BPOM AS Pertimbangkan Terapi Gen untuk Penyakit Sel Sabit

Melibatkan perubahan permanen DNA dalam sel darah

Satu-satunya obat untuk penyakit sel sabit adalah transplantasi sumsum tulang. Namun, dalam waktu dekat mungkin akan ada obat baru yang bertugas menyerang kelainan ini pada sumber genetiknya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akan meninjau terapi gen untuk kelainan darah bawaan, yang mana sebagian besar kondisi ini menyerang orang kulit hitam di Negeri Paman Sam.

Jika disetujui oleh FDA, ini akan menjadi terapi gen pertama di pasar Amerika Serikat (AS) berdasarkan CRISPR, alat pengeditan gen yang memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 2020.

FDA diperkirakan akan memutuskan melakukan pengobatan pada awal Desember 2023, sebelum melakukan terapi gen sel sabit pada akhir bulan, mengutip dari laman AP News.

Perlu diketahui bahwa penyakit sel sabit adalah istilah umum untuk berbagai jenis kelainan sel sabit. Dokter menggunakan istilah “anemia sel sabit” untuk jenis penyakit sel sabit yang menyebabkan anemia paling parah.

Baca Juga: Anemia Sel Sabit: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Terapi gen baru untuk penyakit sel sabit

BPOM AS Pertimbangkan Terapi Gen untuk Penyakit Sel Sabitilustrasi transfusi darah (unsplash.com/Nguyễn Hiệp)

Penyakit sel sabit memengaruhi hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Mutasi genetik menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk sabit, berpotensi menghambat aliran darah dan menyebabkan rasa sakit yang menyiksa, termasuk kerusakan organ, stroke, dan masalah lainnya.

Jumlah penderita penyakit sel sabit secara global meningkat sebesar 41,4 persen, dari 5,46 juta pada tahun 2000 menjadi 7,74 juta pada 2021. Diperkirakan 34.400 kematian yang disebabkan oleh berbagai usia secara global pada 2021, tetapi total beban kematian akibat penyakit sel sabit hampir 11 kali lebih tinggi yaitu 376.000. Pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, terdapat 81.100 kematian, dengan peringkat total kematian akibat penyakit sel sabit berada pada peringkat ke-12 (dibandingkan dengan peringkat ke-40 untuk kematian akibat penyakit sel sabit yang disebabkan oleh penyebab tertentu) di seluruh penyebab yang diperkirakan oleh Global Burden of Disease (GBD) pada 2021 (The Lancet Haematology, Agustus 2023).

Penyakit ini lebih sering terjadi pada orang-orang yang berasal dari tempat di mana malaria sering terjadi, seperti Afrika dan India, juga lebih sering terjadi pada kelompok etnis tertentu, seperti orang keturunan Afrika, Timur Tengah, dan India.

Perawatan yang saat ini dilakukan termasuk obat-obatan dan transfusi darah. Satu-satunya solusi permanen ialah dengan transplantasi sumsum tulang, yang harus berasal dari donor yang sangat cocok dan tidak memiliki penyakit serta risiko penolakan.

Nah, untuk terapi gen "exa-cel" yang dibuat oleh Vertex Pharmaceuticals dan CRISPR Therapeutics, donor tidak diperlukan. Perawatan baru ini melibatkan perubahan permanen DNA dalam sel darah pasien.

Tujuannya adalah membantu tubuh kembali memproduksi hemoglobin dalam bentuk janin, yang secara alami sudah ada saat lahir namun kemudian berubah menjadi bentuk yang rusak saat dewasa pada penderita penyakit sel sabit.

Vertex mengatakan terdapat 46 orang yang menjalankan pengobatan dalam studi penting tersebut. Dari 30 orang yang menjalani masa tindak lanjut selama 18 bulan, sebanyak 29 orang di antaranya bebas dari krisis nyeri selama satu tahun dan 30 orang terhindar dari rawat inap.

Ketika pasien menjalani pengobatan, sel induk dikeluarkan dari darah mereka dan CRISPR digunakan untuk mematikan gen peralihan. Pasien mendapatkan obat-obatan untuk membunuh sel-sel penghasil darah lain yang cacat, kemudian diberikan kembali sel induk yang telah diubah.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit sel sabit

BPOM AS Pertimbangkan Terapi Gen untuk Penyakit Sel Sabitilustrasi hamil (pixabay.com/stocksnap)

Penyakit sel sabit dapat memengaruhi banyak bagian tubuh. Dampaknya ada yang bersifat akut (muncul tiba-tiba), ada pula yang kronis (berlangsung dalam jangka waktu lama). Komplikasi dimulai sejak dini dan berlanjut sepanjang hidup.

Dirangkum dari laman Cleveland Clinic, berikut ini sejumlah komplikasi yang bisa terjadi pada pasien penyakit sel sabit:

  • Nyeri: Nyeri adalah komplikasi paling umum dari penyakit sel sabit. Sel sabit yang melewati pembuluh darah bisa tersangkut dan menghalangi aliran darah, sehingga menyebabkan rasa sakit. Seseorang mungkin mengalami krisis nyeri akut, yang juga disebut krisis sel sabit, krisis vaso-oklusif (VOC), atau episode vaso-oklusif (VOE). Krisis nyeri ini mungkin ringan atau berat dan dapat dimulai secara tiba-tiba dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Krisis nyeri paling sering menyerang dada, punggung, kaki, dan lengan. Kamu mungkin juga mengalami nyeri kronis, yaitu nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan.
  • Anemia: Sel darah merah mati lebih awal akibat penyakit sel sabit, yang dapat menyebabkan anemia. Anemia terjadi ketika seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anemia dapat menyebabkan kelelahan parah, disertai penyakit kuning, mudah tersinggung, pusing, dan sakit kepala ringan.
  • Sindrom dada akut: Ini adalah keadaan darurat medis yang mengancam jiwa. Kondisi ini dapat menyebabkan cedera paru-paru, kesulitan bernapas, dan rendahnya oksigen ke seluruh tubuh. Komplikasi ini terjadi ketika sel sabit menghalangi darah dan oksigen mencapai paru-paru.
  • Pembekuan darah: Sel sabit membuat darah lebih mungkin membeku atau menggumpal. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya bekuan darah di vena dalam (trombosis vena dalam atau DVT). DVT dapat pecah dan menyebar ke paru-paru (emboli paru.
  • Stroke: Ketika sel sabit tersangkut di pembuluh darah, aliran darah ke otak terhambat. Hal ini mempersulit otak mendapatkan oksigen yang dibutuhkannya untuk bekerja dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan stroke. Sekitar 10 persen penderita penyakit sel sabit akan mengalami gejala stroke. Stroke paling sering terjadi pada penderita anemia sel sabit.
  • Masalah penglihatan: Sel sabit dapat menghalangi aliran darah di pembuluh darah di mata. Penyumbatan ini paling sering terjadi pada retina. Seseorang mungkin tidak merasakan gejala apa pun dan kemudian tiba-tiba kehilangan penglihatan, yang dapat menyebabkan kebutaan permanen.
  • Priapismus: Sel sabit di penis dapat menyebabkan ereksi yang terus-menerus dan menyakitkan. Selain menimbulkan rasa sakit, priapismus dapat menyebabkan kerusakan permanen dan disfungsi ereksi. Priapismus yang berkepanjangan (berlangsung lebih dari empat jam) adalah keadaan darurat medis.
  • Kerusakan dan kegagalan organ: Orang dengan penyakit sel sabit berisiko mengalami masalah yang berhubungan dengan jantung, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya. Ini karena darah dan oksigen tidak mencapai mereka. Penyakit sel sabit dapat menyebabkan kegagalan multi organ.

Terapi gen baru ini diharapkan dapat membantu pasien untuk meringankan rasa sakit dan berbagai komplikasi dari penyakit sel sabit.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Sel Sabit, Bisa Mengubah Bentuk Sel Darah Merahmu! 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya