Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetes

Lawan obesitas dengan pola hidup sehat mulai hari ini!

Apakah kamu mengalami kenaikan berat badan selama pandemik COVID-19? Ya, pada masa ini diperkirakan terjadi peningkatan konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, sehingga berimbas pada lonjakan berat badan dan obesitas pada sejumlah orang.

Bila tak terkendali, kondisi ini akan meningkatkan risiko pradiabetes hingga diabetes. Sudah begitu, lebih banyaknya aktivitas yang dilakukan di rumah cenderung membuat sebagian orang minim beraktivitas alias malas gerak.

1. Meningkatnya prevalensi kelebihan berat badan dan diabetes

Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko DiabetesPrevalensi penyakit tidak menular oleh Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional dan Hari Diabetes Sedunia 2021, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengadakan acara bertajuk “Beat Obesity Community Festival” yang dilaksanakan secara daring pada 4 November 2021.

Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia akan pentingnya mencermati konsumsi gula, garam, dan lemak serta pentingnya membaca label kemasan sebelum membeli dan mengonsumsi makanan.

Dalam acara tersebut, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, mengatakan bahwa baik prevalensi berat badan berlebih maupun prevalensi diabetes di tingkat nasional mengalami peningkatan dari 2013 ke 2018 berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Prevalensi tersebut juga diperkirakan meningkat setiap tahunnya selama masa pandemik COVID-19. Data global menyebut bahwa sekitar 800 juta penduduk di dunia mengalami obesitas. Sekitar 1 dari 3 orang dewasa dan 1 dari 5 anak mengalami obesitas.

Menurut Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen, sementara tingkat berat badan berlebih naik dari 11,5 persen (2013) menjadi 13,6 persen (2018).

Public Health England menunjukkan bahwa sekitar 90 persen orang dewasa dengan diabetes tipe 2 mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas.

Menurut World Obesity Federation, orang dengan obesitas memiliki risiko hingga dua kali lipat memiliki gejala lebih parah dan harus dirawat inap lebih lama bila terinfeksi COVID-19. Dengan demikian, obesitas dan diabetes memang saling memengaruhi.

2. Hubungan antara kelebihan berat badan dan obesitas dengan diabetes tipe 2

Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetesilustrasi diabetes (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Punya berat badan berlebih, apalagi sudah sampai tahap obesitas, akan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Salah satu masalah serius yang bisa diakibatkannya adalah diabetes tipe 2.

Perlu diingat kalau diabetes tidak bisa disembuhkan. Jadi, bila sampai terkena, ini merupakan kondisi seumur hidup. Karenanya, jauh lebih baik mencegah daripada mengobatinya, bukan?

Dilansir Obesity Action Coalition (OAC), orang yang termasuk dalam kategori kelebihan berat badan atau kegemukan hingga berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) berisiko tiga kali lipat mengembangkan diabetes tipe 2, dibanding orang-orang dengan berat badan normal.

Ini karena berat badan berlebihan mengakibatkan sel-sel dalam tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin yang dilepaskan dari pankreas, sehingga kemudian resistansi insulin terjadi.

Selain diabetes tipe 2, kegemukan atau obesitas bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, jenis kanker tertentu, sleep apnea, dan osteoartritis.

“Dari penelitian yang ada, penyebab dan faktor risiko dari penyakit tidak menular, termasuk diabetes melitus adalah tingginya konsumsi gula dan garam, merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas,” tutur dr. Elvieda.

Baca Juga: Overuse Syndrome: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

3. Cegah obesitas dengan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, melakukan pola hidup sehat, dan deteksi dini obesitas

Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetesilustrasi makanan tidak sehat (freepik.com/freepik)

Agar berat badan tetap di kisaran normal, pola hidup sehat perlu digalakkan sejak dini. Terkait pola makan, aturlah asupan gula, garam, dan lemak. Batasannya kurang lebih menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji adalah seperti ini:

  • Gula: 10 persen dari total energi (200 kkal) atau setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per orang per hari.
  • Garam: 2.000 mg natrium atau setara dengan 1 sendok teh (5 gram) per orang per hari.
  • Lemak: 20-25 persen dari total energi (702 kkal) atau setara dengan 5 sendok makan (67 gram) per orang per hari.

Selain itu, pastikan untuk minum air yang cukup setidaknya 8 gelas sehari dan jangan lupa untuk konsumsi buah dan sayur yang banyak sekiranya 50 persen dari isi piring makan.

“Ingat saja G4, G1, L5, terkait konsumsi gula, garam, dan lemak per hari. Perbanyak makan buah dan sayur supaya seratnya banyak, sehingga lemaknya juga bisa ternetralisir. Minum yang banyak juga. Kemudian, lakukan juga aktivitas fisik 30 menit sehari,” dr. Elvieda mengigatkan.

Dokter Elvieda juga menekankan pentingnya menerapkan CERDIK, yaitu cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres. Perilaku CERDIK ini mampu mencegah obesitas, diabetes, dan berbagai penyakit tidak menular lainnya.

4. Pentingnya membaca label kemasan untuk memeriksa informasi nilai gizi

Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko DiabetesPemaparan tentang pentingnya membaca label informasi nilai gizi oleh Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, BPOM RI, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP (IDNTimes/EnricoGaryHimawan)

Pola makan yang buruk dapat meningkatkan risiko beragam penyakit tidak menular, termasuk diabetes. Jadi, salah satu cara mengurangi faktor risikonya adalah dengan mempraktikkan pola hidup sehat sedini mungkin atau mulai sekarang.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pola makan yang bisa dilakukan adalah mengurangi asupan garam, gula bebas, dan gula tambahan, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, serta batasi asupan kalori dengan mengurangi porsi makan, terutama makanan yang tidak sehat.

“Masyarakat masih lebih fokus pada harga, label halal, dan tanggal kedaluwarsa dalam melihat produk makanan. Sementara untuk label gizi, mungkin masih perlu didorong lagi untuk membacanya,” jelas Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, BPOM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP. 

Membaca label gizi produk makanan penting supaya kita bisa mengonsumsi suatu produk sesuai dengan kebutuhan gizi. Selain itu, kita juga bisa mengetahui asupan gula, garam, lemak, serta berbagai kandungan lain yang dikonsumsi setiap harinya. Membaca informasi nilai gizi juga bisa membantu mengontrol berat badan, lo! Jadi, jangan malas untuk membacanya, ya!

5. Cara menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan ideal

Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetesilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Ada dua cara sederhana untuk menentukan obesitas, yakni mengukur lingkar perut dan menghitung IMT.

Lingkar perut laki-laki yang lebih dari 90 cm dan lingkar perut perempuan yang lebih dari 80 cm termasuk dalam kategori obesitas. Kemudian, IMT yang melebihi 27 kg/m2 dikategorikan sebagai obesitas.

Menurunkan berat badan memang sering kali tidak mudah dan hasilnya tidak bisa terlihat secara instan. Prosesnya bisa makan waktu berbulan-bulan, yang memang kita dituntut untuk sabar, disiplin, dan konsisten. 

Membiasakan pola hidup sehat bukan cuma dapat membantu menurunkan berat badan, tetapi juga mempertahankannya. Mengutip American Diabetes Association, sejumlah hal yang bisa dilakukan adalah:

  • Mengurangi asupan kalori dan lemak
  • Aktif secara fisik dengan rutin berolahraga hampir setiap hari dalam seminggu
  • Jangan melewatkan sarapan
  • Menimbang berat badan setidaknya sekali seminggu
  • Menonton TV kurang dari 10 jam per minggu

“Hidup itu harus menyenangkan, tetapi hidup menyenangkan tentunya harus ditunjang dengan badan yang sehat. Untuk itu, sempurnakan kesehatan kita dengan memperhatikan asupan makan yang juga sehat pastinya. Jangan lupa rajin periksa kondisi kesehatan supaya balik lagi, hidup akan tetap menyenangkan,” kata dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM yang juga hadir dalam acara tersebut menutup acara.

Mulai sekarang, buang jauh-jauh pikiran "gak apa-apa gemuk yang penting sehat" ya! Sebab, kelebihan berat badan bahkan sampai obesitas bukanlah kondisi wajar, justru buruk bagi kesehatan mengingat meningkatnya risikonya perkembangan berbagai penyakit berbahaya.

Baca Juga: Rentan Menyerang Anak, Waspadai Diabetes Melitus Tipe 1

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya