Apa Itu Histamin? Zat Kimia yang Dibuat oleh Sistem Imun

Histamin mengatur banyak sekali fungsi tubuh

Histamin adalah bahan kimia yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Histamin bertindak layaknya petugas keamanan, yang membantu tubuh menyingkirkan sesuatu yang dianggap mengganggu, yang dalam hal ini adalah pemicu alergi (alergen).

Histamin memulai proses penghilangan alergen tersebut dari tubuh atau kulit. Mereka dapat membuat kita bersin, menangis, atau gatal. Ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.

Pada orang dengan alergi, beberapa pemicunya, seperti bulu hewan atau tungau, tampak tidak berbahaya. Namun, sistem imun melihatnya sebagai ancaman dan kemudian meresponsnya. Walaupun niatnya baik, tetapi reaksinya yang berlebihan menimbulkan gejala reaksi alergi.

Histamin adalah amina biogenik, yaitu senyawa yang dibuat di tubuh yang mencakup gugus amina. Amina biogenik lainnya termasuk tyramine, tryptamine, putrescine, cadaverine, spermine, dan spermidine.

Histamin ditemukan pada tahun 1910 oleh pemenang Hadiah Nobel Kedokteran tahun 1936, Sir Henry H. Dale. Namanya berasal dari kata Yunani "histos", yang berarti jaringan.

1. Di mana histamin disimpan dalam tubuh?

Diterangkan dalam laman Cleveland Clinic, tubuh terutama menyimpan histamin dalam sel mast (jenis sel darah putih yang terlibat dalam respons imun tubuh). Sel mast terdapat dalam jaringan ikat di seluruh tubuh, terutama di:

  • Bawah kulit.
  • Dekat pembuluh darah dan pembuluh limfe.
  • Dalam saraf.
  • Paru-paru dan usus.

Basofil adalah jenis sel darah putih lainnya.

2. Fungsi histamin

Apa Itu Histamin? Zat Kimia yang Dibuat oleh Sistem Imunilustrasi alergi (pexels.com/cottonbro studio)

Histamin mengatur banyak sekali fungsi tubuh dan berperan penting dalam respons peradangan tubuh. Efek histamin bergantung pada reseptor histamin mana yang diikatnya. Para peneliti telah mengidentifikasi empat jenis reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4.

1. Reseptor H1

Kita memiliki reseptor H1 di seluruh tubuh, termasuk di neuron (sel otak), sel otot polos saluran udara dan pembuluh darah. Aktivasi reseptor H1 menyebabkan gejala alergi dan anafilaksis. Akibatnya:

  • Kulit gatal (pruritus).
  • Pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi).
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Peningkatan denyut jantung (takikardia).
  • Sensasi subjektif kehangatan yang disertai kemerahan pada kulit (flushing).
  • Penyempitan saluran udara (bronkokonstriksi).
  • Nyeri.
  • Pergerakan cairan melalui dinding pembuluh darah (permeabilitas pembuluh darah).

Beberapa perubahan tubuh ini mengakibatkan bersin, hidung tersumbat, dan pilek (rinorea).

Selain itu, reseptor H1 juga membantu mengatur:

  • Siklus tidur-bangun.
  • Asupan makanan.
  • Suhu tubuh.
  • Emosi.
  • Daya ingat.
  • Proses belajar.

2. Reseptor H2

Kita punya reseptor H2 terutama di sel-sel di perut yang melepaskan asam, sel otot polos, dan sel jantung.

Aktivasi reseptor H2 menyebabkan:

  • Sekresi asam lambung, yang membantu pencernaan.
  • Stimulasi kelenjar lendir di saluran udara.
  • Permeabilitas pembuluh darah.
  • Hipotensi.
  • Sensasi subjektif kehangatan yang disertai kemerahan pada kulit .
  • Sakit kepala.
  • Takikardia.
  • Bronkokonstriksi.

3. Reseptor H3

Reseptor H3 terutama terlibat dalam fungsi sawar darah-otak. Mereka ada di neuron di sistem saraf pusat. Reseptor H3 mengatur pelepasan histamin dan neurotransmiter seperti dopamin, norepinefrin, dan asetilkolin.

Para peneliti saat ini sedang mempelajari obat antagonis reseptor H3 untuk potensi penggunaan dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif.

4. Reseptor H4

Reseptor H4 ada di sumsum tulang dan sel hematopoietik (sel belum matang yang dapat berkembang menjadi semua jenis sel darah). Mereka berperan dalam pembentukan sel darah tertentu dan memainkan peran penting dalam gangguan inflamasi dan penyakit autoimun.

Baca Juga: Kadar Histamin Tinggi Bisa Sebabkan Intoleransi, Apa Itu?

3. Kondisi yang menyebabkan masalah histamin

Histamin berperan penting dalam beberapa kondisi alergi, termasuk:

  • Dermatitis atopik (eksem).
  • Dermatitis kontak, terjadi karena kontak dengan bahan-bahan seperti tanaman ivy, pewangi, logam (seperti nikel), dan bahan pengawet.
  • Rinitis alergi, terjadi akibat serbuk sari, bulu hewan peliharaan, tungau debu, jamur, dan kecoak.
  • Asma alergi. Alergen yang sama yang memicu rinitis alergi juga dapat memicu asma alergi.
  • Konjungtivitis alergi, terjadi ketika konjungtiva mata bengkak atau meradang karena alergen.

4. Penyebab tingginya kadar histamin dalam tubuh

Apa Itu Histamin? Zat Kimia yang Dibuat oleh Sistem ImunIlustrasi ikan tuna (freepik.com/lifeforstock)

Beberapa kondisi dan aktivitas dapat berkontribusi terhadap tingginya kadar histamin. Mulai dari penyakit autoimun tertentu hingga makanan tertentu, dilansir Wyndly.

1. Alergi

Histamin dilepaskan sebagai respons terhadap alergen. Pada orang dengan alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat tidak berbahaya dan melepaskan lebih banyak histamin daripada yang diperlukan, yang akhirnya menyebabkan gejala seperti bersin, bengkak, mata berair, dan banyak lagi.

2. Defisiensi genetik dalam produksi enzim diamine oxidase (DAO)

Beberapa orang memiliki variasi genetik yang mengakibatkan berkurangnya produksi atau aktivitas DAO, sehingga mengganggu kemampuan mereka memecah histamin di saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan histamin di dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kemerahan, gatal-gatal, dan masalah pencernaan. Kondisi ini dikenal dengan intoleransi histamin atau histaminosis.

3. Mengonsumsi makanan tinggi histamin

Histamin ada secara alami di banyak makanan, terutama yang sudah tua, difermentasi, atau diawetkan. Jika dikonsumsi, histamin dapat diserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan gejala pada orang yang sensitif.

Makanan tinggi histamin termasuk keju tua, daging yang diawetkan, makanan fermentasi seperti kimci dan sauerkraut, dan jenis ikan tertentu (seperti tuna, makerel, dan sarden).

4. Obat-obatan tertentu

Beberapa obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dapat memblokir produksi DAO, yang bertanggung jawab untuk memecah histamin di usus. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan histamin dalam tubuh.

5. Peradangan kronis

Peradangan kronis juga dapat menyebabkan kadar histamin yang tinggi, karena tubuh dapat melepaskan histamin sebagai bagian dari respons imun. Hal ini dapat terjadi pada kondisi seperti penyakit autoimun, alergi, dan infeksi kronis.

6. Mast cell activation syndrome (MCAS)

MCAS adalah suatu kondisi medis yang melibatkan aktivasi sel mast yang tidak tepat, yaitu sel kekebalan yang berperan dalam pelepasan histamin. Ini dapat menyebabkan kadar histamin tinggi dan berbagai gejala, termasuk kemerahan, gatal, masalah pencernaan, dan kelelahan. Berbagai faktor, termasuk infeksi, stres, dan pemicu lingkungan dapat memicu MCAS.

7. Disbiosis usus

Mikrobioma usus memainkan peran penting dalam metabolisme histamin. Ketidakseimbangan mikrobioma usus dapat menyebabkan kadar histamin yang tinggi. Hal ini dapat terjadi pada kondisi seperti pertumbuhan bakteri usus kecil yang berlebihan dan penyakit radang (IBD).

8. Ketidakseimbangan hormon

Ketidakseimbangan hormon juga dapat berperan dalam metabolisme histamin. Estrogen meningkatkan aktivitas DAO sementara progesteron menurunkannya. Oleh karena itu, fluktuasi kadar hormon selama siklus menstruasi atau menopause dapat memengaruhi kadar histamin dan memicu gejala pada orang yang sensitif terhadap histamin.

9. Kondisi medis lainnya

Selain MCAS, disbiosis usus, dan ketidakseimbangan hormon, beberapa kondisi medis lain juga dapat berkontribusi dalam tingginya jumlah kadar histamin dalam tubuh. Ini dapat meliputi:

  • Intoleransi histamin.
  • Penyakit autoimun seperti artritis reumatoid, lupus, dan multiple sclerosis.
  • Infeksi kronis seperti penyakit Lyme, infeksi virus seperti hepatitis dan HIV, serta infeksi bakteri seperti tuberkulosis.
  • Kelainan pencernaan seperti penyakit seliak, penyakit Crohn, dan kolitis ulseratif.

5. Cara menghilangkan histamin dari tubuh

Dokter dapat merekomendasikan atau meresepkan obat-obatan untuk membantu mengatur kadar histamin dalam tubuh:

  • Antihistamin H1: Golongan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala alergi. Cara kerjanya adalah dengan memblokir reseptor H1. Tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet, cairan, krim, dan tetes mata.
  • Antihistamin H2: Membantu mengatasi beberapa kondisi pencernaan, termasuk penyakit tukak lambung, penyakit refluks gastroesofagus (GERD), dan dispepsia. Cara kerjanya adalah dengan memblokir reseptor H2, yang memicu pelepasan asam lambung.
  • Kortikosteroid: Membantu mengatasi efek inflamasi histamin dan alergi. Banyak inhaler yang membantu mengobati dan mencegah asma.
  • Suntikan epinefrin: Mengobati reaksi alergi parah (anafilaksis) atau serangan asma mendadak. Epinefrin membuka saluran udara dan meningkatkan tekanan darah.
  • Suplemen tertentu: Penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin C, tembaga dan/atau vitamin B6 dapat membantu menurunkan kadar histamin. Bicarakan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun.

Walaupun perannya penting dalam mengatur berbagai fungsi normal tubuh kita, tetapi histamin juga bisa menjadi mimpi buruk saat tubuh bereaksi terhadap alergen yang tidak berbahaya. Apabila alergi memengaruhi kehidupan sehari-hari, temui dokter. Dokter dapat melakukan tes untuk mengetahui alergi kamu dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Baca Juga: Awas! 15 Hal Ini Bisa Bikin Rinitis Alergi Memburuk

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya