Mastitis pada Ibu Menyusui: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

Ini bisa dicegah, kok!

Payudara merupakan organ yang tersusun dari beberapa struktur penting. Struktur tersebut menjalankan fungsinya masing-masing. Adanya gangguan atau peradangan pada jaringan payudara dapat menyebabkan penyakit yang disebut mastitis.

Mastitis kerap dikaitkan dengan perempuan menyusui. Namun, baik pada perempuan tidak menyusui dan laki-laki, sebetulnya pun berisiko mengalami mastitis. Kendati demikian, sebagian besar kasusnya menyerang ibu yang menyusui, sehingga dapat mengganggu proses mengasihi bayi. 

Apa itu mastitis?

Mastitis merupakan kondisi peradangan yang menyebabkan nyeri payudara, pembengkakan, dan kemerahan.Seseorang yang mengalami mastitis dapat merasakan demam dan kedinginan. Pada ibu menyusui, mastitis dapat mengganggu proses menyusui, bahkan bisa menyapih lebih awal. 

Biasanya, mastitis menyerang satu payudara sementara yang lain tidak. Meski demikian, ada pula yang terjadi pada kedua payudara. Dilansir Cleveland Clinic, Mastitis termasuk pada kategori penyakit payudara jinak alias non-kanker.

Ibu hamil rentan mengalami mastitis selama 6 sampai 12 minggu pertama. Sementara itu, individu dengan kondisi berikut juga berisiko mengalami mastitis:

  • implan payudara;
  • diabetes atau penyakit autoimun lainnya;
  • eksim atau kondisi kulit serupa;
  • torehan di kulit karena mencabut atau mencukur bulu dada;
  • tindik puting; dan
  • kecanduan tembakau atau nikotin (merokok).

Mastitis terdiri dari dua jenis, yaitu  mastitis laktasi pada ibu menyusui dan mastitis periductal atau ektasia saluran susu. Ini merupakan kondisi ketika saluran susu menebal. Keadaan ini juga memengaruhi puting payudara menjadi terbalik dan mengeluarkan cairan mirip susu. 

Penyebab mastitis laktasi pada ibu menyusui

Mastitis pada Ibu Menyusui: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahanilustrasi ibu menyusui (unsplash.com/kevin liang)

Adanya saluran susu yang tersumbat merupakan penyebab utama mastitis laktasi. Penyumbatan ini terjadi karena air susu ibu tidak sepenuhnya keluar ketika menyusui. Akibatnya, air susu kembali dan menyebabkan peradangan. Selain itu, bakteri dari permukaan kulit dan mulut bayi dapat masuk ke saluran susu.

Bakteri bernama Staphylococcus aureus masuk melalui celah di kulit puting atau melalui lubang saluran susu. Susu yang tergenang di payudara dan tidak dikosongkan lantas menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri.

Pada perempuan pasca menopause, infeksi payudara acap dikaitkan dengan peradangan kronis pada saluran di bawah puting susu. Terjadinya perubahan hormon dalam tubuh dan sel-sel kulit mati serta kotoran memicu adanya penyumbatan. Saluran yang tersumbat ini membuat payudara lebih terbuka terhadap infeksi bakteri.

Baca Juga: Apakah Payudara yang Sering Diremas akan Mengakibatkan Kendur?

Gejala mastitis pada ibu menyusui

Umumnya, tanda-tanda mastitis ditunjukkan dengan rasa nyeri dan kemerahan. Selain itu, gejala berikut juga dapat muncul selama masa infeksi:

  • Payudara lembut 
  • Pegal-pegal
  • Kelelahan
  • Pembengkakan payudara
  • Demam dan kedinginan
  • Abses

Terjadinya abses bisa jadi merupakan tanda mastitis telah menjadi komplikasi lebih parah. Abses biasanya terasa lunak dan bergerak di bawah kulit, tetapi bukan kanker. Biasanya bentuknya teratur dan diikuti beberapa gejala lain, seperti:

  • Benjolan lunak di payudara yang tidak mengecil setelah menyusui bayi baru lahir. Abses cenderung sulit terdeteksi jika terdapat jauh dari permukaan payudara
  • Puting mengeluarkan nanah
  • Demam persisten dan tidak ada perbaikan gejala dalam 48-72 jam pengobatan biasa. 

Jika kamu merasa payudara nyeri berkepanjangan tanpa alasan yang jelas, abses, bahkan mengeluarkan nanah, segera atur jadwal temu dengan dokter. Sebab, perawatan yang tepat membantu pasien sembuh lebih dini dan mengantisipasi kemungkinan menyapih terlalu awal. 

Diagnosis mastitis laktasi pada ibu menyusui

Mastitis pada Ibu Menyusui: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Untuk mendiagnosis mastitis laktasi, dokter akan mengajukan serangkaian pertanyaan riwayat kesehatan terlebih dahulu pada pasien. Termasuk kapan pertama kali melihat peradangan dan seberapa rasa sakit yang dirasakan. Selain itu, dokter juga menanyakan apakah pasien sedang menyusui atau mendapatkan perawatan kesehatan lain yang mungkin menimbulkan efek samping. 

Setelahnya, dokter akan meminta pasien menjalani pemeriksaan fisik. Jika tidak jelas apakah suatu massa disebabkan oleh abses berisi cairan atau massa padat seperti tumor, maka dokter bisa menyarankan tes ultrasonografi (USG). Tes ini dapat membedakan antara mastitis sederhana dan abses jauh di dalam payudara. 

Pengambilan sampel atau kultur juga mungkin dilakukan. Dokter akan mengambil cairan ASI atau lainnya yang menyebabkan abses. Pemeriksaan berikutnya dilakukan untuk mengetahui jenis organisme yang menyebabkan infeksi. Dengan begitu, dokter bisa menentukan pengobatan tepat. 

Bagi perempuan atau laki-laki yang mengalami mastitis, tetapi tidak menyusui, dokter akan meminta menjalani mammogram atau biopsi payudara. Diagnosis ini merupakan tindakan pencegahan karena jenis kanker payudara yang langka dapat meniru gejala mastitis, melansir American Cancer Society.

Pengobatan dan perawatan

Mastitis pada Ibu Menyusui: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahanilustrasi penyintas kanker payudara (pexels.com/Anna Tarazevich)

Jika kamu merasakan gejala mastitis, segera hubungi dokter untuk memastikan kondisimu. Dokter akan melakukan diagnosis untuk menentukan pengobatan terbaik, guna mengatasi rasa sakit dan pembengkakan yang terjadi. Di antaranya, memberikan obat nyeri minum seperti acetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (seperti Advil) untuk nyeri.

Obat-obatan tersebut aman diminum bahkan bagi ibu menyusui dan tidak akan membahayakan bayi. Dokter bisa meresepkan pereda nyeri dengan dosis lebih tinggi jika rasa sakit yang dialami parah dan tidak berkurang setelah menggunakan obat over the counter.

Dalam kasus mastitis ringan, antibiotik bisa jadi tidak diresepkan sama sekali. Jika pasien diberi resep antibiotik, maka harus diminum hingga habis bahkan saat merasa sudah lebih baik. Sebaliknya, pembedahan mungkin diperlukan jika abses berada jauh di bawah payudara.

Ibu menyusui dianjurkan untuk tetap mengasihi bahkan jika terasa sangat nyeri. Meski sejenak, mengosongkan payudara akan mengurangi pembengkakan. Jika perlu kamu bisa menggunakan pompa untuk meredakan penekanan. Tidak perlu khawatir dengan bakteri karena kuman tersebut bisa saja berasal dari mulut bayi. 

Namun, pasien wajib menghindari menyusui jika terdapat abses di dalam mastitis. Gunakan payudara yang lain atau imbangi kebutuhan nutrisi bayi dengan susu formula jika diperlukan.

Untuk meredakan rasa tidak nyaman, bisa menggunakan kompres air hangat. Sebaiknya hindari mengompres sesaat sebelum menyusui karena dapat memperlambat ASI. Lali, minum banyak air, setidaknya 10 gelas sehari, melansir WebMD. Makan makanan seimbang dan tambahkan 500 kalori ekstra sehari saat menyusui. 

Pencegahan mastitis laktasi

Mastitis dapat terjadi pada siapa pun. Bahkan jika telah mendapatkan perawatan dan dinyatakan sembuh, seseorang dapat terinfeksi mastitis kembali. Maka dari itu, langkah pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Di antaranya dengan langkah-langkah berikut:

  • Melibatkan kedua payudara untuk menyusui secara merata
  • Kosongkan payudara gua mencegah pembengkakan dan saluran tersumbat
  • Gunakan teknik menyusui yang baik untuk mencegah puting lecet dan pecah-pecah
  • Biarkan puting yang sakit atau pecah-pecah mengering
  • Pastikan payudara dalam kondisi kering dan cegah kelembapan menumpuk di bantalan payudara atau bra
  • Hindari dehidrasi dengan minum banyak cairan
  • Mencuci tangan, membersihkan puting susu, menjaga bayi bersih.

Mastitis merupakan infeksi yang bisa disembuhkan. Selama masa pengobatan, pastikan mengonsumsi obat-obatan dan melakukan perawatan sesuai instruksi dokter, ya!

Baca Juga: Empty Sella Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya