Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Infeksi Haemophilus influenzae Berbahaya?

Seorang ibu menggendong bayinya yang sedang menangis.
Ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
Intinya sih...
  • Bakteri H. influenzae menyebabkan berbagai penyakit, penularannya melalui droplet dan kontak langsung, serta risiko tinggi pada bayi, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah.
  • Gejala infeksi H. influenzae bervariasi tergantung organ yang terinfeksi, dengan gejala seperti nyeri telinga, demam tinggi, sesak napas, hingga kondisi darurat seperti epiglotitis.
  • Kelompok rentan termasuk anak di bawah 5 tahun yang belum divaksinasi Hib, lansia, orang tanpa limpa, perokok, dan penghuni tempat padat orang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Haemophilus influenzae (H. influenzae) adalah bakteri yang biasa tinggal di saluran napas manusia dan kadang-kadang menyebabkan penyakit mulai dari infeksi ringan seperti radang telinga hingga penyakit berat seperti meningitis dan pneumonia.

Setelah program vaksinasi Hib (Haemophilus influenzae tipe b) diperkenalkan, kejadian penyakit berat akibat tipe b menurun drastis, tetapi bentuk lain dari H. influenzae (termasuk non-typeable) masih sering ditemukan pada infeksi saluran napas.

Penularan umumnya terjadi melalui tetesan pernapasan (droplet), misalnya saat batuk atau bersin, atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Risiko penyakit berat meningkat pada kelompok tertentu seperti bayi, lansia, dan orang dengan kondisi medis yang melemahkan sistem imun.

Karena spektrum penyakitnya luas, pengenalan cepat gejala, diagnosis laboratorium, pengobatan antibiotik yang tepat, dan tindakan pencegahan (termasuk vaksinasi Hib untuk anak) menjadi kunci mengurangi dampak klinis dan mortalitas. Rincian tiap aspek akan dibahas di bawah ini.

1. Penyebab, penularan, faktor risiko

Penyakit disebabkan oleh bakteri H. influenzae, yang terdiri dari beberapa serotipe berbungkus kapsul (a–f) dan bentuk non berkapsul disebut non-typeable H. influenzae (NTHi). Tipe b (Hib) paling sering menyebabkan penyakit invasif seperti meningitis.

Penularannya adalah melalui droplet saat batuk/bersin, serta kontak langsung dengan sekresi saluran napas. Penularan lebih mudah terjadi di lingkungan padat atau dengan ventilasi buruk.

Faktor risikonya antara lain:

  • Usia (bayi <5 tahun, lansia).
  • Status imun (imunokompromais, asplenia).
  • Penyakit kronis (misalnya PPOK), kondisi gizi buruk, tinggal di lingkungan padat/penitipan anak, dan kelompok ras/komunitas tertentu yang terpapar beban penyakit lebih tinggi.
  • Vaksinasi yang tidak lengkap meningkatkan risiko Hib invasif.

2. Gejala

Gejala bergantung pada organ yang terinfeksi:

  • Infeksi saluran napas atas dan penyakit mukosa: sinusitis, otitis media (infeksi telinga tengah), konjungtivitis. Gejalanya: nyeri telinga, hidung tersumbat, mata merah dan bernanah.
  • Pneumonia: demam tinggi, batuk produktif, sesak napas, nyeri dada.
  • Meningitis: demam, sakit kepala, leher kaku, muntah, perubahan kesadaran.
  • Epiglotitis (lebih jarang sejak vaksinasi): demam, stridor, kesulitan bernapas, kondisi darurat.

Gejala pada bayi sering tidak spesifik, seperti rewel, penurunan asupan, demam, sehingga pengamatan ketat diperlukan.

3. Siapa yang berisiko atau kelompok rentan

Seorang ibu menggendong bayinya yang sedang menangis.
ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Kelompok berisiko tinggi meliputi anak di bawah 5 tahun (terutama yang belum lengkap vaksin Hib), lansia, orang dengan gangguan imun (orang denganHIV, orang yang sedang kemoterapi), orang tanpa limpa, pasien dengan penyakit kronis paru (PPOK), perokok, dan penghuni tempat yang padat orang.

4. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan kombinasi klinik dan uji laboratorium: pemeriksaan mikroskopis Gram dari sampel (mengungkap kokobasil gram-negatif), kultur pada media khusus (chocolate agar), serta pemeriksaan molekuler (PCR) untuk mendeteksi gen bakteri dan menentukan tipe (Hib vs NTHi).

Untuk kasus meningitis, analisis dan kultur cairan serebrospinal (pungsi lumbal) diperlukan. Setelah isolasi, pemeriksaan sensitivitas antibiotik dianjurkan untuk menentukan terapi yang efektif.

5. Pengobatan

Terapi utama adalah antibiotik. Pilihan obat bergantung pada lokasi dan berat infeksi serta hasil uji sensitivitas:

  • Infeksi berat/invasif (misalnya meningitis, pneumonia berat): antibiotik jalan intravena seperti ceftriaxone atau cefotaxime. Kortikosteroid kadang dipertimbangkan pada meningitis untuk mencegah kerusakan saraf.
  • Infeksi permukaan (otitis media, sinusitis): antibiotik oral seperti amoksisilin/klavulanat, atau azitromisin jika alergi.
  • Profilaksis kontak rumah tangga: pada kasus Hib invasif, anggota rumah tangga yang belum imunisasi lengkap (anak <4 tahun) dianjurkan mendapat vaksin; pemberian rifampin pada kontak tertentu dapat direkomendasikan untuk mencegah penularan.

Perawatan suportif (oksigen, hidrasi, perawatan simptomatik) juga penting.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Anak dirawat inap di rumah sakit.
ilustrasi anak dirawat inap di rumah sakit (freepik.com/rawpixel.com)

Komplikasi tergantung lokasi infeksi.

  • Pada meningitis: sequelae neurologis permanen (kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan).
  • Pada pneumonia: empisema/parapneumonic effusion.
  • Pada epiglotitis: obstruksi jalan napas yang mengancam jiwa.
  • Bakteremia/sepsis dapat menyebabkan kegagalan multiorgan.

Pada bayi dan individu rentan, risiko mortalitas lebih tinggi tanpa penanganan cepat.

7. Pencegahan

Langkah pencegahan utama:

  • Imunisasi Hib sesuai jadwal vaksinasi anak, yang secara drastis menurunkan kejadian penyakit invasif Hib.

Tindakan pencegahan lain meliputi:

  • Praktik kebersihan pernapasan (etika batuk).
  • Isolasi pasien dengan infeksi berat sampai 24 jam setelah antibiotik dimulai.
  • Pengurangan paparan asap rokok.
  • Perbaikan ventilasi ruang.
  • Peningkatan status gizi serta akses layanan kesehatan.

Dalam kasus cluster, profilaksis dengan antibiotik (misalnya rifampin) untuk kontak rumah tertentu dapat direkomendasikan.

H. influenzae adalah bakteri yang dapat menyebabkan spektrum penyakit dari ringan hingga berat. Sejak era vaksin Hib, penyakit invasif tipe b menurun namun bentuk non-typeable tetap menjadi penyebab umum infeksi saluran napas. Pencegahan utama adalah imunisasi Hib, disertai langkah lingkungan dan perilaku seperti kebersihan pernapasan, ventilasi yang baik, serta perbaikan status gizi.

Untuk kasus yang dicurigai atau terkonfirmasi, diagnosis laboratorium dan terapi antibiotik yang tepat segera diperlukan untuk mengurangi komplikasi dan mortalitas.

Program imunisasi dan akses layanan kesehatan tetap menjadi fondasi pencegahan jangka panjang.

Referensi

"Haemophilus influenzae." Healthify. Diakses November 2025.

"Haemophilus influenzae Infections." MSD Manual. Diakses November 2025.

"Haemophilus Influenzae." Cleveland Clinic. Diakses November 2025.

"About Haemophilus influenzae Disease." CDC. Diakses November 2025.

Zoia E. Khattak and Fatima Anjum, “Haemophilus influenzae Infection,” StatPearls - NCBI Bookshelf, April 27, 2023, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562176/.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Studi Baru Soroti Efek Samping Serius Antibiotik TMP-SMX

26 Nov 2025, 23:42 WIBHealth