Transplantasi Rahim Pertama Sukses Dilakukan di Korea Selatan

Dilakukan pada perempuan usia 35 tahun dengan sindrom MRKH

Korea Selatan sukses melakukan transplantasi rahim pertama di negara tersebut. Mereka merawat seorang perempuan berusia 35 tahun dengan kelainan bawaan Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser syndrome (sindrom MRKH), mengutip situs The Korea Herald.

Sindrom tersebut diketahui memengaruhi sekitar satu dari 5.000 perempuan. Karena fungsi ovariumnya tetap normal, mereka masih bisa hamil dan melahirkan dengan transplantasi rahim.

1. Hasilnya cukup menjanjikan

Transplantasi Rahim Pertama Sukses Dilakukan di Korea Selatanilustrasi hamil (pexels.com/Yan Krukov)

Perempuan tersebut sebelumnya pernah menjalankan operasi serupa namun mengalami kegagalan, diangkat hanya dalam periode dua minggu setelah transplantasi dilakukan. Untungnya, kali ini tim medis dapat melakukan transplantasi kedua pada Januari 2023.

Kondisi pasien yang stabil selama lebih dari 10 bulan, membuat Samsung Medical Center mendeklarasikan bahwa operasi tersebut berhasil. Namun, meski hasilnya cukup menjanjikan, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh penerimaan organ di dalam tubuh. Karena rahim yang tampaknya bisa berfungsi dengan baik, tim medis berharap pasien bisa melahirkan bayi yang sehat.

Transplantasi rahim tidak bersifat permanen. Setelah satu atau dua kehamilan, rahim harus diangkat kembali melalui pembedahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan seumur hidup pada obat-obatan, yaitu imunosupresif, yang diperlukan untuk mencegah tubuh menolak rahim yang ditransplantasikan.

Metode ini masih dianggap sebagai operasi eksperimental di seluruh dunia. Transplantasi rahim pertama yang berhasil menghasilkan kelahiran bayi yang sehat dilakukan di Swedia pada tahun 2014. Tim medis di beberapa negara lain, termasuk Inggris, Jerman, dan India, juga telah berhasil melakukannya.

Selain keunikan operasinya, prosedur ini juga mahal dan tidak ditanggung oleh National Health Insurance. Namun, bagi perempuan tidak subur yang ingin melahirkan anak kandung, transplantasi rahim saat ini merupakan satu-satunya pilihan karena melahirkan melalui ibu pengganti—proses saat orang lain mengandung atas nama orang tua yang dituju—tidak diakui oleh hukum Korea Selatan.

Baca Juga: Sindrom MRKH: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

2. Apa itu sindrom MRKH?

Transplantasi Rahim Pertama Sukses Dilakukan di Korea Selatanilustrasi rahim (freepik.com/freepik)

Sindrom MRKH adalah kelainan bawaan langka yang memengaruhi sistem reproduksi perempuan. Sindrom MRKH juga dikenal sebagai Müllerian agenesis atau agenesis vagina. Kondisi ini ditandai dengan vagina dan rahim yang kurang berkembang. Rahim mungkin kecil atau tidak ada dan vagina biasanya memendek. Kadang, kedua organ itu mungkin sama sekali tidak ada. 

Orang dengan sindrom MRKH memiliki vulva yang terbentuk sempurna, alat kelamin luar perempuan. Vulva meliputi lubang vagina, labia mayora, labia minora, dan klitoris.

Kasus sindrom MRKH umumnya dibagi menjadi dua jenis:

  • Sindrom MRKH tipe 1: Orang dengan sindrom MRKH jenis ini memiliki ovarium dan saluran tuba yang berfungsi normal namun vagina bagian atas, leher rahim, dan rahim tersumbat atau tidak ada. Tidak ada organ lain yang terpengaruh.
  • Sindrom MRKH tipe 2: Orang dengan sindrom MRKH jenis ini memiliki vagina bagian atas, serviks, dan rahim yang tersumbat atau tidak ada, serta masalah dengan saluran tuba, ovarium, tulang belakang, ginjal, atau organ lainnya.
    Pada sebagian besar kasus MRKH, rahim yang kurang berkembang tidak memungkinkan untuk mengandung bayi. Namun, indung telur yang sehat memungkinkan perempuan untuk hamil melalui reproduksi berbantuan.

Belum dimulainya menstruasi pada usia 16 tahun sering kali merupakan salah satu tanda pertama sindrom MRKH, tetapi mungkin ada gejala lainnya.

Gejala sindrom MRKH tpe 1 meliputi:

  • Hubungan seksual yang menyakitkan atau sulit.
  • Berkurangnya kedalaman dan lebar vagina.

Gejala sindrom MRKH tipe 2 mirip dengan tipe 1, tetapi mungkin juga meliputi:

  • Komplikasi atau gagal ginjal karena pembentukan atau posisi ginjal yang tidak normal, atau ginjal yang tidak ada.
  • Kelainan rangka (paling sering pada tulang belakang).
  • Gangguan pendengaran ringan.
  • Cacat jantung.
  • Komplikasi terkait organ lainnya.

3. Penanganan sindrom MRKH

Transplantasi Rahim Pertama Sukses Dilakukan di Korea Selatanilustrasi operasi atau pembedahan (pixabay.com/sasint)

Perawatan untuk sindrom MRKH tergantung pada tujuan dan gejala. Ada pilihan perawatan bedah dan non bedah, termasuk vaginoplasti, dilatasi vagina, dan transplantasi rahim.

Dilator vagina

Ini adalah salah satu perawatan yang digunakan dokter untuk membantu meregangkan vagina. Dilator terbuat dari plastik atau silikon dan panjang dan lebarnya bervariasi. Alat seperti tabung ini menyerupai penis untuk membantu melebarkan dan meregangkan bagian dalam vagina. Dokter akan mendiskusikan cara terbaik untuk menggunakan dilator vagina berdasarkan kondisi pasien.

Vaginoplasti

Ini adalah prosedur pembedahan untuk membuat vagina. Ada beberapa cara ahli bedah melakukan vaginoplasti, tetapi sebagian besar melibatkan pembuatan lubang dan melapisinya dengan jaringan dari bagian lain tubuh.

Transplantasi rahim

Prosedur ini memungkinkan seseorang dengan sindrom MRKH untuk hamil. Transplantasi rahim adalah prosedur pembedahan besar yang melibatkan penempatan rahim donor di dalam seseorang tanpa rahim. Transplantasi rahim memberi orang dengan sindrom MRKH kesempatan untuk mengandung dan melahirkan anak.

Transplantasi rahim tidak tersedia secara luas dan bisa sangat mahal, tetapi bisa menjadi pengobatan yang menjanjikan di masa depan.

Baca Juga: Transplantasi Mata Manusia Utuh Pertama di Dunia Berhasil Dilakukan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya