Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Radang sendi akibat kondisi autoimun

Nyeri sendi adalah salah satu penyebab utama terganggunya aktivitas sehari-hari. Meskipun sama-sama terjadi di sendi, tetapi terdapat berbagai jenis penyakit yang menyebabkan nyeri sendi. Salah satunya adalah rheumatoid arthritis (RA) atau artritis reumatoid.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah penderita RA di Indonesia mencapai 7,30 persen. Namun, sayangnya masih banyak orang yang menganggap RA sebagai radang sendi biasa, sehingga terlambat didiagnosis dan mendapat pengobatan.

Padahal, semakin cepat RA diketahui, maka keberhasilan pengobatannya pun makin baik. Nah, ingin tahu lebih banyak seputar kondisi ini? Simak baik-baik penjelasan di bawah ini, terutama bila kamu sering mengalami nyeri sendi.

1. Apa itu rheumatoid arthritis?

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi rheumatoid arthritis (freepik.com/brgfx)

Berdasarkan buku Pathophysiology of Disease, RA merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang ditandai peradangan simetris yang bertahan lama pada banyak sendi.

RA termasuk penyakit autoimun sistemik akibat aktivasi abnormal sel-sel imun yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Meskipun kebanyakan aktivitas peradangan RA terjadi pada sendi sinovial, jaringan lain seperti kulit, mata, paru-paru, jantung, ginjal, kelenjar ludah, saraf, sumsum tulang, hingga pembuluh darah juga bisa terdampak.

2. Penyebab

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi artritis reumatoid (freepik.com/doucefleur)

Menurut buku Textbook of Rheumatology, meskipun penyebab RA tidak diketahui pasti, tetapi interaksi kompleks genetik dan faktor lingkungan berkontribusi pada kerentanan penyakit.

Beberapa gen terlibat dalam kerentanan dan keparahan RA, seperti gen MHC kelas II, HLA-DR4, PTPN22, dan gen-gen lain yang meregulasi imun tubuh. Sementara itu, stres lingkungan seperti asap rokok, zat-zat iritan di udara, obesitas turut memicu onset klinis RA.

Interaksi genetik dengan faktor lingkungan selanjutnya menimbulkan perubahan protein  dan diikuti aktivasi sistem imun adaptif di organ limfoid. Sel B memproduksi antibodi IgG rheumatoid factor dan anti-citrullinated protein antibodies (ACPA) dan meningkatkan inflamasi di sekitar sendi sinovial.

Selain itu, modifikasi protein ini menyebabkan aktivasi berulang sistem imun alami,  sehingga terjadi peradangan kronis di sendi, ditandai dengan pembengkakan dan kemerahan di sekitar sendi.

Baca Juga: Myasthenia Gravis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Faktor risiko

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan PengobatanPerempuan lebih rentan terserang rheumatoid arthritis. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut keterangan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), beberapa kondisi di bawah ini berpotensi lebih besar mengalami RA, antara lain:

  • Usia lansia. Meskipun RA dapat muncul di berbagai kelompok usia, tetapi kebanyakan pasien RA berusia di atas 60 tahun.
  • Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan terserang RA karena adanya hormon estrogen meningkatkan produksi metalloproteinase, menyebabkan kerusakan kolagen dan jaringan tulang rawan sendi.
  • Genetik. Seseorang yang memiliki riwayat RA dalam keluarga berisiko lebih tinggi mengalaminya dibandingkan orang tanpa riwayat kondisi radang sendi tersebut.
  • Merokok. Perokok memiliki peningkatan risiko terjangkit RA hingga 40 kali lipat. Kemungkinan ini terkait dengan peningkatan protein citrulin yang diakibatkan stres lingkungan oleh asap rokok.
  • Obesitas. Peningkatan hormon-hormon seperti lepton, adipokin, dan vistatin menyebabkan peningkatan sitokin penyebab radang seperti TNF, IL-6, dan lain-lain, yang dapat menimbulkan reaksi imun berlebih sehingga memicu onset RA.

4. Gejala

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala pada rheumatoid arthritis (coreem.net)

Gejala-gejala yang timbul akibat RA sendiri pada dasarnya mirip dengan berbagai penyakit radang sendi lainnya. Bersumber dari buku Textbook of Rheumatology, tanda munculnya RA bisa berupa: 

  • Sendi terasa nyeri, bengkak, panas, dan kaku di pagi hari. Namun, nyeri membaik setelah sendi digunakan untuk beraktivitas.
  • Penyebaran gejala simetris (bagian tubuh sebelah kanan dan kiri terdampak).
  • Lebih sering menyerang sendi-sendi kecil, seperti di pergelangan tangan dan kaki serta sendi-sendi jari.
  • Jangkauan gerak sendi yang terdampak menjadi terbatas (sulit digerakkan).
  • Terkadang timbul gejala sistemik seperti kelelahan atau demam ringan.

Pada RA yang tak tertangani, bisa terjadi kelainan bentuk pada sendi yang terdampak, terutama pada sendi-sendi di tangan. Kelainan yang umumnya terjadi seperti swan-neck (pembengkokan sendi pada ruas jari terujung) dan boutonniere (pembengkokan sendi pada ruas ke-2 jari).

5. Diagnosis dan pengobatan

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanfreepik.com/pressfoto

Nah, apabila kamu atau orang terdekat mengalami ciri-ciri tersebut, alangkah baiknya jika segera berkonsultasi ke dokter. Karena gejalanya yang serupa dengan radang sendi lain, diagnosis RA ditegakkan dengan berbagai pertimbangan.

Dokter akan menanyakan beberapa hal terkait gejala dan riwayat kesehatan lainnya dan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan sinar-X, pemeriksaan lab meliputi darah dan cairan sendi yang dapat membantu menegakkan diagnosis. Berdasarkan hasil-hasil ini barulah dokter menentukan terapi yang sesuai untuk pengelolaan RA.

Setelah diagnosis ditegakkan, dokter mulai melakukan penanganan RA. Gangguan sendi ini pada dasarnya tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dilansir buku Diagnosis & Pengelolaan Artritis Reumatoid yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia, pengelolaan RA dilakukan secara non-farmakologis dan farmakologis.

Penanganan non-farmakologis berupa edukasi penyakit kepada pasien serta rehabilitasi. Rehabilitasi terdiri dari latihan fisik, terapi fisik dengan laser, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), kombinasi termoterapi, hingga terapi psikologis agar kualitas hidup pasien tetap dalam kondisi optimal.

Selain itu, dokter akan memberikan obat disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) dan obat pereda nyeri untuk mengurangi gejala. Diharapkan dari kombinasi penanganan tersebut, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan berarti.

6. Pencegahan

Rheumatoid Arthritis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi olahraga (freepik.com/racool_studio)

Karena RA tidak dapat disembuhkan total, melakukan tindakan pencegahan tentu menjadi opsi terbaik agar terhindar dari penyakit ini. Dilansir Healthline, beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Berhenti merokok dan meminum alkohol.
  • Pertahankan berat badan ideal.
  • Olahraga aerobik dan latihan kekuatan otot
  • Penerapan pola makan sehat, seperti biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Pilih protein tanpa lemak seperti ikan, kalkun, dan ayam tanpa kulit.
  • Kurangi paparan dengan polutan, seperti silikon dan asbes.
  • Konsultasi ke dokter jika merasakan gejala-gejala yang mengarah ke RA.

Nah, itu tadi informasi seputar rheumatoid arthritis. Meskipun tidak dapat disembuhkan, tetapi mendeteksi penyakit sedini mungkin dapat mengurangi risiko kerusakan yang lebih lanjut.

Mulai sekarang, yuk, tingkatkan kesadaran terhadap kondisi kesehatan dan terapkan pola hidup sehat agar aktivitas sehari-hari terus lancar tanpa gangguan nyeri akibat jenis artritis ini!

Baca Juga: Penderita Artritis, Hindari 8 Makanan dan Minuman Ini!

Indira swastika utama Photo Verified Writer Indira swastika utama

An ISTJ-T. A medical student who love write :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya