Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!

Diet ini adalah perpaduan antara keto dan fastosis

COVID-19 yang sedang mewabah di dunia saat ini hadir dalam tingkat fatalitas yang berbeda-beda pada setiap orang. Ada penderita yang tak menunjukkan gejala apa pun, sedangkan ada pula yang sampai harus mendapatkan penanganan intensif.

Ini dapat terjadi karena tubuh manusia zaman sekarang mengalami degenerasi yang besar, menurut dr. Kobal Sangaji, Sp.KFR, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi. Menurutnya cara untuk mengatasi hal itu adalah dengan menerapkan diet ketofastosis. 

Apa sebenarnya maksud dari pernyataan tersebut? Simak penjelasannya berikut ini!

1. Kenapa COVID-19 memiliki tingkat fatalitas yang besar?

Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!bwbx.io

dr. Kobal Sangaji, Sp.KFR dalam webinar bertajuk "Book Insight with The Author" pada Jumat (22/5) mengatakan bahwa virus penyebab COVID-19 bermutasi dengan sangat cepat. Tubuh manusia tidak bisa mengimbangi kecepatan tersebut sehingga tingkat fatalitasnya pun tinggi. 

Prosesnya seperti ini. Ketika virus masuk ke tubuh, ia akan menyerang sel-sel di saluran pernapasan. Untuk mencegah hal itu terjadi, kita memerlukan antibodi. Sayangnya, sebelum antibodi bisa merespons, virus tersebut sudah bermutasi, mereplikasi diri, dan menyebabkan peradangan pada tubuh kita.

Peradangan itulah yang akhirnya melemahkan mucosal defense, bagian antibodi yang bertugas untuk memblokir jalan dari virus corona dalam tubuh kita. Sistem imun pun tak bisa bekerja dengan normal ketika ini terjadi.

“Terjadi salah kaprah. Disebutkan bahwa COVID-19 melemahkan sistem imun sampai masuk ke ACE2, sampai masuk ke alveoli. Padahal sebenarnya ada kelambatan sistem,” katanya

2. Penyebab fatalitas ini adalah accelerated aging pada manusia saat ini

Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!minutoneuquen.com

Kobal mengatakan bahwa semua keterlambatan itu terjadi karena manusia sekarang mengalami proses degenerasi. Ini disebut juga sebagai  accelerated aging atau percepatan penuaan dalam tahap sel.

Salah satu faktor yang memicunya adalah pola makan yang tidak benar. Kelebihan kalori dan masuknya toksin ke dalam tubuh melalui asupan tersebut bisa menyebabkan accelerated aging tersebut. 

Pola makan seperti apa tepatnya? Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi tersebut mengatakan bahwa yang ia maksud adalah kebiasaan terlalu banyak konsumsi karbohidrat. Hal ini akan menggiring kita ke risiko obesitas, akar dari berbagai permasalahan kesehatan.

"Tentunya kita balik lagi, bahwa di mana-mana sebenarnya obesitas adalah penyebab peradangan. Jadi tugas kita adalah sebelum jatuh ke dalam fase ICU, ada baiknya kita mencegah dari awal. Makanya kita harus menerapkan KF (ketosis fastosis)," ujar Kobal.

dr. Eka Musridharta, Sp.S.KIC.,MARS yang juga hadir dalam webinar tersebut juga menambahkan bahwa accelerated aging juga bisa disebabkan oleh konsumsi lemak trans. Ini merupakan lemak jahat yang bisa kita dapatkan dari junk food, makanan yang digoreng, dan lain sebagainya. 

Baca Juga: Ini 8 Jenis Obat COVID-19 yang Terdaftar Secara Resmi pada BPOM

3. Salah satu cara mengatasinya adalah diet ketofastosis

Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!hmns.uq.edu.au

Apa itu diet ketofastosis? Ternyata ini merupakan perpaduan antara diet keto dan fastosis. Diet keto atau ketogenik sendiri telah populer di Indonesia. Pola makan ini dilakukan dengan cara meminimalkan konsumsi karbohidrat dan menggantinya dengan makanan yang kaya akan lemak. 

Sedangkan fastosis merupakan fasting on ketosis. Ini artinya, kita harus berpuasa agar hati bisa memproduksi zat bernama ketone, yang bisa diubah menjadi sumber energi. 

4. Apa hubungan antara ketofastosis dan COVID-19?

Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!theconversation.com

Kobal dan Eka percaya bahwa ketofastosis ini dapat memperbaiki kondisi tubuh yang melambat karena accelerated aging. Bagaimana bisa?

Accelerated aging ternyata dipicu lagi oleh hiperglikemia atau kadar gula yang tinggi. Hal ini terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengonsumsi makanan manis, karbohidrat, dan semua yang mengandung gula.

Tubuh yang awalnya sensitif terhadap insulin akan berusaha menyeimbangkan diri sehingga akhirnya mengalami resistensi (ketidakpekaan). Kadar gula dalam darah pun tak bisa dihilangkan.  Akhirnya tubuh mengalami accelerated aging dan peradangan.

Ketofastosis dapat mengeliminasi faktor pemicu ini. Ketika kita tak lagi mengonsumsi karbohidrat, tentunya jumlah gula dan kalori yang masuk ke dalam tubuh pun berkurang.

5. Belum ada bukti penelitian yang jelas mengenai khasiat ketofastosis

Diet Ketofastosis Bisa Lindungi Diri dari COVID-19? Ini Kata Ahli!

Sayangnya, metode ini masih belum bisa dibuktikan keberhasilannya. Pasalnya, belum ada penelitian ilmiah yang menjelaskan tentang hubungan antara ketofastosis dengan COVID-19 secara spesifik. 

Sebelumnya, diet keto juga sempat disebut bisa menurunkan risiko COVID-19. Namun ternyata pernyataan tersebut tak bisa dibuktikan karena belum ada hasil yang pasti bahwa hal ini bisa menjadi bentuk pertahanan tubuh terhadap virus corona. 

Selain itu, perlu diketahui bahwa hingga saat ini tidak ada diet, kebiasaan makan, dan bahkan makanan yang terbukti bisa melindungi diri kita dari COVID-19. Sebab semua penelitian mengenai wabah ini masih terbatas.

Jika kamu ingin mencoba ketofastosis, sah-sah saja karena pola hidup ini bisa dibilang menyehatkan dan dapat mengurangi risiko diabetes. Namun perlu diingat belum ada bukti bahwa ketofastosis bisa menurunkan risiko COVID-19.

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: Beberapa Produk Inovasi COVID-19 Ini Diresmikan Jokowi, Adakah Vaksin?

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya