5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemi

Pemberiannya ke pasien COVID-19 harus didasari indikasi kuat

Dari laporan kasus pertama hingga kini, belum ada obat definitif untuk infeksi COVID-19. Seluruh penelitian di dunia yang berhubungan dengan virus corona strain SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 masih terus dilakukan, termasuk obat COVID-19.

Maka dari itu, pencegahan masih menjadi kunci utama untuk mengatasi penularan COVID-19 serta segera mendapatkan vaksinasi.

Azithromycin atau azitromisin adalah salah satu obat yang sering disebut-sebut selama pandemi, dan cukup banyak diberikan ke pasien COVID-19. Bahkan, tak sedikit oknum yang menimbun obat ini, entah untuk jaga-jaga untuk dipakai bila terpapar COVID-19 atau dijual kembali dengan harga selangit.

Apa benar azitromisin bisa menyembuhkan pasien COVID-19? Sebetulnya apa fungsi obat ini? Apa saja efek sampingnya? Berikut ini beberapa fakta seputar azitromisin yang penting untuk kamu ketahui.

1. Azitromisin adalah obat golongan antibiotik

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi obat azithromycin atau azitromisin (acc.org)

Berdasarkan panduan Monthly Inndex of Medical Specialities, azitromisin adalah obat antibiotik golongan makrolida. Obat ini bekerja dengan cara  menghambat sintesis protein bakteri yang tergantung pada RNA, dengan mengikat subunit ribosom 50S, sehingga mencegah translokasi rantai peptida.

Azitromisin cepat diserap dari saluran pernapasan setelah diminum dan memerlukan waktu sekitar 2-3 jam untuk mulai bekerja dalam tubuh. Meskipun tergolong cepat diserap, tetapi meminum obat ini bersama dengan makanan dapat menurunkan penyerapannya. Obat ini baru tereliminasi tubuh sekitar 68-72 jam setelah diminum.

2. Apa kegunaan azitromisin?

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi obat azitromisin atau azithromycin (settlementhelpers.com)

Sesuai dengan jenis obat ini, yaitu antibiotik, azitromisin efektif dalam menyembuhkan bakteri. Berdasarkan buku Farmakologi dan Terapi, azitromisin kerap digunakan untuk menangani pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP), serta radang uretra (uretritis) non-spesifik.

Selain itu, obat ini juga bisa diberikan untuk beberapa penyakit infeksi akibat bakteri, seperti radang panggul atau pelvic inflammatory disease, konjungtivitis akibat bakteri, penyakit menular seksual, otititis media akut, sinusitis akut akibat bakteri, dan infeksi saluran pernapasan atas.

Jadi, perlu digarisbawahi kalau azitromisin tidak bisa menyembuhkan penyakit akibat virus, karena obat ini bekerja untuk melawan bakteri!

Baca Juga: Pasien COVID-19 Meninggal akibat Interaksi Obat? Ini Kata Ahli!

3. Apa saja efek sampingnya?

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi nyeri perut bagian bawah (pexels.com/Sora Shimazaki)

Meskipun memiliki banyak manfaat dan tergolong aman bila digunakan sesuai dengan anjuran dokter, tetapi tetap saja setiap obat memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Tak terkecuali azitromisin.

Dilansir WebMD, beberapa efek samping antibiotik azitromisin yang paling sering muncul adalah gangguan pencernaan, mulai dari sakit perut, diare, mual, hingga muntah. Selain itu, beberapa pasien juga bisa mengalami efek samping lainnya seperti:

  • Gangguan pendengaran (seperti pendengaran berkurang atau tuli)
  • Gangguan penglihatan (seperti kelopak mata sulit terangkat atau penglihatan kabur)
  • Kesulitan berbicara atau menelan
  • Kelemahan otot,
  • Gangguan hati (seperti kelelahan yang tidak biasa, mual atau muntah terus-menerus, nyeri perut, mata atau kulit menguning, serta urine berwarna gelap)

Bila selama menjalani pengobatan dengan azitromisin kamu merasakan satu atau beberapa efek samping di atas, jangan berpikir dua kali untuk konsultasi ke dokter yang meresepkan obat tersebut, ya!

4. Penggunaan azitromisin harus dengan pengawasan dokter!

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Karena tergolong obat keras, azitromisin harus diminum sesuai anjuran dan pengawasan dokter. Ini semata-mata untuk mencegah terjadinya efek samping berbahaya.

Selain itu, azitromisin baru diberikan setelah dokter mempertimbangkan indikasi dari penyakit yang diderita dan kontraindikasi pasien. Azitromisin yang merupakan antibiotik juga harus diminum hingga habis agar infeksi bakteri dapat tertangani secara tuntas.

Satu hal berbahaya yang bisa dicegah dengan penggunaan azitromisin secara bijak adalah resistansi antibiotik. Berdasarkan laporan dalam Best Practice Journal, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi (misalnya diberikan untuk infeksi virus) dan minum antibiotik dengan dosis atau durasi yang tidak tepat dapat menimbulkan resistansi antibiotik.

Mengingat azitromisin termasuk antibiotik dengan kinerja kuat, resistansi azitromisin dapat mengancam kesehatan karena akan menyulitkan pengobatan di kemudian hari.

5. Kenapa azitromisin sering digunakan untuk pasien COVID-19?

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi pengobatan untuk COVID-19 (infectiousdiseaseadvisor.com)

Awalnya, azitromisin digunakan untuk mencegah infeksi berat akibat bakteri pada studi klinis awal yang mengevaluasi efek antivirus hidroksiklorokuin pada pasien COVID-19. Setelah studi tersebut selesai dan diterbitkan, disimpulkan bahwa kombinasi hidroksiklorokuin dan azitromisin dapat menekan jumlah virus.

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Frontiers in Immunology, azitromisin dilaporkan memiliki efek imunomodulator atau memperkuat imun dan terlihat memiliki efek antivirus serta potensi manfaat bagi pasien COVID-19. Azitromisin mampu menghambat produksi sitokin pro-inflamasi, penghambatan masuknya sel darah putih, induksi fungsi regulasi makrofag, dan perubahan mekanisme autofagi. 

Efek penekanan imun tubuh oleh azitromisin juga dikatakan berdampak pada eliminasi virus pada awal infeksi. Meski demikian, pemberian obat ini untuk pasien COVID-19 harus diberikan secara hati-hati dan perlu pemantauan dokter secara ketat untuk mencegah gangguan jantung dan elektrolit.

5 Fakta Azithromycin, Obat yang Sering Disebut-sebut Saat Pandemiilustrasi petugas medis melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) di instalasi khusus. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun

Berdasarkan rekomendasi revisi protokol tata laksana COVID-19 yang disusun oleh lima organisasi profesi, yaitu Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dikeluarkan pada 14 Juli 2021 lalu, disebutkan kalau obat oseltamivir dan azitromisin tidak lagi diberikan untuk pasien COVID-19, kecuali indikasi tertentu berdasarkan penilaian dokter.

Dalam tata laksana tersebut, disebutkan bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan pemberian antibiotik pada kasus COVID-19 yang berat dan tidak menganjurkan pemberian antibiotik rutin pada kasus COVID-19 yang ringan.

Dokter harus sangat hati-hati dalam memberikan antibiotik karena dapat menyebabkan resistansi antibiotik yang bisa sangat berbahaya, kecuali memang ada indikasi tertentu berdasarkan penilaian dokter.

Berdasarkan studi berjudul "Azithromycin versus standard care in patients with mild-to-moderate COVID-19 (ATOMIC2): an open-label, randomised trial" dalam jurnal The Lancet Respiratory Medicine yang terbit pada 9 Juli 2020 lalu, pada pasien COVID-19 dengan derajat ringan hingga sedang yang tidak dirawat di rumah sakit, pemberian azitromisin tidak menurunkan risiko pasien dirawat di rumah sakit dan kematian, alias tidak terbukti bermanfaat.

Selain itu, menurut laporan bertajuk "Azithromycin in patients admitted to hospital with COVID-19 (RECOVERY): a randomised, controlled, open-label, platform trial" dalam jurnal The Lancet yang dipublikasikan pada Februari 2021 lalu, dilakukan penelitian yang melibatkan 7.763 pasien COVID-19.

Di situ disebut bahwa pada pasien yang dirawat di rumah sakit, pemberian azitromisin tidak terbukti dapat menurunkan risiko kematian, mengurangi lama rawat inap, dan mengurangi risiko pemakaian ventilasi mekanik. Maka dari itu, pemberian antibiotik ini harus dibatasi kecuali memang ada indikasi kuat.

Itulah fakta seputar antibiotik azitromisin atau azithromycin, mulai dari pengertian, kegunaan, potensi efek samping, hingga penggunaannya terhadap pasien COVID-19. Yuk, jadi masyarakat yang cerdas dengan menggunakan antibiotik (dan obat-obatan) lainnya dengan bijak, jangan asal minum. Selalu konsultasi ke dokter dan konsumsi obat sesuai anjuran. Yang tak kalah penting, jangan lupa untuk saling mengingatkan dan menangkal informasi palsu atau meragukan seputar azitromisin atau obat lainnya.

Baca Juga: Obat Cacing Ivermectin untuk COVID-19, Efektif Sembuhkan Pasien?

Indira swastika utama Photo Verified Writer Indira swastika utama

An ISTJ-T. A medical student who love write :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya