotensi lebih tinggi mengalami obesitas saat masa kanak-kanak dan remaja, serta lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari juga.

“Pada anak-anak, yang paling sering itu adalah diabetes tipe 1, yaitu kekurangan insulin dan diabetes tipe 2-nya sekitar 10 persen dari jumlah total pasien-pasien kita di Indonesia ini. Diabetes tipe 1 sering kali datang tanpa gejala, tau-tau sudah koma. Ini terjadi karena awareness kita yang memang kurang. Sedangkan diabetes tipe 2 gejalanya subtle atau kurang tampak, kurang disadari biasanya pada anak yang obesitas,” Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, dr. Muhammad Faizi, SpA(K) menjelaskan.

“Ada lima pilar untuk tata laksana diabetes melitus pada anak yang baik, yang pertama adalah pemberian insulin, kedua adalah pengaturan diet, ketiga adalah bagaimana mengatur aktivitasnya dan olahraga, keempat adalah monitoring kadar gula darah, dan yang kelima adalah edukasi seumur hidup,” dr. Faizi memaparkan.

Sekitar 60 sampai 70 persen anak-anak dengan diabetes pernah mengalami ketoasidosis diabetik (KAD) yang menyebabkan kadar gula yang tinggi, anak menjadi koma, sesak napas, dan ketonya tinggi. Tentunya, KAD ini berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini lebih mungkin terjadi ketika anak terlambat didiagnosis. Dengan demikian, diagnosis dini diabetes, terutama pada anak, menjadi lebih penting untuk dilakukan.

Baca Juga: Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetes

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya