Ilustrasi ikan tuna (freepik.com/lifeforstock)
Beberapa kondisi dan aktivitas dapat berkontribusi terhadap tingginya kadar histamin. Mulai dari penyakit autoimun tertentu hingga makanan tertentu, dilansir Wyndly.
1. Alergi
Histamin dilepaskan sebagai respons terhadap alergen. Pada orang dengan alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat tidak berbahaya dan melepaskan lebih banyak histamin daripada yang diperlukan, yang akhirnya menyebabkan gejala seperti bersin, bengkak, mata berair, dan banyak lagi.
2. Defisiensi genetik dalam produksi enzim diamine oxidase (DAO)
Beberapa orang memiliki variasi genetik yang mengakibatkan berkurangnya produksi atau aktivitas DAO, sehingga mengganggu kemampuan mereka memecah histamin di saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan histamin di dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kemerahan, gatal-gatal, dan masalah pencernaan. Kondisi ini dikenal dengan intoleransi histamin atau histaminosis.
3. Mengonsumsi makanan tinggi histamin
Histamin ada secara alami di banyak makanan, terutama yang sudah tua, difermentasi, atau diawetkan. Jika dikonsumsi, histamin dapat diserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan gejala pada orang yang sensitif.
Makanan tinggi histamin termasuk keju tua, daging yang diawetkan, makanan fermentasi seperti kimci dan sauerkraut, dan jenis ikan tertentu (seperti tuna, makerel, dan sarden).
4. Obat-obatan tertentu
Beberapa obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dapat memblokir produksi DAO, yang bertanggung jawab untuk memecah histamin di usus. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan histamin dalam tubuh.
5. Peradangan kronis
Peradangan kronis juga dapat menyebabkan kadar histamin yang tinggi, karena tubuh dapat melepaskan histamin sebagai bagian dari respons imun. Hal ini dapat terjadi pada kondisi seperti penyakit autoimun, alergi, dan infeksi kronis.
6. Mast cell activation syndrome (MCAS)
MCAS adalah suatu kondisi medis yang melibatkan aktivasi sel mast yang tidak tepat, yaitu sel kekebalan yang berperan dalam pelepasan histamin. Ini dapat menyebabkan kadar histamin tinggi dan berbagai gejala, termasuk kemerahan, gatal, masalah pencernaan, dan kelelahan. Berbagai faktor, termasuk infeksi, stres, dan pemicu lingkungan dapat memicu MCAS.
7. Disbiosis usus
Mikrobioma usus memainkan peran penting dalam metabolisme histamin. Ketidakseimbangan mikrobioma usus dapat menyebabkan kadar histamin yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada kondisi seperti pertumbuhan bakteri usus kecil yang berlebihan dan penyakit radang (IBD).
8. Ketidakseimbangan hormon
Ketidakseimbangan hormon juga dapat berperan dalam metabolisme histamin. Estrogen meningkatkan aktivitas DAO sementara progesteron menurunkannya. Oleh karena itu, fluktuasi kadar hormon selama siklus menstruasi atau menopause dapat memengaruhi kadar histamin dan memicu gejala pada orang yang sensitif terhadap histamin.
9. Kondisi medis lainnya
Selain MCAS, disbiosis usus, dan ketidakseimbangan hormon, beberapa kondisi medis lain juga dapat berkontribusi dalam tingginya jumlah kadar histamin dalam tubuh. Ini dapat meliputi:
- Intoleransi histamin.
- Penyakit autoimun seperti artritis reumatoid, lupus, dan multiple sclerosis.
- Infeksi kronis seperti penyakit Lyme, infeksi virus seperti hepatitis dan HIV, serta infeksi bakteri seperti tuberkulosis.
- Kelainan pencernaan seperti penyakit seliak, penyakit Crohn, dan kolitis ulseratif.